SEMINGGU menjelang pembukaan sidang umum MPR 11 Maret ini, ia
masih tenang-tenang saja. Meskipun seluruh kegiatan, boleh
dikata, terpusat di tangannya. Ia adalah Mayjen Moedjono SH
(51), bapak dari 5 anak dan kakek dari 3 cucu Tapi sekjen
DPR-MPR Rl yang dulu pernah menjadi Wakil Ketua SOKSI itu juga
mengaku sebagai "koki dapur".
"Saya harus bisa menghidankan mahanan yang enak kepada majikan
dan para tamu. Jangan sampai terlalu asin atau kepedasan,"
katanya. Menyebut diri sebagai "koki" mungkin khas Moeljono
yang tak hendak menyombong, tapi tak semua orang setuju. "Ibarat
mau mengawinkan anak, dia itu 'kan yang punya kerja. Tinggal
pasang janur kuning dan memukul gong saja," tukas R. Kartidjo,
wakil ketua. DPR-MPR merangkap ketua Fraksi ABRI.
Hari biasa masuk kantor jam 7 pagi dan pulang sekitar jam 15.30,
selama pcrsiapan sidang umum ini -- bahkan katanya sudah sejak
pelantikan para anggota DPR MPR 1 Oktober 1977 -,1Oedjono
sering pulang jam 1 atau 2 dinihari. Jarang pula makan siang.
Tapi berusaha pulang mandi dengan air hangat sekitar jam S sore.
Sejak Pebruari, acara keluarga juga senng terlewatkan. "Sudah
ada 4 undangan pernikahan yang tidak sempat saya hadiri," kata
Moedjono pula. Kerepotan semacam itu juga dialami oleh hampir
200 karyawan MPR. "Bagi kami tak ada lagi yang namanya hari
Minggu. Malam Minggu untuk keluarga pun tak ada," kata Usman
Sulan, kepala bagian Humas MPR.
Jan Patadungan yang bertugas di bagian permusyawaratan kabarnya
sering pulang subuh. Palau perlu tidur di Percetakan Negara.
Dialah yang bertanggungjawab mengantar naskah-naskah hasil
persidangan ke percetakan dan menungguinya. Dalam acara gladi
resik (latihan terakhir) pelantikan anggota DPR-MPR 1 Oktober
1977, Jan memerankan Presiden Rl.
Selang petugas keamanan -- yang selalu berpakaian sipil -
mengaku jarang ketemu anak-anaknya. "Pagi-pagi ketika saya
berangkat mereka belum bangun, malam-malam ketika saya pulang
mereka suc'ah tidur," katanya.
Minggu-minggu terakhir ini beberapa petugas sekretariat MPR
lantai VII memang tampak agak loyo. Di tengah bekerja, ada di
antaranya - yang masih ada tetap dengan humor - saling memijit
punggung rekannya. Para sopir dan petugas dapur yang harus
menunggu para anggota Panitia Ad Hoc BP MPR rem bugan sampai
larut, memang tampak pula kurang tidur.
Untunglah, menurut Iyeb, pengatur rawat poliklinik MPR, tak ada
karyawan MPR yang sampai jatuh sakir. "Paling-paling cuma
pusing-pusing, flu," kata Iyeb yang tepat l0 Maret ini kebetulan
genap berusia 53 tahun. Ia termasuk seorang di antara 7 karyawan
yang paling lama bekerja di MPR. Iyeb sendiri sudah sejak 1962.
Sementara pemcrintah DKI memasang bendera merah-putih berseling
bendera pemerintah-pemerintah daerah di sepanjang jalan
Thamrin-Senayan (dan umbul-umbul di sepanjang jalan Gatot
Subroto) maka sejak Senin kemarin sebuah poster "selamat datang"
ukuran besar (dasar kuning tulisan merah) sudah selesai. Dan
tampak pula tiga anggota Brimob menjaga pintu gerbang: dua orang
bersenjata, seorang membawa kie-talkie. Menurut Moedjono,
keamanan selama sidang "memang akan diperkuat sekali." Tapi ia
juga berharap, pada hari "H" tak. ada petugas berseragam yang
menyolok atau semacam tank yang siaga. "Prinsip keamanan itu,
kalau ada apa-apa harus bisa ditanggulangi, tapl jangan sampai
kelihatan ada apa-apanya." sambungnya.
BARANGKALI itu juga prinsip DKI hidupnya, yang menurutnya
selalu berserah diri kepada Yang Maha Kuasa. Ia cukup santai
saja. Itulah sebabnya, mungkin, kesibukan-kesibukannya tak
begitu mempengaruhi kesehatannya. Masih suka bersenam, ia pun
katanya jarang marah. Selama 6 tahun terakhir--sejak ia menjabat
sekjen--haru sekali saja ia marah. Yaitu ketika suatu hari,
pagi-pagi sekali, ia gagal mencari seorang aryawan. Itu pun ia
hanya berteriak "syetan" saja. "Mungkin hal itu karena tekanan
darah rendah saya," sahutnya.
Hari Minggu kemarin (hari pertama "minggu tenang") ia masih
sempat memeriksa persiapan terakhir. Semacam 'tongkat komando'
sepanjang 40 senti-dari kayu cendana berukir bunga teratai,
bertuliskan "S.U. MPR 1978" tak pernah lepas dari tangannya.
Di lantai I ia juga sempat menyaksikan latihan para petugas di
14 loket untuk melayani para anggota MPR. Ada loket pcnerangan,
pendaftaran. pembayaran uanK jalan dan sebagainya.
Dengan borongan Rp 6,5 juta, loket-Ioket itu dikerjakan oleh PD
"Bina Usaha" sejak 22 Pcbruari. "Itu termasuk murah, sebab kami
kerjakan secara speet. Habis, untuk kepentingan sidang umum MPR,
sih," kata Sutanto pimpinan "Bina Usaha". Mengaku hanya
mengambil keuntungan sekedarnya saja, ia juga mengerjakan ruang
tunggu sopir dan musholla.
Satu hal yang dianggap penting adalah pelayanan hidangan, yang
dipercavakan kepada hotel Wisata Internasional di lantai II.
"Kami hanya disediakan tempat dan peralatan dapur, dan diijinkan
menjual hidangan," kata Tjiptadi dari hotel wisata. Cuma sayang,
beberapa peralatan dapur bikinan Jerman yang baru dipasang 2
tahun lalu itu ternyata tak semuanya bisa dipakai "Bahkan
peralatan bar pun sudah pada rusak," tambah T jiptadi.
Itulah sebabnya ia minta bantuan Sariman dari HI Sheraton untuk
memeriksanya. Ada beberapa deep freezer (pendingin daging dan
sayuran) yang rusak pintunya. Tapi Tjiptadi berusaha
memberesinya dalam waktu singkat. "Kalau perlu akan kami bawa
peralatan sendiri dari Wisata," sambungnya.
Untuk melayani sekitar 3.000 orang (anggota MPR, panitia dan
undangan), Tjiptadi menyediakan tenaga 40 orang. Mereka
dipimpin oleh Didi S. Syahlani di dapur dan Nicholas IN. Daandel
di bagian food/beverage. "Dan kami akan berusaha menjual
hidangan semurah-murahnya," kata Tjiptadi lagi.
Untuk menyelenggarakan sidang umum ini, ternyata perlengkapan
sekretariat MPR sendiri kurang memadai. Meski begitu, "tak ada
pembelian barang inventaris baru," kata Soepolo, kepala Bagian
Komunikasi dan Dokumentasi MPR. Dalam hal kebutuhan mesin tulis
misalnya, MPR yang cuma memiliki 25 biji terpaksa harus pinjam
75 biji lagi dari beberapa departemen.
Dan anggarannya memang terbatas, seperti diakui oleh Moedjono.
"Seberapa pemerintah kasih, kami bekerja," katanya tanpa
menyebut jumlah. Moedjono sendiri kabarnya pernah mendapat
bintang jasa Pratama karena berhasil menyelenggarakan SU MPR
1973 dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Toh itu tak mengurangi upava pelayanan sampai soal yang
sekecil-kecilnya. Masalah foto kenangan bagi anggota MPR pun
disediakan. Bukan apa-apa. Soalnya ada usul dari sementara
anggota agar sekretariat panitia menyediakan jurupotret yang
menjepret anggota dalam keadaan berpakaian sipil lengkap. Ada
tak kurang dari 60 usul dan saran-saran kecil semacam itu yang
diterima oleh panitia.
Maka panitia pun menyerahkan hal itu kepada Nirwana Photo di
Jalan Krekot yang konon memang sudah sejak lama menjadi
langganan kalangan DPRMPR. Menurut Subiakto Priosudarsono,
manajer Luberizki Advertising, anak perusahaan PT Nirwana, "kami
cuma pelaksana display di sebuah ruangan ukuran 9 x 10 meter."
Karena acaranya cukup padat, maka panitia menyediakan berbagai
macam kebutuhan para anggota. Mulai dari tempat penyemiran
sepatu, kios rokok, kerajinan tangan sampai salon kecantikan.
Bagi yang ingin istirahat sambil lobbying, tersedia pula warung
kopi, sementara perusahaan "National Gobel menyediakan beberapa
set TV berwarna sebagai sekedar hiburan.
Diharapkan 2 hari sebelum pembukaan sidang, para anggota sudah
datang. Selain diingatkan bahwa sekarang di Jakarta lagi musim
hujan. reka diharapkan pula tak lupa membawa bahan-bahan
musyawarah dan pakaian sipil lengkap. Juga sepatu yang tak
berpaku. "Banyak ruangan yang berlapis karpet. Kalau pakai
sepatu berpaku, dikhawatirkan bisa nyangkut karpet," kata
seorang anggota panitia. Sementara bagi yang belum memiliki
pakaian sipil lengkap, bisa menghubungi LPU di Jalan Matraman
Raya untuk segera dibuatkan.
Sampai 4 Pebruari, sebagian besar anggota sudah memberitahukan
kendaraan yang mereka pakai 449 orang dengan pesawat terbang, 25
dengan keretaapi, 2 kapal laut, 57 bus/taksi dan 80 dengan
kendaraan sendiri. Yang datang sendirian sebanyak 373 orang,
sementara yang bersama keluarga, sekretaris atau ajudan 155
orang. Bagi yang menggunakan kendaraan pribadi --juga untuk
pengangkutan dalam kota--bahan bakar harus disediakan sendiri.
Selama masa persilangan ini, panitia menyediakan 6 bus hiba dan
3 minibus untuk jemputan dari Senayan ke hotel.
Uang transpor, jauh jauh hari rupanya juga sudah dikirim. Bagi
anggota MPR di Jawa, baik dari ibukota propinsi maupun bukan,
disediakan biaya angkutan ditambah 1 hari uang jalan sebanyak Rp
12.000. Sedang bagi anggota dan luar Jawa sebanyak Rp 24.000
yang juga berlaku bagi anggota MPR merangkap DPR dari luar
Jakarta. Yang berdomisili di Jakarta tidak disediakan uang
transpor.
Selain itu masih ada uang paket harian. Bagi anggota dari luar
Jakarta yang tak menginap di penginapan yang disediakan panitia
mendapat Rp 4.000 sehari. Sedang anggota dari luar Jakarta yang
menginap di penginapan yang disediakan, juga yang berdomisili di
Jakarta, mendapat Rp 3.000 sehari. Ini berlaku 2 hari sebelum
dan sesudah sidang berlangsung.
Bagi anggota MPR yang merangkap anggota DPR uang paket harian
tak diberikan secara kumulatip, tetapi hanya perbedaan jumlah
antara uang paker reses DPR dan uang paket harian SU MPR, hingga
jumlahnya pun sama. Masih adalagi uang kehormatan Rp 50.000
sebulan bagi anggota MPR pegawai negeri sipil dan ABRI sedang
yang swasta Rp 100.000. Anggota MPR yang merangkap anggota DPR
tidak mendapat uang kehormatan.
Begitu sampai di pelabuhan atau bandarudara -- tanpa jemputan
khusus-diharapkan mereka segera mendaftarkan diri di Senayan.
Baru setelah itu diantar ke penginapam Panitia menyediakan
sejumlah kamar di HI Sheraton (tingkat 4 ke atas) dan hotel
wjsata Internasional. Dengan tarif Rp 10.000 semalam, satu kamar
untuk 2 orang.
Sampai minggu kemarin, ada 164 anggota yang bersedia menginap di
penginapan yang disediakan, sementara 335 orang di tempat lain.
Tapi juga ada 6 anggota yang minta disediakan oleh panitia
tetapi dengan membayar sendiri. Barangkali di hotel yang lebih
baik. Tapi yang bukan anggota MPR--di luar tanggungan panitia.
Kepada para petugas di tempat penginapan pun sudah disampaikan
catatan kesehatan para anggota, hingga dalam pelayanan
hidangan tak mengganggu kesehatan.
Sampai saat ini belum ada laporan adanya anggota yang
memerlukan perawatan khusus. Tapi memang ada beberapa di
antaranya yang minta diperiksa tekanan darahnya
sewaktu-waktu. Ada pula yang menderita jantung ringan, kencing
manis ginjal dan perut. Di Senayan sendiri ada poliklinik
yang 24 jam buka terus-menerus.
Para anggota pun tak perlu bingung, kalau perlu apa-apa. Dengan
mudah mereka akan bisa mengenal anggota panitia dan tugas
masing masing. Yang berjaket biru, itu urusan persidangan. Yang
berjaket merah, urusan humas dan proto koler. Jaket krem
mengurus administrasi (termasuk uang paket harian). Jaket hijau
keamanan dan jaket abu-abu pramubakti atau sopir.
Segala persiapan tampahnya sudah cukup rapi. Sampai-sampai
panitia merasa perlu mengingatkan bahwa selama masa sidang ini
Jakarta lagi musim hujan. Tentu saja panitia juga membekali
hal-hal yang amat penting, misalnya anda prioritas angkutan
umum dan tanda pengenal yang berbentuk elips warna kuning.
Satu paket dengan tanda-tanda itu trdapat pula undangan, stiker
dan label tas (bagi anggota luar Jakarta), dan Buku Terang warna
biru yang memuat petunjuk-petunjuk persidangan. Di dalamnya
antara lain disarankan agar selama sidang tidak merokok. Dan
bila ingin bicara agar lebih dulu memijit tombol mikropon.
Selain itu ada pula buku Rancangan Ketetapan dan Keputusan plus
sejumlah uang jalan. Pada saat pendaftaran, mereka akan mendapat
satu tas berisi 12 macam. Mulai dari tanda pengenal, anda
anggota, lencana kuning berlapis emas, tanda hadir, tanda
parkir, alat-alat tulis, buku kerja, kunci kotak naskah, cek
paket harian, buku kelengkapan bahan sidang umum dan Keppres
yang menyebutkan pengangkatan sebagai anggota MPR.
Juga ada l0 lembar kartupos bergambar gedung DPR-MPR dan
sekitarnya. "Agar mereka juga bisa mengirim surat kepada
keluarganya. Misalnya, bapak sudah sampai di gedung MPR
Jakarta," kata seorang petugas sekretariat.
Siapa tahu juga ada yang akan berkirim surat ke para
pemilih--jika ia dipilih --dan berjanji akan berbuat yang
sebaik-baiknya, untuk masa depan mereka. Siapa tahu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini