Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Jangan semut menjadi gajah

Wawancara tempo dengan jenderal edi sudradjat tentang hasil dewan kehormatan militer, penindakan para perwira yang terlibat kasus dili, dan tanggapan tentang hasil dkm.

7 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELESAI mengumumkan hasil DKM, Jenderal Edi Sudradjat langsung ke daerah. Jumat dan Sabtu pekan lalu, ia sudah di Jawa Timur, antara lain meninjau dan menutup acara "Geladi Makoter Bakorstanasda Jawa Timur" di Malang. Minggu dan Senin lalu KSAD terbang ke Balikpapan. Di tengah-tengah kesibukannya itu, TEMPO yang mengikuti seluruh acaranya di Ja-Tim mencoba melakukan wawancara mengenai hasil DKM yang lebih rinci. Baru Sabtu malam lalu, di tempat menginapnya, kamar 1005 Hotel Hyatt Regency Surabaya, Jenderal Edi, didampingi Kepala Dispen AD Brigjen. B. Hartadi, menerima wartawan TEMPO Biro Surabaya, Zed Abidien untuk suatu wawancara khusus. Berikut petikannya. Kamis lalu baru diumumkan hasil penyelidikan DKM. Padahal, sebelumnya dikatakan bahwa DKM untuk diketahui intern TNI AD. Mengapa dibuka? Ya. DKM-nya sendiri kan diketahui secara luas. Karena itu, Keputusan Presiden dan juga waktu itu saya jelaskan, saya bentuk DKM, dan dijelaskan tugas-tugasnya. Yaitu, untuk meneliti, mempelajari, dan menilai kebijaksanaan, serta strategi dan komando setempat. Sejak semula dikatakan begitu. Bahwa ada yang mengatakan DKM hasilnya tidak akan diumumkan, ya, nggak ada yang pernah mengatakan hal itu. Hasilnya memang perlu diketahui orang banyak. Hanya selama dalam proses, saya mengelak untuk menjawab pertanyaan wartawan yang mengejar-ngejar. Begitu proses selesai, hasilnya baru dapat diumumkan. Ada pendapat, pengumuman penindakan para perwira itu merupakan counterissue terhadap kedatangan kapal Portugal? Sama sekali tak ada kaitan. DKM itu mempunyai program. Tugasnya yaitu mempelajari dokumen, meneliti di lapangan, melakukan wawancara, rekonstruksi, kemudian pemeriksaan dan mengkaji keseluruhannya, memerlukan waktu satu setengah sampai dua bulan. Keseluruhan proses berakhir pada tangal 20 Februari itu. La, perkara sekarang ada kapal segala, tak ada kaitannya. Ya, kebetulan saja. Tak ada sama sekali sangkut-pautnya dengan kapal Portugal itu. Kerja DKM menurut programnya sendiri. Bahwa itu ternyata berakhirnya bersamaan dengan cerita berlayarnya kapal Portugal itu, ya, kebetulan saja. Dan buat saya, saya terbengong-bengong. Orang kok banyak benar, sih, yang menceritakan kapal layar itu menjadi gede karena banyak diberitakan. Padahal, jika dibiarkan saja, dia tak akan menjadi soal. Yang menjadi soal, kalau ada kapal tak ada izin berlayar di tempat kita, ya, ditangkap. Kalau ada orang tanpa izin untuk masuk ke tempat kita, misalnya tak ada paspor, ya, kita tangkap, dikembalikan. Sederhana saja. Tapi karena diberitakan, semut pun menjadi gajah. Jadi, sekali lagi, tak ada kaitannya dengan kapal Portugal itu. Jadi, kedatangan kapal Portugal itu benar-benar provokasi dari pihak Portugal? O... ya. Itu memang maksudnya untuk provokasi. Mereka tahu tak mendapat izin dan tahu tak mempunyai visa. La, karena diberitakan besar-besaran, provokasi menjadi besar, menjadi vokal. Pers juga terpancing provokasi itu. Sudahlah, jangan dibuat gede-gede. Kalau perkara kita mau menangkap, ya kita tangkap. Siapa pun yang berlayar tanpa izin, mendarat tanpa izin, kan ada aturan-aturannya toh. Pengumuman penindakan para perwira yang terlibat kasus Dili apa ada hubungannya dengan tekanan pihak luar negeri, misalnya tekanan negara donor. Sama sekali tak ada hubungannya. Ini semata-mata adalah rasa tanggung jawab yang ada pada diri kita bahwa kita ini adalah bangsa yang mandiri. Harus dimengerti dan harus tahu pula apa yang kita kerjakan dan apa yang seharusnya tidak kita kerjakan. Dan keseluruhannya harus kita pertanggungjawabkan. Bagaimana DKM bekerja, semangatnya meliputi rasa tanggung jawab terhadap TNI AD, terhadap masa depan TNI AD sendiri. Kemudian semangat untuk menegakkan disiplin dan tata tertib, memelihara, dan membina tradisi TNI AD untuk masa depan. Jika ini dikaitkan dengan itu (tekanan negara donor), ya, tak ada ceritanya sama sekali. Selama ini memang ada bantuan-bantuan. Sepanjang tak mengikat apa-apa, ya, kita terima. Jika mengikat, ya, kita tak mau. Kita pun mampu membangun dan mengembangkan diri sendiri. Nah, bahwa ini nanti mempunyai dampak yang lebih baik ke arah itu, itu sih dampak saja. Tanggapa~n Anda sendiri ~terhadap hasil DKM~? Saya sangat mengindahkan has~il peke~jaan mer~eka. Mereka bekerja sungguh-sungguh dengan semangat dan tanggung jawab demikian positif. Dan itu hasil optimal mereka. Jadi, saya amat menghargai. Karena itu, saya san~gat mengindahkan ha~sil itu dan memprosesnya ke dalam langkah dan tindakan lebih lanjut da~ri pimpinan TNI AD ini atas mereka ~(yang terlibat kasus Dili) itu. Keputusan menindak para perwira ~ang lerlibat ~insiden Dili ini ~merupakan keputu~san K~SAD, ~Panglima ABRI, atau Presid~en? Keputusan ini bermula dari kesimpulan dan saran dari DKM, atas hasil penelitian dan penilaiannya. Saya menilai bahwa itu patut, benar, dan layak. Dan keputusan ini saya laporkan kepada pimpinan ABRI dan Presiden. Dan beliau pun menerima dan membenarkan putusan itu. Itu prosesnya. Da~lam k~onperensi pers KSAD Kamis lalu, disebutkan bahwa ad~a dua kesalahan. Pertama kes~alahan k~omando, dan kedua kesalahan pidana. Dapat dijelaskan krit~ria seorang komandan melakukan kesalahan komando atau kesalahan pidana? Kesalahan komando itu adalah yang menyangkut soal kebijaksanaan, pengawasan? pengendalian, dan sebagainya. Itulah yang kita mintakan pertanggungjawaban terhadap enam perwira itu. Mulai dari perencanaan, persiapan, pengendalia~n, dan pengawasan operasi itu. Kita minta kepada enam orang yang terperiksa. Dan hasilnya sudah selesai. Nah, kemudian ke~salahan komando yang berikut, yang nanti akan diajukan ke mahkamah mili~ter, adalah para komandan lapangan langsung yang menyebabkan mengapa mereka tak mampu mengendalikannya sehingga insiden itu terjadi. Jadi, dia nanti harus mempertanggungjawabkan. Juga termasuk tindakan-tindakan, terutama anggota-anggotanya yang di luar batas kepatutan, norma, dan etika militer, yang sesungguhnya menjurus ke arah tindak pidana. Jadi, itulah yang akan digarap dan diselesaikan lebih lanjut oleh mahkamah militer. Mereka yang m~elakukan kesalahan di Santa Cruz itu termasuk kesalahan komando atau pidana? Terdiri dari dua jenis. Yang komandan langsung, yakni komandan kompi dan komandan peleton yang ada di situ, lebih dekat pada kesalahan komando. Seandainya mereka dapat mengomando dengan baik, kan tak ada anggotanya yang nyelonon~g ataupun berbuat menurut maunya sendiri. Yang kedua adalah tindakan yang sesungguhnya bukan komando, tetapi menyalahi etika atau melanggar disiplin. Dia nyelonong begitu, yang akibatnya mengarah ke masalah pidana. Perbuatannya sesungguhnya adalah melanggar atau menyalahi disiplin, tak memperhatikan etika. Hasilnya adalah pelan~garan pidana. Jadi, di situ ada dua pelakunya. Komandan lapangan langsung dan anggota yang dipimpin. Kabarnya, Mayjen. Sint~ong Panjaitan disekolahkan di Ha~rvard University. AS. Benarkah? Kuping wartawan ini tipis. Siapa saja yang omong ditangkap. Perkara omongannya betul atau salah... (Jenderal Edi tertawa lebar). Yang jelas adalah bahwa Sintong itu sekarang tidak menjabat suatu jabatan. Kalau tidak ~menjabat suatu jabatan, ya, pantas-pantasnya waktunya diisi dengan apa saja yang bermanfaat. Sekolah, salah satu. Itu bisa saja. Selain sekolah, apa lagi? Jadi, itu tak ada kaitannya dengan lain-lainnya. Kalau dia lagi menjadi Pangdam, ya, ~nggak sekolah dong. Pola operasi teritorial kabarnya akan diubah. Yang dahulu terkonsentrasi di daerah-daerah akan l~ebih dipusatkan di Kota Dili? Begini. Opster itu sesungguhnya adalah upaya atau kegiatan untuk menyejahterakan rakyat. Caranya, dengan memberikan berbagai kemampuan dalam lapangan kehidupan. Memang waktu itu Opster ditekankan di pedalaman dan sangat kurang di Kota Dili. Padahal, gerombolannya sudah banyak di dalam Kota Dili. Opster itu akan tetap dilanjutkan. Di samping memperhatikan di pedalaman, sekarang ini lebih ditekankan di Kota Dili. Seperti kemarin ada Batalyon 641, itu langsung ditaruh di Kota Dili. Maksudnya, Opster sekaran~g lebih memperhatikan masalah tenaga kerja? Ya, itu salah satu. Kalau yang diperlukan di pedalaman, ten~tu saja, bagaimana sawah itu itu dibikin panen dua kali atau bagaimana tanah dibikin sawah. Kalau yang diperlukan di K~ota Dili, tentu ya, bagaimana mendidik orang supaya bisa mengelas, bagaimana menambal ban. Opster banyak memperhatikan segi-segi keterampilan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus