Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ketenangan Itu Sibuk Menjelang ...

Mayjen moedjono sh, 51, masih tenang-tenang menjelang su mpr 1978. namun begitu segala sesuatu yang diperkirakan diperlukan pada saat sidang tengah dipersiapkan, walaupun anggaran yang terbatas.(nas)

11 Maret 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMINGGU menjelang pembukaan sidang umum MPR 11 Maret ini, ia masih tenang-tenang saja. Meskipun seluruh kegiatan, boleh dikata, terpusat di tangannya. Ia adalah Mayjen Moedjono SH (51), bapak dari 5 anak dan kakek dari 3 cucu Tapi sekjen DPR-MPR Rl yang dulu pernah menjadi Wakil Ketua SOKSI itu juga mengaku sebagai "koki dapur". "Saya harus bisa menghidankan mahanan yang enak kepada majikan dan para tamu. Jangan sampai terlalu asin atau kepedasan," katanya. Menyebut diri sebagai "koki" mungkin khas Moeljono yang tak hendak menyombong, tapi tak semua orang setuju. "Ibarat mau mengawinkan anak, dia itu 'kan yang punya kerja. Tinggal pasang janur kuning dan memukul gong saja," tukas R. Kartidjo, wakil ketua. DPR-MPR merangkap ketua Fraksi ABRI. Hari biasa masuk kantor jam 7 pagi dan pulang sekitar jam 15.30, selama pcrsiapan sidang umum ini -- bahkan katanya sudah sejak pelantikan para anggota DPR MPR 1 Oktober 1977 -,1Oedjono sering pulang jam 1 atau 2 dinihari. Jarang pula makan siang. Tapi berusaha pulang mandi dengan air hangat sekitar jam S sore. Sejak Pebruari, acara keluarga juga senng terlewatkan. "Sudah ada 4 undangan pernikahan yang tidak sempat saya hadiri," kata Moedjono pula. Kerepotan semacam itu juga dialami oleh hampir 200 karyawan MPR. "Bagi kami tak ada lagi yang namanya hari Minggu. Malam Minggu untuk keluarga pun tak ada," kata Usman Sulan, kepala bagian Humas MPR. Jan Patadungan yang bertugas di bagian permusyawaratan kabarnya sering pulang subuh. Palau perlu tidur di Percetakan Negara. Dialah yang bertanggungjawab mengantar naskah-naskah hasil persidangan ke percetakan dan menungguinya. Dalam acara gladi resik (latihan terakhir) pelantikan anggota DPR-MPR 1 Oktober 1977, Jan memerankan Presiden Rl. Selang petugas keamanan -- yang selalu berpakaian sipil - mengaku jarang ketemu anak-anaknya. "Pagi-pagi ketika saya berangkat mereka belum bangun, malam-malam ketika saya pulang mereka suc'ah tidur," katanya. Minggu-minggu terakhir ini beberapa petugas sekretariat MPR lantai VII memang tampak agak loyo. Di tengah bekerja, ada di antaranya - yang masih ada tetap dengan humor - saling memijit punggung rekannya. Para sopir dan petugas dapur yang harus menunggu para anggota Panitia Ad Hoc BP MPR rem bugan sampai larut, memang tampak pula kurang tidur. Untunglah, menurut Iyeb, pengatur rawat poliklinik MPR, tak ada karyawan MPR yang sampai jatuh sakir. "Paling-paling cuma pusing-pusing, flu," kata Iyeb yang tepat l0 Maret ini kebetulan genap berusia 53 tahun. Ia termasuk seorang di antara 7 karyawan yang paling lama bekerja di MPR. Iyeb sendiri sudah sejak 1962. Sementara pemcrintah DKI memasang bendera merah-putih berseling bendera pemerintah-pemerintah daerah di sepanjang jalan Thamrin-Senayan (dan umbul-umbul di sepanjang jalan Gatot Subroto) maka sejak Senin kemarin sebuah poster "selamat datang" ukuran besar (dasar kuning tulisan merah) sudah selesai. Dan tampak pula tiga anggota Brimob menjaga pintu gerbang: dua orang bersenjata, seorang membawa kie-talkie. Menurut Moedjono, keamanan selama sidang "memang akan diperkuat sekali." Tapi ia juga berharap, pada hari "H" tak. ada petugas berseragam yang menyolok atau semacam tank yang siaga. "Prinsip keamanan itu, kalau ada apa-apa harus bisa ditanggulangi, tapl jangan sampai kelihatan ada apa-apanya." sambungnya. BARANGKALI itu juga prinsip DKI hidupnya, yang menurutnya selalu berserah diri kepada Yang Maha Kuasa. Ia cukup santai saja. Itulah sebabnya, mungkin, kesibukan-kesibukannya tak begitu mempengaruhi kesehatannya. Masih suka bersenam, ia pun katanya jarang marah. Selama 6 tahun terakhir--sejak ia menjabat sekjen--haru sekali saja ia marah. Yaitu ketika suatu hari, pagi-pagi sekali, ia gagal mencari seorang aryawan. Itu pun ia hanya berteriak "syetan" saja. "Mungkin hal itu karena tekanan darah rendah saya," sahutnya. Hari Minggu kemarin (hari pertama "minggu tenang") ia masih sempat memeriksa persiapan terakhir. Semacam 'tongkat komando' sepanjang 40 senti-dari kayu cendana berukir bunga teratai, bertuliskan "S.U. MPR 1978" tak pernah lepas dari tangannya. Di lantai I ia juga sempat menyaksikan latihan para petugas di 14 loket untuk melayani para anggota MPR. Ada loket pcnerangan, pendaftaran. pembayaran uanK jalan dan sebagainya. Dengan borongan Rp 6,5 juta, loket-Ioket itu dikerjakan oleh PD "Bina Usaha" sejak 22 Pcbruari. "Itu termasuk murah, sebab kami kerjakan secara speet. Habis, untuk kepentingan sidang umum MPR, sih," kata Sutanto pimpinan "Bina Usaha". Mengaku hanya mengambil keuntungan sekedarnya saja, ia juga mengerjakan ruang tunggu sopir dan musholla. Satu hal yang dianggap penting adalah pelayanan hidangan, yang dipercavakan kepada hotel Wisata Internasional di lantai II. "Kami hanya disediakan tempat dan peralatan dapur, dan diijinkan menjual hidangan," kata Tjiptadi dari hotel wisata. Cuma sayang, beberapa peralatan dapur bikinan Jerman yang baru dipasang 2 tahun lalu itu ternyata tak semuanya bisa dipakai "Bahkan peralatan bar pun sudah pada rusak," tambah T jiptadi. Itulah sebabnya ia minta bantuan Sariman dari HI Sheraton untuk memeriksanya. Ada beberapa deep freezer (pendingin daging dan sayuran) yang rusak pintunya. Tapi Tjiptadi berusaha memberesinya dalam waktu singkat. "Kalau perlu akan kami bawa peralatan sendiri dari Wisata," sambungnya. Untuk melayani sekitar 3.000 orang (anggota MPR, panitia dan undangan), Tjiptadi menyediakan tenaga 40 orang. Mereka dipimpin oleh Didi S. Syahlani di dapur dan Nicholas IN. Daandel di bagian food/beverage. "Dan kami akan berusaha menjual hidangan semurah-murahnya," kata Tjiptadi lagi. Untuk menyelenggarakan sidang umum ini, ternyata perlengkapan sekretariat MPR sendiri kurang memadai. Meski begitu, "tak ada pembelian barang inventaris baru," kata Soepolo, kepala Bagian Komunikasi dan Dokumentasi MPR. Dalam hal kebutuhan mesin tulis misalnya, MPR yang cuma memiliki 25 biji terpaksa harus pinjam 75 biji lagi dari beberapa departemen. Dan anggarannya memang terbatas, seperti diakui oleh Moedjono. "Seberapa pemerintah kasih, kami bekerja," katanya tanpa menyebut jumlah. Moedjono sendiri kabarnya pernah mendapat bintang jasa Pratama karena berhasil menyelenggarakan SU MPR 1973 dengan biaya yang serendah-rendahnya. Toh itu tak mengurangi upava pelayanan sampai soal yang sekecil-kecilnya. Masalah foto kenangan bagi anggota MPR pun disediakan. Bukan apa-apa. Soalnya ada usul dari sementara anggota agar sekretariat panitia menyediakan jurupotret yang menjepret anggota dalam keadaan berpakaian sipil lengkap. Ada tak kurang dari 60 usul dan saran-saran kecil semacam itu yang diterima oleh panitia. Maka panitia pun menyerahkan hal itu kepada Nirwana Photo di Jalan Krekot yang konon memang sudah sejak lama menjadi langganan kalangan DPRMPR. Menurut Subiakto Priosudarsono, manajer Luberizki Advertising, anak perusahaan PT Nirwana, "kami cuma pelaksana display di sebuah ruangan ukuran 9 x 10 meter." Karena acaranya cukup padat, maka panitia menyediakan berbagai macam kebutuhan para anggota. Mulai dari tempat penyemiran sepatu, kios rokok, kerajinan tangan sampai salon kecantikan. Bagi yang ingin istirahat sambil lobbying, tersedia pula warung kopi, sementara perusahaan "National Gobel menyediakan beberapa set TV berwarna sebagai sekedar hiburan. Diharapkan 2 hari sebelum pembukaan sidang, para anggota sudah datang. Selain diingatkan bahwa sekarang di Jakarta lagi musim hujan. reka diharapkan pula tak lupa membawa bahan-bahan musyawarah dan pakaian sipil lengkap. Juga sepatu yang tak berpaku. "Banyak ruangan yang berlapis karpet. Kalau pakai sepatu berpaku, dikhawatirkan bisa nyangkut karpet," kata seorang anggota panitia. Sementara bagi yang belum memiliki pakaian sipil lengkap, bisa menghubungi LPU di Jalan Matraman Raya untuk segera dibuatkan. Sampai 4 Pebruari, sebagian besar anggota sudah memberitahukan kendaraan yang mereka pakai 449 orang dengan pesawat terbang, 25 dengan keretaapi, 2 kapal laut, 57 bus/taksi dan 80 dengan kendaraan sendiri. Yang datang sendirian sebanyak 373 orang, sementara yang bersama keluarga, sekretaris atau ajudan 155 orang. Bagi yang menggunakan kendaraan pribadi --juga untuk pengangkutan dalam kota--bahan bakar harus disediakan sendiri. Selama masa persilangan ini, panitia menyediakan 6 bus hiba dan 3 minibus untuk jemputan dari Senayan ke hotel. Uang transpor, jauh jauh hari rupanya juga sudah dikirim. Bagi anggota MPR di Jawa, baik dari ibukota propinsi maupun bukan, disediakan biaya angkutan ditambah 1 hari uang jalan sebanyak Rp 12.000. Sedang bagi anggota dan luar Jawa sebanyak Rp 24.000 yang juga berlaku bagi anggota MPR merangkap DPR dari luar Jakarta. Yang berdomisili di Jakarta tidak disediakan uang transpor. Selain itu masih ada uang paket harian. Bagi anggota dari luar Jakarta yang tak menginap di penginapan yang disediakan panitia mendapat Rp 4.000 sehari. Sedang anggota dari luar Jakarta yang menginap di penginapan yang disediakan, juga yang berdomisili di Jakarta, mendapat Rp 3.000 sehari. Ini berlaku 2 hari sebelum dan sesudah sidang berlangsung. Bagi anggota MPR yang merangkap anggota DPR uang paket harian tak diberikan secara kumulatip, tetapi hanya perbedaan jumlah antara uang paker reses DPR dan uang paket harian SU MPR, hingga jumlahnya pun sama. Masih adalagi uang kehormatan Rp 50.000 sebulan bagi anggota MPR pegawai negeri sipil dan ABRI sedang yang swasta Rp 100.000. Anggota MPR yang merangkap anggota DPR tidak mendapat uang kehormatan. Begitu sampai di pelabuhan atau bandarudara -- tanpa jemputan khusus-diharapkan mereka segera mendaftarkan diri di Senayan. Baru setelah itu diantar ke penginapam Panitia menyediakan sejumlah kamar di HI Sheraton (tingkat 4 ke atas) dan hotel wjsata Internasional. Dengan tarif Rp 10.000 semalam, satu kamar untuk 2 orang. Sampai minggu kemarin, ada 164 anggota yang bersedia menginap di penginapan yang disediakan, sementara 335 orang di tempat lain. Tapi juga ada 6 anggota yang minta disediakan oleh panitia tetapi dengan membayar sendiri. Barangkali di hotel yang lebih baik. Tapi yang bukan anggota MPR--di luar tanggungan panitia. Kepada para petugas di tempat penginapan pun sudah disampaikan catatan kesehatan para anggota, hingga dalam pelayanan hidangan tak mengganggu kesehatan. Sampai saat ini belum ada laporan adanya anggota yang memerlukan perawatan khusus. Tapi memang ada beberapa di antaranya yang minta diperiksa tekanan darahnya sewaktu-waktu. Ada pula yang menderita jantung ringan, kencing manis ginjal dan perut. Di Senayan sendiri ada poliklinik yang 24 jam buka terus-menerus. Para anggota pun tak perlu bingung, kalau perlu apa-apa. Dengan mudah mereka akan bisa mengenal anggota panitia dan tugas masing masing. Yang berjaket biru, itu urusan persidangan. Yang berjaket merah, urusan humas dan proto koler. Jaket krem mengurus administrasi (termasuk uang paket harian). Jaket hijau keamanan dan jaket abu-abu pramubakti atau sopir. Segala persiapan tampahnya sudah cukup rapi. Sampai-sampai panitia merasa perlu mengingatkan bahwa selama masa sidang ini Jakarta lagi musim hujan. Tentu saja panitia juga membekali hal-hal yang amat penting, misalnya anda prioritas angkutan umum dan tanda pengenal yang berbentuk elips warna kuning. Satu paket dengan tanda-tanda itu trdapat pula undangan, stiker dan label tas (bagi anggota luar Jakarta), dan Buku Terang warna biru yang memuat petunjuk-petunjuk persidangan. Di dalamnya antara lain disarankan agar selama sidang tidak merokok. Dan bila ingin bicara agar lebih dulu memijit tombol mikropon. Selain itu ada pula buku Rancangan Ketetapan dan Keputusan plus sejumlah uang jalan. Pada saat pendaftaran, mereka akan mendapat satu tas berisi 12 macam. Mulai dari tanda pengenal, anda anggota, lencana kuning berlapis emas, tanda hadir, tanda parkir, alat-alat tulis, buku kerja, kunci kotak naskah, cek paket harian, buku kelengkapan bahan sidang umum dan Keppres yang menyebutkan pengangkatan sebagai anggota MPR. Juga ada l0 lembar kartupos bergambar gedung DPR-MPR dan sekitarnya. "Agar mereka juga bisa mengirim surat kepada keluarganya. Misalnya, bapak sudah sampai di gedung MPR Jakarta," kata seorang petugas sekretariat. Siapa tahu juga ada yang akan berkirim surat ke para pemilih--jika ia dipilih --dan berjanji akan berbuat yang sebaik-baiknya, untuk masa depan mereka. Siapa tahu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus