BAGAIMANA komentar lulusan Akabri 1969-1978 dan perwira yang
menjadi atasannya, atas hasil penelitian pihak Akabri?
Seorang perwira senior lulusan Akademi Angkatan Laut (sebelum
dilebur menjadi Akabri) yang mempunyai banyak perwira muda,
mengakui: "Lulusan Akabri, terutama angkatan 1976 ke atas,
terlalu santai." Dibandingkan dengan angkatannya, yang katanya
rata-rata menguasai dua bahasa asing, lulusan sekarang agak
menyedihkan.
Penyebab pokoknya "Soal semangat. Kami dulu benar-benar selalu
menambah kekurangan ini-itu, mengikuti kursus macam-macam. Tapi
kini, hanya satu, dua perwira remaja yang mau begitu."
Tapi seorang lulusan Akabri Kepolisian angkatan 1978, yang kini
bekerja di Kodak IX Ja-Teng, tak setuju dengan hasil penelitian
Akabri itu. "Soalnya, jabatan seorang perwira remaja juga
menentukan apakah ia bisa berkembang atau tidak," katanya.
Memang, suasana kerja di tiap kesatuan berbeda. Ada yang
mendorong seorang perwira remaja untuk maju, ada yang
sebaliknya.
Toh seorang rekannya, yang kini di Kowil 96 Yogyakarta, mengakui
bahwa "gemblengan mental dan pelajaran praktek perlu
ditingkatkan." Tapi agaknya karena dia sendiri termasuk perwira
yang rajin -- suka membaca buku dan menghadiri ceramah yang
menyangkut bidangnya, misalnya ceramah tentang UU Lalu Lintas
yang pernah diadakan di Universitas Islam Indonesia, Yogya. Ia
memang mengaku tak menguasai Bahasa Inggris, tapi bisa Bahasa
Jepang dengan baik. Itu hasil kursus 9 bulan dan praktek
sehari-hari. Sebab kakaknya pernah belajar di Jepang.
Seorang lulusan Akabri Darat angkatan 1977 mencoba membela diri.
Katanya, meski di Akabri sarana belajar lengkap, tapi pelajaran
bahasa Inggris hanya 3 kali 9O menit seminggu. "Itu tak cukup.
Untuk menambah belajar sendiri tak ada waktu. Pelajaran penuh
dari pukul 06.00 sampai pukul 17.30. Pukul 10.00 malam kami
sudah mengantuk, lantas tidur," ceritanya. Memang ia tak
menceritakan, apa yang mereka lakukan antara pukul 06.00 sore
sampai 10.00 malam itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini