Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tokoh nahdliyin yang tergabung dalam Timnas Amin bakal ditugaskan menyasar suara dari kalangan akar rumput dan santri.
Yenny Wahid mengatakan bakal memanfaatkan tingginya jumlah swing voters.
Pengamat menilai pengaruh “kaum bersarung” tidak akan signifikan mendulang perolehan suara.
JAKARTA – Bergabungnya sejumlah tokoh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan tiap kubu pasangan calon presiden dan wakilnya membuat persaingan di antara kandidat kian sengit. Kehadiran dan dukungan nahdliyin—sebutan untuk masyarakat NU—diharapkan berpengaruh dalam mengerek perolehan suara dari basis massa organisasi keagamaan Islam terbesar ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Juru bicara bidang keagamaan dan pesantren Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas Amin), Muhammad Husnil, mengatakan tokoh nahdliyin yang tergabung dalam Timnas Amin bakal ditugaskan menyasar suara dari kalangan nahdliyin di akar rumput. Menurut dia, ketokohan yang dimiliki para petinggi nahdliyin menjadi kunci utama untuk mengerek perolehan suara. ”Strategi kami menggunakan pendekatan kultural,” ujar Husnil saat dihubungi pada Ahad, 21 Januari 2024.
Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan (kiri), mendengarkan ceramah mantan Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj (kanan), saat menghadiri haul pendiri Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif, KH Bisri Syansuri, yang ke-45 di Denanyar, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, 12 Januari 2024. ANTARA/Syaiful Arif
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pendekatan kultural ini dipilih dengan mempertimbangkan begitu besarnya pengaruh petinggi nahdliyin di masyarakat. Husnil menyebutkan Said Aqil Siradj, mantan Ketua Umum PBNU, diklaim memiliki keistimewaan sendiri bagi kalangan nahdliyin. Said Aqil menyatakan 100 persen mendukung Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Anies Baswedan. Dukungan itu disampaikan saat Said Aqil menjadi pembicara di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur.
Begitu pula dengan tokoh lain yang mengurus pesantren. Menurut Husnil, ketokohan dan pengaruh mereka akan dimanfaatkan untuk mendorong kalangan santri menentukan pilihan secara rasional. “Kami minta santri memilih pemimpin berdasarkan rekam jejak dan yang jelas amaliahnya,” ujar Husnil.
Terdapat sejumlah nama tokoh nahdliyin yang bergabung dalam Timnas Amin, di antaranya Kiai Abdussalam Shohib dan Kiai Muhammad Najih Maimoen. Keduanya pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, Jawa Tengah, pondok pesantren terbesar di Tanah air. Masuknya pengurus pondok pesantren, kata Husnil, diharapkan mampu mengerek perolehan suara Amin di Jawa Tengah yang dikuasai kubu lawan: pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud Md. dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Presiden Indonesia Joko Widodo menggandeng tangan mustasyar PBNU, Habib Lutfi bin Yahya, didampingi Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama Khofifah Indar Parawansa dalam acara harlah ke-78 Muslimat Nahdlatul Ulama di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 20 Januari 2024. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Di kubu Prabowo-Gibran terdapat Ketua Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, yang masuk ke Tim Kampanye Nasional (TKN). Khofifah diharapkan mampu mengerek elektabilitas di Jawa Timur yang kerap disebut sebagai wilayah kunci dalam mendulang suara.
Direktur Juru Bicara TKN Prabowo-Gibran, Viva Yoga Mauladi, mengatakan Khofifah tidak diberi strategi khusus dalam memenangkan duet Prabowo-Gibran, khususnya di wilayah Jawa Timur. Sebab, kata Viva, “Pengalaman Khofifah sebagai mantan Gubernur Jawa Timur dan Ketua Muslimat NU diyakini mampu menyapu bersih suara di sana.”
Wakil Ketua TKN Afriansyah Noor mengatakan Khofifah dan sejumlah tokoh nahdliyin lain ditugaskan memenangkan kubu Prabowo-Gibran di hampir seluruh Jawa. Afriansyah menyebutkan Habib Lutfhi bin Yahya ditugaskan memenangkan kubu Prabowo-Gibran di Jawa Tengah. Lalu Kiai Adib Rofiuddin Izza akan bertugas mengerek suara kubu pasangan calon nomor urut 2 di wilayah Jawa Barat. Dia hakulyakin ketokohan dan kharisma para tokoh nahdliyin mampu menarik suara. “Kami perkuat perolehan suara di seluruh Jawa,” ujar Afriansyah.
Meski begitu, Sekretaris Jenderal Partai Bulan Bintang itu mengatakan TKN tidak hanya memanfaatkan ketokohan dan kharisma para petinggi Nahdlyin. Menurut Afriansyah, program-program unggulan kubu Prabowo-Gibran tetap menjadi senjata utama untuk mendulang suara di kalangan akar rumput nahdliyin. “Pada prinsipnya, kami ingin membangun Indonesia emas 2045,” ujarnya.
Khofifah berlabuh mendukung dan bergabung dengan TKN Prabowo-Gibran menjelang akhir masa kampanye. Viva mengatakan tidak ada alasan khusus ihwal bergabungnya Khofifah. Menurut dia, Khofifah bergabung atas kesediaan dan keinginan hatinya. “Kami menawarkan, tapi kan tidak langsung diterima,” ujar Viva. “Khofifah bergabung setelah menjalankan ibadah umrah dan atas keinginan sendiri. Tidak ada dorongan dari TKN.”
Adapun di kubu Ganjar-Mahfud terdapat Zannuba Ariffah Chasoh alias Yenny Wahid, salah satu pengurus PBNU. Direktur Wahid Institute ini bergabung dengan Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud.
Yenny Wahid mengatakan bakal memanfaatkan tingginya persentase kelompok masyarakat yang belum menentukan pilihan atau swing voters dalam elektoral 2024 ini. Swing voters adalah para pemilih yang pilihan politiknya masih bisa berubah. Pemilih pada kategori ini dinilai mengedepankan rasionalitas dan melihat gagasan yang disampaikan para peserta pemilu. Berdasarkan sigi sejumlah survei, jumlah swing voters berkisar 16-20 persen.
Meski menjadi salah satu tokoh di NU, Yenny menegaskan tidak ingin menggunakan identitas nahdliyinnya untuk memenangkan kubu Ganjar-Mahfud. Semenjak memutuskan bergabung di TPN, Yenny menyatakan cuti sebagai bagian dari PBNU.
Dia menegaskan berfokus mengkampanyekan duet Ganjar-Mahfud di berbagai kalangan. “Target kami adalah swing voters anak muda,” ujarnya saat dihubungi pada Sabtu, 20 Januari 2024. Menjelang berakhirnya masa kampanye, TPN meningkatkan kegiatan blusukan untuk menarik perolehan suara dari kelompok tersebut.
Menurut dia, program unggulan Ganjar-Mahfud yang berbasis kepemudaan menjadi daya tawar penting untuk menarik perolehan suara dari kelompok tersebut. Program yang dimaksudkan putri mantan presiden keempat ini, antara lain, penyediaan layanan Internet gratis, kurikulum pendidikan yang tepat sasaran, dan lapangan kerja yang memadai. Yenny berpendapat bahwa program-program ini akan membantu pemenangan kubu Ganjar-Mahfud di berbagai wilayah. “Program kami berfokus menyelesaikan problem yang dihadapi anak muda. Jadi bukan soal berebut pengaruh nahdliyin,” ucap Yenny.
NU Bukan Organisasi yang Dihegemoni 1-2 Figur
Tiap kubu pasangan calon mengklaim mendapat dukungan dari para tokoh nahdliyin. Namun Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai pengaruh “kaum bersarung” itu tidak akan signifikan untuk mendulang perolehan suara dalam pemilihan presiden kali ini.
Agung menjelaskan, masuknya Khofifah ke TKN kubu Prabowo-Gibran memang dianggap menguntungkan untuk perolehan suara di Jawa Timur yang kerap menjadi palagan kunci dalam pemilu. “Tapi, secara institusional, NU bukan organisasi yang bisa dihegemoni oleh 1-2 figur saja,” ujarnya.
Menurut dia, terpecahnya basis suara NU di masing-masing kubu memperkecil peluang antarkubu untuk menyapu bersih perolehan suara. Menurut Agung, Khofifah sebagai Ketua Umum Muslimat NU memang berpotensi mendulang suara dari kaum perempuan nahdliyin. Namun keberadaan tokoh Muslimat NU lainnya, seperti Yenny Wahid di kubu Ganjar-Mahfud, tentu menjadi pembelah pengaruh suara Khofifah.
Ganjalan lainnya, kata Agung, datang dari srikandi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Perlu diingat bahwa PKB, partai besutan Muhaimin Iskandar, merupakan partai yang memiliki peluang perolehan suara besar di Jawa Timur. “Masuknya Khofifah tidak signifikan bisa langsung memenangkan kubu Prabowo-Gibran.”
Dihubungi secara terpisah, peneliti senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, berpendapat serupa. Dia menilai terpecahnya suara di NU dan pengaruh ketokohan para petinggi nahdliyin tidak akan berdampak signifikan dalam meraup suara. “Suara di kalangan nahdliyin akan terbagi,” kata Usep. Meski begitu, kata dia, kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud akan lebih diuntungkan dengan dinamika politik yang terjadi akhir-akhir ini. Menurut Usep, mandeknya elektabilitas kubu Prabowo-Gibran menjadi faktor yang menguntungkan bagi kubu lain. “Kalau pilpres berjalan dua putaran, bukan tidak mungkin kondisinya berbalik.”
ANDI ADAM FATURAHMAN
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo