Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SATU lagi yang sedang siap-siap naik panggung Pemilu 2009 adalah Sri Sultan Hamengku Buwono X. Meski pernyataan resmi darinya belum muncul, tanda-tanda bukan tak ada. Salah satunya adalah keengganan Sultan untuk dipilih menjadi Gubernur Yogyakarta kembali—posisi yang telah tiga periode ia duduki.
Tanda-tanda lainnya adalah ”safari politik”. Seusai salat Jumat pekan lalu, Sultan datang di DPR yang tengah membahas empat rancangan undang-undang politik, termasuk revisi UU Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.
Mengenakan jas hitam dan dasi hijau bermotif, Sultan diminta hadir di Ruang Komisi VI DPR untuk bicara tentang visi dan misinya mengenai negara. Sepekan sebelumnya, Sutiyoso yang datang. Menurut Sultan, ia hadir untuk berbagi pengalaman tentang otonomi daerah. ”Bunyi undangannya begitu, kok,” kata dia.
Soal pencalonan sebagai calon presiden? ”Tanya ke Pak Soetrisno saja,” katanya seraya menoleh Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir. Yang ditunjuk cuma mesam-mesem. Menurut Soetrisno, partainya memang sedang mencari calon alternatif. ”Calonnya masih itu-itu saja alias stok lama. Jadi, forum ini untuk menerobos kebekuan itu,” katanya.
PAN, menurut Soetrisno, akan terus mengundang tokoh daerah yang dianggap berprestasi. ”Di luar negeri itu, banyak tokoh daerah yang naik ke pentas nasional,” kata dia. Selain mengundang Sultan, PAN rencananya juga akan mengundang Zulkifli Nurdin (Gubernur Jambi), Fadel Muhammad (Gubernur Gorontalo), dan Gamawan Fauzi (Gubernur Sumatera Barat) untuk ”menjajakan diri”.
Tentang Sri Sultan, kata Wakil Ketua Fraksi PAN di DPR, Muhammad Najib, ia masih malu-malu. ”Sultan orang Jawa,” kata dia. Menurut Soetrisno, ”Sinyalnya sudah bisa ditangkaplah, tanpa perlu ditanya lagi.”
Sultan sendiri sebetulnya bukan hanya menunggu. Sebelum bertemu PAN, ia telah beberapa kali menggelar acara ”kumpul-kumpul”. Pekan lalu, misalnya, ia menggelar acara buka puasa bersama. ”Ya, semacam konsolidasilah,” kata Muhammad Najib, yang hadir dalam acara itu. Muslim Abdurrahman, pengamat politik yang juga datang, mengatakan bahwa Sultan juga pernah mengundang dirinya untuk berbincang-bincang mengenai kondisi nasional saat ini. ”Ya, kita sharing-lah, tapi tidak ada komitmen politik,” tutur Muslim.
Menurut Muslim, Sultan harus berani ”menantang” Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. ”Rakyat butuh perubahan. Ia harus berani mengambil momentum ini,” ujarnya.
Selain acara buka puasa itu, Sultan juga pernah bertemu sejumlah tokoh termasuk pengusaha dan bekas politikus PDI Perjuangan Arifin Panigoro. Kata Hilmi Panigoro, adik Arifin, setidaknya telah dua kali Sultan dan abangnya bertemu. Pertama saat peresmian sekolah di Bantul dan kedua dalam sebuah acara makan malam di kediaman Arifin Panigoro.
Seriuskah Sultan? Ditanya wartawan dalam pertemuan di DPR pekan lalu, ia berkomentar tak tegas. ”Lebih baik jangan didorong-doronglah. Hargai hak orang lain juga. Jangan dipaksa,” katanya kalem.
Budi Riza, Syaiful Amin
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo