BEKAS Wali kota Sabang, Yusuf Walad, ternyata masih "laris".
Sampai akhir September lalu, buku tamu di tempat tahanannya
telah penuh terisi. Rata-rata tiap hari 10 orang antre
mengunjunginya. Walad sering berjemaah dengan mereka ketika
salat magrib.
Dengan alasan akan diperiksa lagi, Walad pada 23 September lalu
dijemput M. Hatta Nasution dari Kejaksaan Negeri Sabang. Tapi
setelah tiba di kantor kejaksaan, la disodori surat segera masuk
tahanan atas perintah jaksa tinggi Aceh. Dengan jip ia kemudian
diangkut ke Lembaga Pemasyarakatan Sabang, sebagai tahanan
kejaksaan.
Penahanan Walad, menurut pihak kejaksaan, disebabkan karena
ulahnya juga. Wawancaranya dengan beberapa koran rupanya
dianggap pihak kejaksaan "tidak bersahabat, memperuncing suasana
di Aceh serta menghambat lancarnya pemeriksaan," kata Jaksa
Tinggi Hamrad Hamid. Dalam wawancara itu, seraya menekankan
bahwa dirinya tidak bersalah, Walad senantiasa mengancam akan
"membuka kartu".
Menurut jaksa tinggi Aceh, setelah dikenai tahanan kota, Walad
masih memberi Perintah lisan kepada pegawai kantornya. "Sikapnya
yang demikian tak mustahil dapat mengubah barang bukti yang ada
di kantor itu," katanya. Walad dicopot sebagai wali kota 9
Agustus lalu.
Yusuf Walad tersandung karena berani memakai duit eks pajak
negara dengan alasan, seperti pernah dikatakannya pada TEMPO,
"Meminjam dulu untuk pembangunan." la membantah telah memakai
uang negara sebanyak Rp 1,2 milyar.
Walad, misalnya, membeli dua kapal pukat harimau bekas seharga
Rp 115 juta, yang menurut dia sudah dibayar Rp 65 juta. Tapi,
menurut pemiliknya, dia baru dibayar Rp 6 juta. Sementara itu,
sumber Kejaksaan Tinggi Aceh menyebut harga kapal itu cuma Rp 40
juta.
Walad selesai diperiksa 30 September lalu, dan dalam bulan ini
juga akan disidangkan. Sckitar 20 saksi telah diperiksa dan
kabarnya semuanya memberatkan Walad, yang dituduh melakukan
tindak pidana korupsi. Tapi Walad sendiri kabarnya masih garang.
"Kartu As masih di tangan saya," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini