KALAU mobil Anda dicuri di Jakarta, barangkali Anda perlu bantuan dukun untuk menemukannya. Ini bukan iklan untuk si dukun. Tapi sekadar gambaran, betapa mustahilnya menemukan kembali mobil yang dicuri di Ibu Kota yang punya sekitar 1,8 juta kendaraan bermotor itu. Barangkali, dengan management information system (MIS), suatu sistem komputer terpadu yang punya jaringan ke berbagai pihak, yang kini tengah dirancang Kepolisian RI, Anda tak usah lagi datang ke dukun. Karena, begitu laporan pencurian mobil masuk ke polisi, semua identitas mobil yang hilang, misalnya nomor rangka dan nomor mesin, dalam beberapa menit sudah terbaca di 17 markas Polda dan lebih dari 200 kantor Polres di Indonesia. Data asli kendaraan yang dicuri itu tersimpan di kantor samsat (satuan administrasi satu atap) dan juga satpas (satuan administrasi penyelenggara SIM). Di seluruh tanah air ini ada 241 kantor samsat dan satpas yang juga langsung on line dengan jaringan canggih tadi. Misalnya, sebuah mobil Kijang Merah B 7822 XY curian dari Jakarta dilaporkan dibawa kabur ke arah Cianjur. Polisi di kawasan Jawa Barat itu kalau proyek ini bisa jalan akan punya mobil van khusus untuk melacaknya. Mobil pelacak ini dilengkapi peralatan komputer yang on line dengan jaringan polisi di seluruh Indonesia. Maka, begitu melihat mobil yang identitasnya mirip, warna sama merah, tapi nomornya B 7697 XX, polisi langsung menyetopnya. Dengan memasukkan nomor mesin atau rangka ke komputer di mobilnya, data komplet mobil itu akan segera terjawab. Tinggallah polisi melanjutkan penyidikannya. Sistem lama memang menyulitkan penyidikan. Pelat nomor dan STNK bisa diganti dalam sekejap. Apalagi data mobil di setiap polda tersimpan di dua instansi yakni samsat (untuk STNK dan pelat nomor) dan Polri (untuk BPKB). Apalagi pendataan model begini hampir seluruhnya masih manual. Sistem baru nanti akan terdiri dari dua buah jaringan. Ada local area network yang merupakan jaringan kecil di tiap kantor samsat atau polda. Ada lagi wide area network yang mengintegrasikan seluruh sistem kecil di ratusan kota tadi dengan bantuan satelit (lihat diagram). Seluruh kegiatan ini akan dikendalikan dari NCC (network control centre) di Mabes Polri, Jakarta. Menurut sebuah sumber TEMPO, jaringan informasi Polri itu juga akan dimanfaatkan instansi pemerintah lainnya. Misalnya, Dinas Pendapatan Daerah, untuk mengetahui perkembangan pemasukan pajak kendaraan bermotor dari seluruh wilayah. Kabarnya, kata sumber tadi, sistem ini juga akan on line ke satuan intelijen dan Interpol. Yang juga membuat SIM mahal adalah back up pengamanannya yang berlapis. Artinya, sementara personal computer biasa hanya dilindungi dengan sistem pengaman kata kunci alias password, sistem baru nanti akan punya tiga lapis kunci, sehingga upaya mengakalinya bisa dicegah. Yang akan mengoperasikan sistem ini sekitar 1.600 orang aparat kepolisian. Selintas, jaringan komunikasi Polri ini memang hebat, canggih, dan aman. Tapi benarkah alat mahal ini akan bermanfaat untuk rakyat? Itu tergantung polisi sendiri. Kalau masih ada ''acara'' lempar korek api (berisi fulus, tentu) di jalan untuk mengelak dari pemeriksaan, masih ada salam tempel pengganti tilang resmi, apalah artinya komputerisasi. TH, IQH, NI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini