Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Wanita di Lemari Hakim

10 Maret 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ISI lemari semestinya baju dan celana. Tapi lemari di rumah dinas hakim Mohammad Reza Latuconsina malah berisi wanita dengan posisi tengkurap. Wanita bernama Sinta Ali Haji itu malu-malu dipaksa keluar oleh petugas kelurahan setempat yang menggerebek kediaman Reza. Dia masih terhitung rekan kerja sang hakim karena menjadi panitera pengganti di Pengadilan Negeri Ternate. Untung, Reza tidak babak-belur dihakimi massa lantaran berbohong mengatakan tak ada perempuan di rumahnya.

Kelakuan Reza memang membuat orang geleng-geleng kepala. Bukannya menjunjung tinggi nama dan profesi hakim yang mulia, dia malah lebih mendahulukan nafsu. Tetangga dan petugas kelurahan sudah beberapa kali mengendus Reza membawa Sinta ke rumah dinasnya. Tampaknya, Reza mencari arena selingkuh yang istimewa dan bebas biaya. Mumpung ia dan sang istri sedang pisah ranjang.

Kabar kedekatan hakim dan panitera pengganti itu sebenarnya telah lama berembus. Rekan sejawat sudah beberapa kali pula mengingatkan keduanya. Tapi, bukannya saling menjauh, mereka malah semakin lengket. Penggerebekan tetangga dan petugas kelurahan akhirnya menguak perselingkuhan yang menggegerkan tersebut. Karena perbuatannya "mengadili" wanita idaman lain, hakim di Pengadilan Negeri Ternate itu mendapat sanksi skors dua tahun dari Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial, 25 Februari lalu.


Ritual Caleg Membawa Maut

DEMI ambisi selangit, kadang cara ajaib ditempuh. Salah satunya ritual berdoa di dalam gua. Ritual itu dilakukan Lambok M. Sinaga, calon anggota legislatif untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Semarang, Jawa Tengah. Lambok, bersama enam orang lainnya, dibimbing oleh paranormal bernama Subandi, yang juga asal Semarang. Nahas, doa belum dipanjatkan dan hajat masih jauh dari terwujud, sang paranormal justru terpeleset dan jatuh ke jurang.

Subandi tewas seketika dan jenazahnya baru bisa dievakuasi esoknya, Senin, 3 Maret lalu. Terpelesetnya Subandi membawa tumbal lain. Ketika terjatuh dari bukit gua, tubuhnya jatuh menimpa Yayuk, seorang peserta ritual lain, sehingga ikut terperosok jatuh ke jurang sedalam ratusan meter. Beruntung, Yayuk selamat. Dia hanya menderita patah kaki. Kontur gua bernama Langse yang terletak di Pantai Selatan, Gunungkidul, Yogyakarta, itu memang berupa batuan terjal dan licin.

Wafatnya Subandi jelas meninggalkan kesedihan bagi keluarga. Terlebih dia tidak meminta izin saat pergi melakukan bimbingan ritual itu. Padahal biasanya ia selalu pamit ke mana pun pergi. Sang istri, Sri Lestariningsih, sudah memiliki firasat bahwa Subandi, yang resminya bekerja sebagai petugas keamanan di sebuah perumahan, akan pergi selamanya. "Dua hari lalu ada cicak jatuh di kepala saya," ujar Sri.

Heru Triyono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus