TAHUN 1971 Kabupaten Cilacap ditetapkan sebagai daerah
pengembangan industri Jawa Tengah bagian selatan. Tanah seluas
75 hektar di Desa Lomanis Kecamatan Cilacap Kota disiapkan untuk
itu. Lengkap dengan segala fasilitas, juga listrik. Kampanye pun
diadakan untuk menarik modal para investor, secara
besar-besaran. Tapi tujuh tahun berlalu, tempat itu masih saja
lengang.
Yang ada baru 3 pabrik. Dua di antaranya pabrik penyulingan
minyak Pertamina dan pabrik semen Nusantara-di luar kawasan
75 ha tadi. Pabrik satunya lagi adalah pabrik es satu-satunya
yang resmi merupakan penghuni kawasan industri yang sudah
ditetapkan tadi. Berdampingan dengan kantor proyek, pabrik ini
menempati areal 2000 MÿFD. Maka sejauh mata memandang, kawasan
industri itu masih tetap hanya padang rumput belaka.
Droping
Rencananya 75 hektar tanah yang sudah disiapkan merupakan
tahap pertama. Berikutnya sudah dicadangkan 55 hektar tahap kedua
dan 110 hektar tahap ketiga. Menurut sekretaris proyek,
Taswanto, biaya yang sudah dikeluarkan untuk menyiapkan tanah
tahap pertama meliputi hampir Rp 1,5 milyar. Tanah itu kemudian
ditawarkan kepada pengusaha dengan harga Rp 3.500 per mÿFD.
Wakil Ketua DPRD Cilacap Djuwari punya pandangan lain mengapa
kawasan industri tadi masih sepi. "Cilacap seolah-olah dipaksakan
menerima droping proyek-proyek dari pusat, sedangkan anggaran
daerah terbatas," katanya. Sebab kata Djuwari pula, "kita belum
bisa menyediakan jalan yang baik untuk dilalui kendaraan berat,
jembatan masih sempit, air minum belum tersedia secara maksimal,
begitu juga aliran listrik masih kurang."
Di samping itu Cilacap praktis masih tertutup. Seperti dikatakan
Taswanto, Pelabuhan Cilacap sendiri sepi. Tak ada kegiatan
pelayaran tetap. Kapal-kapal yang singgah dikatakan sebagai
kapal-kapal kontrakan.
Dalam hal lalu lintas darat Cilacap tidak termasuk jalur yang
galib disebut jalur ekonom seperti jalan raya di bagian utara.
Jalan-jalan di bagian selatan banyak berliku dan turun naik.
Sulit dilalui truk bermuatan berat. Lagi, "komunikasi telepon
juga terhambat karena Cilacap belum menggunakan pesawat otomat,"
Taswanto menambahkan.
Toh Taswanto belum patah semangat. Sesuai dengan penelitian
ahli-ahli dari Universitas Gajah Mada, kawasan industri itu
katanya memang tak segera bakal ramai. Setelah tahun 1980 baru
peminat diperhitungkan muncul. Harapan memang ada, sebab jalan
raya Bandung-Yogyakarta lewat Cilacap kini sedang sibuk-sibuknya
dikerjakan. Mungkin dengan jalan itu kelak jantung bagian
selatan akan lebih hidup.
Untuk menghidupkan kawasan industri itu dalam jangka pendek,
Taswanto sudah menyebut-nyebut rencana membangun nest-factor~,
semacam bangunan pabrik ukuran mini yang siap dipakai. Paling
besar luasnya 150 MÿFD. Berturutturut juga direncanakan 100 MÿFD,
50 MÿFD dan 25 MÿFD. Semua untuk industri ringan. Taswanto yakin
peminatnya mudah dicari. Tapi kapan rencana itu dilaksanakan,
masih tersimpan dalam map kantor proyek itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini