Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PT Pelni (Persero) Kristia Budiyarto diduga mencantumkan riwayat pendidikan dan pekerjaan palsu. Ada ketidaksesuaian, antara data yang tercantum di laman resmi PT Pelni dengan hasil verifikasi Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kristia yang dikenal aktif sebagai buzzer atau pendengung sejak masa pemerintahan Presiden Joko Widodo diangkat menjadi Komisaris PT Pelni melalui Surat Keputusan Kementerian BUMN Nomor SK-354/MBU/11/2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di laman resmi PT Pelni, tertulis Kristia memiliki riwayat pendidikan sebagai lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan. Selain itu ia mencantumkan riwayat pekerjaan sebagai Direktur Program di jaringan Etnikom Network Bens Radio dan General Manager PT Planet Tecno.
Berdasarkan penelusuran Tempo pada laman Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, Kristia Budiyarto tidak tercatat sebagai alumnus Universitas Hasanuddin. Direktur Kemahasiswaan dan Penyiapan Karier Universitas Hasanuddin Abdullah Sanusi mengonfirmasi bahwa Kristia Budiyarto tidak tercatat di data alumni.
“Sudah kami cek, yang bersangkutan tidak tercatat sebagai alumni Universitas Hasanuddin,” kata Abdullah lewat aplikasi perpesanan pada Rabu, 15 Januari 2025.
Abdullah menyatakan Kristia Budiyarto juga tidak pernah tercatat sebagai mahasiswa Universitas Hasanuddin. “Tidak ada catatan,” ujar dia. Lebih lanjut, Abdullah menegaskan Universitas Hasanuddin tidak memiliki Fakultas Ilmu Komunikasi. Hanya ada Program Studi Ilmu Komunikasi di bawah Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Selain itu, berdasarkan penulusuran Tempo dari data Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum dan HAM, tidak ada perusahaan bernama PT Planet Tecno. Mesin pencarian Google juga tak menemukan perusahan tersebut. Tak ditemukan di mana lokasi perusahaan itu.
Tempo mencoba menghubungi Kristia Budiyarto melalui pesan WhatsApp untuk meminta konfirmasi pada Rabu, 15 Januari 2025. Di WhatsApp, pesan Tempo mendapatkan tanda centang dua atau terkirim. Namun, Kristia tidak memberikan respons. Selain itu, panggilan seluler Tempo juga tidak diangkat. Pada Kamis, Tempo kembali menghubungi namun tidak ada respons yang diberikan.
Manajer Komunikasi Korporasi PT Pelni Ditto Pappilanda enggan berkomentar saat ditanya perihal verifikasi data latar belakang Kristia. Menurut dia pejabat komisaris diangkat oleh Kementerian BUMN sebagai perwakilan dari pemegang saham.
“Kami percaya bahwa selaku pemegang saham, Kementerian BUMN menempatkan putra-putri terbaiknya untuk melakukan pengawasan kinerja dan kebijakan direksi di perusahaan mana ditempatkan dengan mengutamakan asas profesionalitas dan integritas demi kepentingan perusahaan dan negara,” kata Ditto lewat keterangan tertulis pada Rabu sore.
Kristia lewat akun X miliknya aktif mengkampanyekan Joko Widodo saat masa Pilpres 2019. Ia pernah meramaikan sejumlah tagar dukungan kepada pasangan Jokowi dan Ma’ruf Amin seperti tagar #Albantani. Tagar tersebut, merujuk pada Imam Besar Masjidil Haram, Muhammad Nawawi al-Bantani yang merupakan kakek buyut dari Ma’ruf Amin. Kampanye di jagat maya tersebut digunakan untuk menggaet suara umat muslim untuk pasangan Jokowi-Ma’ruf.
Selain itu, cuitannya di media sosial juga beberapa kali berujung polemik. Salah satunya ketika memplesetkan diksi khilafah menjadi ‘khilaf*ck’.
"Memilih capres jangan sembrono apalagi memilih capres yang didukung kelompok radikal yang suka mengkafir-kafirkan, pengasong khilaf*ck anti Pancasila, gerombolan yang melarang pendirian rumah ibadah minoritas," tulisnya pada Ahad, 23 Oktober 2022.
Hingga saat ini, Kristia masih aktif mengkampanyekan dukungan terhadap pemerintah. Dukungan itu berlanjut kepada Presiden Prabowo Subianto setelah masa jabatan Presiden Joko Widodo berakhir pada akhir 2024 lalu.