Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Bukan Sekadar Kota Persinggahan

Pada 1942, Bung Karno tinggal selama sekian bulan di Padang. Di sana, dia pertama kali berkolaborasi dengan Jepang.

23 Februari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Rumah Singgah Bung Karno sebelum dibongkar di Padang, Sumatera Barat. Dokumentasi Detik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Masa singgah di Padang merupakan fase yang kerap terlupakan dalam sejarah Presiden Sukarno.

  • Bung Karno tinggal di sana pada 1942 seusai masa pengasingan di Bengkulu.

  • Menempati rumah di Jalan Ahmad Yani yang baru dihancurkan.

Februari 1942. Pemerintah Hindia Belanda kebat-kebit. Dari Tarakan di Kalimantan Utara, Jepang merangsek masuk ke berbagai kota di Nusantara. Tak berdaya melawan kekuatan blok Axis di Perang Asia Timur Raya itu, Belanda memilih mengungsi ke Australia. Sukarno, yang berstatus tahanan pergerakan kemerdekaan, masuk dalam daftar keberangkatan, supaya tak ikut menggerakkan rakyat melawan pemerintah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat itu, Bung Karno menjalani tahanan rumah di Bengkulu. Dia sudah empat tahun di sana, setelah pembuangan di Ende, Nusa Tenggara Timur, sejak 1933. Pemerintah Hindia Belanda menyediakan kapal di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang, untuk menyeberangkannya ke Australia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam buku Kesadaran Nasional: Dari Kolonialisme Sampai Kemerdekaan karya Profesor Slamet Muljana, Bung Karno dan istrinya, Inggit Garnasih, diantar menggunakan pick-up sampai Mukomuko, sekitar 270 kilometer di utara Bengkulu. Mereka lalu melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke Padang sejauh 290 kilometer.

Versi lain, ditulis oleh Mestika Zed dalam Sejarah Perjuangan Kemerdekaan 1945-1949 di Kota Padang, disebutkan bahwa Bung Karno dan Inggit berjalan dari Bengkulu ke Padang untuk menghindari sergapan tentara Jepang yang telah merajalela di Sumatera.

Keberangkatan mereka ke Australia tak pernah terwujud. Sebab, kapal pengangkut keburu tenggelam oleh torpedo Jepang di Enggano, pulau di timur Sumatera. Pada Maret 1942, Padang, juga kota-kota penting lain di Sumatera, dikuasai Jepang. Belanda ngacir pakai pesawat terbang, meninggalkan Bung Karno di Padang.

Sumber lain menyebutkan Sukarno dalam perjalanan di Painan, 78 kilometer di selatan Padang, ketika Padang jatuh. Bung Besar dijemput oleh Hizbul Wathan, gerakan kepanduan Muhammadiyah, dengan pedati. Setiba di Padang, rombongan salat di Masjid Ganting, markas kelompok pemuda tersebut. Bung Karno tinggal beberapa hari di rumah di belakang masjid.

Masjid Ganting, Kota Padang. TEMPO/Fachri Hamzah

Selanjutnya, Bung Karno menetap sementara di Padang. Dalam otobiografinya, Penyambung Lidah Rakyat karya Cindy Adams, dia menyebut tinggal di rumah Dokter Waworuntu. Alex Waworuntu, waktu itu 46 tahun, adalah dokter hewan yang bekerja sebagai pegawai pemerintah Hindia Belanda. Bung Karno mengenalnya di pembuangan di Bengkulu. Buku Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau dan Riau Jilid 1 menyebutkan Bung Karno dan Inggit tinggal di rumah di Jalan Belantung Kecil--kini Jalan Jenderal Ahmad Yani--itu selama tiga bulan.

Mestika Zed menyebut masa singgah itu menjadi fase baru dalam diri Sukarno. Setelah ia menjadi tahanan sejak 1929--hanya bebas sejenak pada 1932-1933--Padang menyuguhkan kemerdekaan penuh baginya. Dia kerap berkeliling kota, menyaksikan langsung penderitaan warga, sehingga menyulutkan kembali api perjuangannya. "Sukarno kembali memulai pergerakan yang telah lama ditinggalkan," kata Mestika.

Di Padang pula Sukarno mulai berhubungan dengan Jepang, pertalian yang kemudian ikut merajut Proklamasi Kemerdekaan. Seperti tertulis di buku Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Kota Padang dan Sekitarnya, intelijen Jepang mengendus keberadaan Bung Besar, pejuang kemerdekaan yang dipenjara Belanda, di rumah Dokter Waworuntu. Jepang mengutus Kapten Sakaguchi, perwira di Kementerian Propaganda, untuk mengajaknya bekerja sama. Di Padang, kolaborasi itu di antaranya menghasilkan pembentukan Komite Rakyat, yang bertugas menjaga keamanan.

Lokasi eks rumah singgah Bung Karno di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Padang, Sumatera Barat, 20 Februari 2023. TEMPO/Fachri Hamzah

Tak ada catatan waktu Bung Karno meninggalkan Padang menuju Jakarta. Yang jelas, saat menikah dengan Fatmawati--yang dikenalnya di Bengkulu--pada 1 Juni 1943, Sukarno telah menetap di Jakarta.

REZA MAULANA | FACHRI HAMZAH (PADANG)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Reza Maulana

Reza Maulana

Bergabung dengan Tempo sejak 2005 setelah lulus dari Hubungan Internasional FISIP UI. Saat ini memimpin desk Urban di Koran Tempo. Salah satu tulisan editorialnya di Koran Tempo meraih PWI Jaya Award 2019. Menikmati PlayStation di waktu senggang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus