Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Just Cut It Barber Shop yang terletak di Wilmington, Carolina Utara, Amerika Serikat menyediakan layanan khusus bagi pelanggan dengan disabilitas. Setiap Rabu, tempat pangkas rambut milik Quinn Jones ini menutup kegiatannya dari aktivitas potong rambut biasa menjadi lebih eksklusif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga:
HUT RI 17 Agustus, Pendaki Disabilitas Akan Taklukkan Elbrus
Gempa Lombok, Simak Prosedur Evakuasi Bagi Penyandang Disabilitas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Khusus Rabu kami hanya menerima pelanggan penyandang disabilitas, khususnya dengan kelainan sensorik," ujar Quinn Jones, Kamis 2 Agustus 2018. Setiap hari itu pula ruang pangkas rambut sengaja dibuat temaram agar suasananya lebih tenang.
Quinn Jones menjelaskan para penyandang disabilitas dengan keterbatasan sensorik kerap kesulitan menghadapi suasana yang terlalu ramai atau ribut. Jika itu terjadi, maka ketika potong rambut mereka merasa tidak nyaman.
Pada Rabu siang, Just Cut It Barber Shop menerima seorang pelanggan dengan Sindrom RETT bernama Amanda. Mengutip National Institute of Neurological Disorder, sindrom RETT merupakan proses kemunduran saraf sensori yang terjadi karena perubahan genetis.
Sindrom RETT membuat seseorang sering kejang dan terlalu sensitif terhadap suara, cahaya, dan keramaian. Sindrom RETT juga membuat seseorang mengalami lemah otot, skoliosis, dan lemah tungkai. Keadaan tersebut membuat mereka sulit duduk dan bergerak.
Penyandang disabilitas dengan sindrom RETT kerap mengalami kesulitan ketika akan memotong rambut di tempat umum karena suasana yang ramai dan ribut. Beberapa anak biasanya akan mengalami tantrum atau berteriak sambil menangis. Bila konisinya semakin ramai, reaksi dapat berlanjut ke tahap kejang dan muntah.
"Suara banyak memberikan pengaruh terhadap penyandang sindrom RETT. Tapi di sini, mereka dapat duduk lebih lama dan nyaman. Memang masih sedikit terganggu, tapi tidak separah bila mereka potong rambut bersama orang lain di tempat umum," ujar Quinn Jones.
Dalam menjalankan bisnis, Quinn Jones terinspirasi keadaan istrinya yang merupakan seorang difabel. Istri Quinn Jones, Allison Renee Jones kerap kesulitan ketika akan memotong rambut.
Allison Renee yang berprofesi sebagai asisten profesor di bidang pendidikan luar biasa mengatakan, tempat potong rambut khusus penyandang disabilitas sangat diperlukan karena termasuk salah satu cara penyediaan akses sekaligus pembangunan kapasitas komunitas difabel.