Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menginginkan agar hilirisasi industri rumput laut di Indonesia digenjot usai hilirisasi industri hasil tambang sudah berlaku sejak 2020. Menurut Jokowi, Indonesia memiliki potensi menjadi negara penghasil rumput laut terbesar di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena kita itu bisa produksi (rumput laut) nomor satu di dunia, tapi dijual dulu ke Filipina. Kenapa ga diolah jadi produk kecantikan atau sumber negeri alternatif," kata Jokowi saat bertemu dengan pemimpin redaksi (pemred) media di Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis, 10 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jokowi mengatakan ide hilirisasi industri rumput laut muncul saat dirinya berkunjung ke Jerman. Ia menyebut di sana rumput laut digunakan sebagai sumber energi alternatif dan rumput laut disebut memakan karbon yang cukup tinggi.
Dengan potensi yang besar tersebut, Jokowi bakal mendorong industri rumput laut dengan terlebih dahulu menjamin ketersediaan pasarnya. Selain itu, pihaknya juga bakal mencarikan investor agar rumput laut yang dibudidaya dapat tertampung.
Jokowi mengklaim saat ini sudah ada investor asal India yang bakal membangun industri tersebut di Bali. "Masa depan kita ada di situ," kata Jokowi.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga menyampaikan keinginannya memiliki penerus yang kuat maraton menjalankan program-program warisannya. Seperti program hilirisasi industri yang menurut Jokowi perjalanannya masih panjang.
Jika presiden penerusnya konsisten dengan hilirisasi industri, Jokowi yakin dalam 15 tahun lagi Indonesia akan maju dengan pendapatan per kapita mencapai US$ 10.000 per tahun. Apalagi, hilirisasi rencananya tidak hanya diberlakukan untuk nikel, tapi hasil tambang lainnya.
Namun, Jokowi menyebut presiden selanjutnya juga harus memiliki pendirian kuat. Sebab, hilirisasi industri turut mendapat pertentangan dari berbagai negara, seperti Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat. "Bukan tentang siapa presidennya nanti, tapi dia berani ga meneruskan hilirisasi itu? Ini kan butuh keberanian karena tekanannya akan semakin besar, semakin berat, jadi dibutuhkan nyali, konsistensi, daya tahan, dan napas panjang. Jadi intinya orang yang bisa berlari maraton," kata Jokowi.
Usai mengucapkan kalimat tersebut, seorang pemred kemudian bercanda dengan mengatakan apakah sosok capres kriteria Jokowi bukan yang kuat lari pagi. "Iya maraton, kan perlu daya tahan," kata Jokowi.
Pilihan Editor: Gibran Dilirik Buat Jadi Cawapres, Jokowi: Ya Boleh-boleh Saja