Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Konsorsium Agraria Paparkan Konflik Pembebasan Lahan Era Jokowi

Konsorsium Pembaruan Agraria sempat memaparkan konflik pembabasan lahan di era Jokowi

17 Februari 2019 | 22.07 WIB

Capres nomor urut 01, Joko Widodo alias Jokowi (kiri) menyampaikan pendapatnya saat mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Ahad, 17 Februari 2019. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Perbesar
Capres nomor urut 01, Joko Widodo alias Jokowi (kiri) menyampaikan pendapatnya saat mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Ahad, 17 Februari 2019. ANTARA/Akbar Nugroho Gumay

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo atau Jokowi, mengklaim selama periode pertama pemerintahannya tidak terjadi konflik dalam pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur. Hal ini ia tujukan kepada lawannya, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, dalam debat Pilpres di Hotel Sultan, Jakarta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Untuk ganti rugi mungkin Pak prabowo sudah bisa melihat, 4,5 tahun ini hampir tidak ada terjadi konflik pembebasan lahan," katanya di lokasi, Ahad, 17 September 2018.

Menurut Jokowi, resep pemerintahannya dalam mencegah konflik adalah dengan tidak menerapkan ganti rugi, melainkan ganti untung. "Porsi cost of land acuisition kecil sekali 2-3 persen. Kenapa tidak ditingkatkan 4 persen, ini yang saya sampaikan kontraktor sehingga tidak terjadi konflik," ucapnya.

Meski Jokowi mengklaim tak ada konflik, namun menurut Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) dalam catatan akhir tahun 2018, telah terjadi 410 kejadian konflik agraria dengan luasan wilayah konflik mencapai 807 ribu hektare dan melibatkan 87 ribu lebih kepala keluarga di berbagai provinsi di daerah. Dari jumlah tersebut, 16 konflik atau 4 persen disumbangkan oleh sektor infrastruktur.

KPA mencontohkan pembangunan Bandara Kertajati di Majalengka yang menghilangkan 10 desa. "Di balik kemegahan bandara yang diproyeksikan terluas dan moderrn ini, publik banyak yang tidak mengetahui ada ribuan warga desa telah menjadi “tumbal”," tulis KPA dalam situs resminya

KPA menuliskan salah satu desa yang bertahan, Desa Sukamulya, sebagian warganya menyerah dan terpaksa melepaskan tanahnya, sebagian besar lagi memilih menolak digusur. "Berbagai cara telah ditempuh warga, mengadukan ke semua kementerian dan lembaga terkait, hingga aksi dan bentrok dengan pemerintah dan kepolisian (2016 – 2017)," kata mereka.

Secara akumulatif, menurut KPA, sejak kepemimpinan Jokowi, sedikitnya 41 orang tewas di berbagai wilayah konflik agraria, 546 dianiaya, 51 orang tertembak, dan sebanyak 940 petani dan pejuang agraria dikriminalisasi.

Ahmad Faiz

Ahmad Faiz

Alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Pernah ditempatkan di desk bisnis, politik, internasional, megapolitan, sekarang di hukum dan kriminalitas. Bagian The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea 2023

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus