Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Kepada Tahanan Dan Gelandangan

Himpunan masyarakat Indonesia untuk kemanusiaan mengadakan diskusi tentang da'wah pemberian bantuan kemanusiaan di kalangan tahanan & gelandangan. Metode da'wah di LP malah membuat tahanan takut.(ag)

28 Juli 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMPAI sekarang, yang disebut "da'wah" terdengar seperti sama dengan pidato. Da'wah masih saja lebih ditekankan pada tabligh, penyampaian ajaran. Artinya, belum lagi merupakan atau disertai usaha memikirkan pemberian bantuan kemanusiaan. Padahal itu dalam banyak hal merupakan sarana paling efektif bagi keberhasilan da'wah sendiri. Tapi rupanya kecenderungan baru mulai nampak. Sebuah diskusi tentang itu diselenggarakan oleh Humaika (Himpunan Masyarakat Indonesia untuk Kemanusiaan), 15 Juli, di Hotel Aryaduta Hyatt, Jakarta. Ke sana diundang kalangan da'wah dan para pemuka Islam. Hadir misalnya Jusuf Hasjim, Dr. Aminuddin Aziz dan wakil dari Departemen Agama. Ini tampaknya usaha Humaika, organisasi non-pemerintah yang berdiri tahun lalu, untuk secara lebih langsung mengajuk hati kalangan Islam dalam masalah tersebut -- sambil mencari tahu apakah kesan "ketidakterlibatan" seperti di atas benar. Humaika sendiri selama ini dikenal dengan usaha-usaha penyantunannya kepada para tahanan, bekas tahanan maupun keluarga mereka, tanpa pandang agama maupun politik. Itu yang pertama. Target kedua, untuk tahun ini, ialah penyantunan gelandangan. Mereka misalnya mempunyal empat pos gelandangan di Jakarta, dengan proyek penciptaan lapangan kerja yang diikuti 150 orang. Bulan kemarin misalnya untuk proyek itu dikeluarkan biaya Rp 1 juta. Beberapa kesukaran tentu saja diperoleh. Mengumpulkan rukuh (mukena) saja misalnya, untuk dibagikan kepada para tahanan yang ternyata membutuhkan, mereka mendapat bahan yang "bahkan, maaf-maaf, tidak pantas untuk dibuat sekedar celana dalam," seperti dikatakan Ny. Nani Yamin, sosiawan yang juga pekerja lapangan. Mengapa Tidak Bicara Kepada Kami? Sebaliknya contoh seperti itu dirasakan aneh oleh juru da'wah seperti misalnya Tuty Alawiyah dari Asy Syafi'iyah. Seperti diterangkannya, perguruannya (yang dipimpin oleh KH Abdullah Syafi'i) antara lain menampung 350 anak yatim yang sebagian besarnya diambil dari gelandangan (seperti juga proyek yang diusahakan Pendeta Lumy S. Th misalnya dari kalangan Kristen). Untuk pembiayaan, Tuty menyatakan bahwa dari seksi pengajian yang dipimpinnya saja (dihadiri 3.000 orang ibu-ibu), mereka bisa mendapat paling sedikit Rp 300.000 tiap minggu. "Mengapa tidak bicara kepada kami?" Tuty bertanya. Mereka juga melakukan penyantunan ke lembaga-lembaga pemasyarakatan -- meskipun, seperti diterangkannya, pejabat penjara sendiri menyatakan bahwa masih tergolong jarang kalangan keagamaan Islam yang melakukan usaha seperti itu. Jadi pertemuan ini lalu bermanfaat untuk sekedar saling tahu -- juga tahu batas usaha masing-masing sampai sekarang, seperti dikatakan Sudjoko Prasodjo, Direktur Lembaga Studi dan Ilmu Kemasyarakatan. Dari diskusi itu misalnya cukup banyak diceritakan hambatan kelembagaan: dikatakan, usaha penyantunan dari kalangan Islam biasanya tidak begitu mudah diterima para pejabat rumah tahanan, bila dibanding yang datang dari kalangan lain. Dan bahwa di lembaga-lembaga pemasyarakatan, Katolik dan Kristen menerima penambahan jumlah pemeluk yang sangat menyolok. Tapi seperti juga dikatakan Ketua Humaika, Adi Sasono, untuk yang bersifat kelembagaan itu pun belum terlihat usaha kalangan Islam untuk menembusnya. Satu soal ada diceritakan oleh Dr. Saparinah Sadli. Psikolog itu membenarkan, bahwa metode da'wah Islam yang dipakai di kalangan para tahanan banyak membuat mereka takut. Seperti yang dilihatnya di Plantungan, PekaIongan, misalnya, da'wah ini bersifat menuntut taubat para tapol atau mengungkit dosa mereka -- kemudian membebani mereka dengan seluruh kewajiban komplit sebagai seorang muslim. Itu tentulah patut dipertanyakan kepada lembaga resmi yang mengurus para da'i bagi sasaran tersebut -- Departemen Agama. Namun masalah pendekatan kemanusiaan dalam da'wah, yang malam itu tidak dibicarakan dari seginya yang mendasar, sebenarnya lebih dari sekedar masalah operasional.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus