Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Kita Belum Siap, Seolah Dipaksa

Th 1971 kab. Cilacap ditetapkan sebagai daerah pengembangan industri Jawa Tengah bag. Selatan. Fasilitas seperti tanah, listrik, modal sudah disiapkan. Tapi Cilacap belum siap karena fasilitas masih kurang. (dh)

6 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAHUN 1971 Kabupaten Cilacap ditetapkan sebagai daerah pengembangan industri Jawa Tengah bagian selatan. Tanah seluas 75 hektar di Desa Lomanis Kecamatan Cilacap Kota disiapkan untuk itu. Lengkap dengan segala fasilitas, juga listrik. Kampanye pun diadakan untuk menarik modal para investor, secara besar-besaran. Tapi tujuh tahun berlalu, tempat itu masih saja lengang. Yang ada baru 3 pabrik. Dua di antaranya pabrik penyulingan minyak Pertamina dan pabrik semen Nusantara-di luar kawasan 75 ha tadi. Pabrik satunya lagi adalah pabrik es satu-satunya yang resmi merupakan penghuni kawasan industri yang sudah ditetapkan tadi. Berdampingan dengan kantor proyek, pabrik ini menempati areal 2000 MÿFD. Maka sejauh mata memandang, kawasan industri itu masih tetap hanya padang rumput belaka. Droping Rencananya 75 hektar tanah yang sudah disiapkan merupakan tahap pertama. Berikutnya sudah dicadangkan 55 hektar tahap kedua dan 110 hektar tahap ketiga. Menurut sekretaris proyek, Taswanto, biaya yang sudah dikeluarkan untuk menyiapkan tanah tahap pertama meliputi hampir Rp 1,5 milyar. Tanah itu kemudian ditawarkan kepada pengusaha dengan harga Rp 3.500 per mÿFD. Wakil Ketua DPRD Cilacap Djuwari punya pandangan lain mengapa kawasan industri tadi masih sepi. "Cilacap seolah-olah dipaksakan menerima droping proyek-proyek dari pusat, sedangkan anggaran daerah terbatas," katanya. Sebab kata Djuwari pula, "kita belum bisa menyediakan jalan yang baik untuk dilalui kendaraan berat, jembatan masih sempit, air minum belum tersedia secara maksimal, begitu juga aliran listrik masih kurang." Di samping itu Cilacap praktis masih tertutup. Seperti dikatakan Taswanto, Pelabuhan Cilacap sendiri sepi. Tak ada kegiatan pelayaran tetap. Kapal-kapal yang singgah dikatakan sebagai kapal-kapal kontrakan. Dalam hal lalu lintas darat Cilacap tidak termasuk jalur yang galib disebut jalur ekonom seperti jalan raya di bagian utara. Jalan-jalan di bagian selatan banyak berliku dan turun naik. Sulit dilalui truk bermuatan berat. Lagi, "komunikasi telepon juga terhambat karena Cilacap belum menggunakan pesawat otomat," Taswanto menambahkan. Toh Taswanto belum patah semangat. Sesuai dengan penelitian ahli-ahli dari Universitas Gajah Mada, kawasan industri itu katanya memang tak segera bakal ramai. Setelah tahun 1980 baru peminat diperhitungkan muncul. Harapan memang ada, sebab jalan raya Bandung-Yogyakarta lewat Cilacap kini sedang sibuk-sibuknya dikerjakan. Mungkin dengan jalan itu kelak jantung bagian selatan akan lebih hidup. Untuk menghidupkan kawasan industri itu dalam jangka pendek, Taswanto sudah menyebut-nyebut rencana membangun nest-factor~, semacam bangunan pabrik ukuran mini yang siap dipakai. Paling besar luasnya 150 MÿFD. Berturutturut juga direncanakan 100 MÿFD, 50 MÿFD dan 25 MÿFD. Semua untuk industri ringan. Taswanto yakin peminatnya mudah dicari. Tapi kapan rencana itu dilaksanakan, masih tersimpan dalam map kantor proyek itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus