Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Gencatan Senjata Sejenak Dua Milisi

Pasukan Israel dan milisi Hamas sepakat melakukan gencatan senjata. Apa yang dilakukan di Gaza selama jeda waktu tersebut?

23 November 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Asap mengepul setelah serangan udara Israel di Gaza, terlihat dari Israel selatan, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Palestina Hamas, 22 November 2023. REUTERS/Alexander Ermochenko

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Tiga relawan MER-C yang sempat dikabarkan hilang ternyata masih menetap di Jalur Gaza dalam kondisi baik-baik saja.

  • Tel Aviv dan Hamas menyepakati gencatan senjata dalam empat hari.

  • Kedua pasukan juga sepakat saling membebaskan sandera.

JAKARTA – Teriakan ucapan rasa syukur berkumandang di kantor pusat Medical Emergency Committee (MER-C) Indonesia, Jalan Kramat Lontar, Senen, Jakarta Pusat, menjelang petang kemarin. Sejumlah anggota staf tampak menangis bahagia, bahkan bersujud syukur, setelah mendengar kabar tiga relawan yang masih menetap di Jalur Gaza dalam kondisi baik-baik saja. "Mereka sehat dan sedang menunggu dievakuasi ke wilayah selatan," ujar Ketua Presidium MER-C Indonesia Sarbini Abdul Murad kepada Tempo pada Rabu, 22 November 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Para relawan tersebut adalah Fikri Rofiul Haq, Farid Zanzabil, dan Reza Aldilla Kurniawan. Ketiga pemuda tersebut memutuskan menetap di Gaza. Mereka bergabung bersama relawan lain guna membantu pelayanan di Rumah Sakit Indonesia (RSI), Kota Beit Lahiya, Jalur Gaza Utara, meski eskalasi serangan pasukan Israel Defence Force (IDF) kian meluas mencari dan menyisir milisi Hamas.

Sarbini mengatakan MER-C telah meminta ketiganya pulang ke Tanah Air. Namun mereka menolak. "Ada kemungkinan mereka dievakuasi ke RS Nasser ke atau perbatasan Rafah," ujarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ketua Presidium MER-C Indonesia Sarbini Abdul Murad (kiri), dengan didampingi penerjemah Mer-C Rifa Berliana (kanan), memberikan keterangan kepada wartawan mengenai kondisi tiga WNI relawan, di kantor MER-C, Jakarta, 22 November 2023. ANTARA/Reno Esnir

Sarbini menuturkan, sebelum menerima kabar bahagia itu, MER-C Indonesia sempat mendapat informasi bahwa nasib ketiga pemuda tersebut berada di ujung tanduk. Dua relawan, kata dia, ditahan setelah senjata artileri Israel menghantam gedung RSI pada Senin, 20 November lalu.

Serangan brutal itu menewaskan 12 orang dan mengakibatkan 700 orang luka-luka. "Sedangkan satu relawan lain tidak diketahui keberadaannya," ujar Sarbini. Kabar tersebut didapat dari sejumlah kolega MER-C Indonesia yang berada di RSI Gaza.

Keluarga tahanan muda Palestina menonton di televisi berita terbaru tentang kesepakatan pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina di dekat Hebron di Tepi Barat yang diduduki Israel, 21 November 2023. REUTERS/Mussa Qawasma

Namun, beberapa jam kemudian, seorang jurnalis yang kerap melakukan aktivitas jurnalistik di RSI Gaza menghubungi kantor pusat MER-C Indonesia. Melalui sambungan telepon konvensional, akhirnya Sarbini dapat mendengar langsung suara dari salah seorang relawan. Komunikasi yang berlangsung sekitar 5 menit tersebut membuat lega perasaan staf MER-C Indonesia yang sebelumnya hilang kontak dengan ketiga relawan. "Sebab, setelah RSI diserang, kami tidak mendapat kabar dari ketiganya," kata Sarbini.

Dalam kesempatan terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, menguatkan pernyataan Sarbini itu. Kementerian, kata dia, telah melakukan verifikasi sehubungan dengan informasi yang menyebutkan dua relawan MER-C Indonesia ditahan pasukan IDF.

Verifikasi yang didapat dari sumber di Gaza, kata Lalu Muhammad, menyebutkan bahwa kabar tersebut tidak benar. Dia mengatakan ketiganya saat ini dalam kondisi baik dan masih berada di RSI. Para relawan tersebut, ia melanjutkan, telah bersiap dievakuasi ke wilayah Gaza selatan. "Kementerian akan terus memonitor kondisi ketiganya," ujarnya dalam keterangan pers, kemarin.

Gencatan Senjata

Presidium MER-C Indonesia Faried Thalib mengatakan, selain mengabarkan kondisi dan keberadaannya, ketiga relawan menceritakan situasi terbaru di Kota Beit Lahiya. Mereka menyebutkan Tel Aviv dan Hamas menyepakati gencatan senjata dalam kurun waktu tertentu. "Dari informasi terakhir yang kami dapat tadi, situasi di RSI cenderung aman. Serangan artileri dan udara sudah berhenti," ujarnya. Meski begitu, kata dia, rasa khawatir di benak mereka tidak kunjung hilang. "Kami yakin, setelah ini berakhir, RSI akan kembali menjadi target serangan."

Faried meminta Reza, Farid, dan Fiqri segera mengevakuasi diri ke wilayah aman di Gaza selatan. "Kami minta evakuasi ke RS Nasser kalau memang tetap ingin melakukan kegiatan kemanusiaan," ucapnya. MER-C Indonesia, dia melanjutkan, juga meminta Israel tidak menargetkan serangan ke rumah sakit.

Faried menegaskan bahwa tidak ada rumah sakit yang disebut menjadi markas komando Hamas sebagaimana yang selama ini dituduhkan pasukan Israel dan sekutunya. "Kami juga meminta agar Israel diadili sebagai penjahat perang atas agresinya di Palestina," ujarnya.

Pasukan Israel dan milisi Hamas pada Rabu kemarin akhirnya sepakat melakukan gencatan senjata selama empat hari. Ini merupakan gencatan senjata pertama selama keduanya terlibat pertempuran sejak 7 Oktober lalu.

Kedua Pasukan Bebaskan Sandera

Selain menyepakati gencatan senjata, kedua pasukan sepakat saling membebaskan sandera. Hamas akan melepaskan 50 sandera yang sebelumnya ditawan saat melancarkan agresi ke Israel selatan. Imbalannya, Tel Aviv akan membebaskan warga Palestina yang ditahan pasukan Israel.

Kabinet Israel mendukung upaya yang sebelumnya dimediasi Washington dan Doha ini. Dari 38 anggota kabinet, hanya tiga menteri yang memberikan suara menentang gencatan senjata tersebut. Ketiga orang tersebut adalah Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir serta dua anggota lain dari partai politik sayap kanan. Dalam gencatan senjata ini, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga memberikan klausul untuk memperpanjangnya. "Untuk setiap tambahan 10 sandera yang dibebaskan Hamas, jeda waktu gencatan senjata akan diperpanjang satu hari," ujar mereka. Namun Tel Aviv tidak menyebutkan klausul untuk membebaskan tahanan Palestina sebagai gantinya.

Hamas, yang menguasai jalur Gaza, juga merilis pernyataan yang menyebutkan 50 wanita dan anak-anak yang ditahan di wilayah tersebut akan dibebaskan. Imbalannya, Hamas meminta pasukan Israel membebaskan 150 wanita dan anak-anak Palestina dari penjara-penjara di Israel. Selama jeda tersebut, Tel Aviv juga dikabarkan bakal menghentikan aksi blokade di Jalur Gaza dan memberikan akses ke ratusan truk yang membawa bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar ke wilayah Palestina.

Menanggapi hal tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Rakyat Cina, Mao Ning, menyambut baik gencatan senjata itu. Menurut dia, gencatan senjata kedua pasukan tersebut akan membantu meringankan penderitaan krisis kemanusiaan di Palestina. Selain itu, menurut Mao Ning, gencatan senjata mendorong deeskalasi konflik dan meredakan ketegangan di antara kedua negara.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menghadiri pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed Al Nahyan, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, serta Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Hussein al-Sheikh, dalam pertemuan sehari tentang konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas, di Amman, Yordania, 4 November, 2023. REUTERS/Jonathan Ernst

Dalam kesempatan terpisah, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Uni Eropa bakal memanfaatkan momen gencatan senjata ini untuk mengoptimalkan masuknya bantuan ke Jalur Gaza. "Komisi Uni Eropa akan berusaha maksimal demi bantuan kemanusiaan ke Gaza," katanya, kemarin.

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengapresiasi langkah Qatar dan Gedung Putih yang berhasil memediasi gencatan senjata tersebut. Mesir juga menyambut baik rencana pertukaran sandera yang dilakukan kedua pasukan. "Demi kemanusiaan, ini harus dilakukan," kata Sisi di kantornya, kemarin.

Adapun Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Collona berharap upaya gencatan senjata dan pembebasan sandera ini juga dilakukan terhadap warga negaranya. "Kami berharap akan ada orang Prancis di antara kelompok pertama sandera yang dibebaskan," ujarnya.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber intelijen, Amerika Serikat menyatakan terdapat 237 tawanan dari Israel dan beberapa negara lain yang disandera milisi Hamas. Presiden Amerika Joe Biden menyatakan, dalam gencatan senjata ini, Gedung Putih telah meminta Hamas membebaskan warga negaranya yang ditahan. Namun permintaan untuk membebaskan warga negara asing lain seakan-akan tidak digubris. Warga negara asing dikabarkan tidak akan menjadi bagian dari kesepakatan tersebut.

ANDI ADAM FATURAHMAH | SUKMA LOPPIES | AL JAZEERA | REUTERS

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus