DUA hari sebelum menyerahkan jabatannya sebagai Dirjen
Perhubungan Laut, Laksamana Madya Haryono Nimpuno masih sempat
ke Surabaya untuk -- antara lain -- meresmikan tahap II
perumahan buruh pelabuhan Tanjung Perak. Ketika hendak pulang,
tiba-tiba ia dijawil oleh H. Djunaidi Karim, seorang juragan
kapal layar. Bukan untuk memberikan kenang-kenangan, tapi pelaut
asal Sulawesi itu berniat mengajak Dirjen melihat dermaga kapal
layar di Kali Mas yang memprihatinkan.
"Lho kenapa mesti saya Di sini kan ada Adpel," ujar Haryono
kepada Djunaidi. Bagi Djunaidi sendiri, permintaallnya kepada
Dirjen itu sudah lama dicita-citakan sebagai usaha terakhir
untuk menyalurkan keluhan rekan-rekannya. Sudah bertahun-tahun
dan berpuluh surat dia kirimkan ke berbagai alamat tapi seperti
dikatakan Djunaidi, belum ada pejabat yang menanggapi.
Haryono, tampaknya tidak mau mengecewakan Djunaidi. Maka saat
itu pula dipanggilnya Kanwil Perhubungan Laut IV Kapt. Bambang
Wahyudiono untuk mendengarkan permintaan Djunaidi. "Hanya satu
saja permintaan kami. Supaya Kali Mas dikeruk," ungkap Djunaidi
kepada TEMPO. "Kalau jalan raya di darat diperbaiki terus,
kenapa jalan kami tidak," tambahnya.
Sebagai jalan raya bagi kapal-kapal layar, Kali Mas memang cukup
sibuk. Lebih 2.000 perahu layar menggunahan Kali Mas ini setiap
tahunnya," ujar Adpel Tanjung Perak yang baru drs. Sugianto.
Volume barang yang diangkutnya mencapai 77.000 ton dalam waktu
yang sama. Keadaan dermaganya sendiri, seperti dikatakan
Sugianto, terbaik di seluruh Indonesia (untuk kelas pelayaran
rakyat) dengan panjang seluruhnya 2 900 meter. Tapi tidak
semuanya untuk pelayaran rakyat. Di bagian paling hilir
disediakan bagi kapal ferry jurusan Madura, di bagian tengah
untuk kapal antar pulau dan duapertiga di bagian paling hulu
dijatahkan untuk pelayaran rakyat.
Masuk Daftar
Tapi separo dari jamu itu tidak digunakan lantaran sangat
dangkal. "Kalau lagi surut kapal kami bisa nggoling," ujar
seorang juragan dengan bahasa khas Surabaya. Maklumlah kedalaman
Kali Mas di bagian ini hanya 1,5 meter sehingga benar-benar
pernah terjadi beberapa kapal terbalik sewaktu air surut.
Bambang Wahyudiono, yang juga baru 4 bulan menjabat Kanwil Hubla
IV, akhirnya memang memutuskan untuk mengeruk dermaga rakyat
itu. Kebetulan tahun ini ada anggaran Rp 960 juta untuk
pengerukan pelabuhan di wilayah IV. Maka Kali Mas pun dimasukkan
dalam daftar pelabuhan yang dikeruk, di samping Tanjung Perak
sendiri, Gresik dan Panarukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini