Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tak Surut Krisis Oksigen Rumah Sakit Daerah

Krisis stok oksigen untuk pasien Covid-19 masih terus terjadi di sejumlah rumah sakit rujukan di daerah. Rasa kemanusiaan kalah oleh persaingan bisnis.

13 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasien menjalani perawatan dalam tenda barak yang dijadikan ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Sleman, DI Yogyakarta, 4 Juli 2021. ANTARA/Hendra Nurdiyansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Stok oksigen untuk pasien Covid-19 terus menipis di sejumlah rumah sakit rujukan di daerah.

  • Sejumlah rumah sakit berburu oksigen hingga ke luar daerah.

  • Di tengah krisis stok oksigen, Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito, Yogyakarta, dimutasi.

YOGYAKARTA — Krisis ketersediaan oksigen untuk pasien Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) masih terus terjadi di sejumlah rumah sakit rujukan di daerah. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, misalnya, hanya punya stok oksigen untuk dua hingga tiga hari ke depan. Itu pun sudah mendapat tambahan pasokan oksigen cair sebanyak 2.600 meter kubik, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur RSUD Wates, Lies Indriyati, mengatakan rumah sakit butuh tambahan stok oksigen karena jumlah pasien yang terinfeksi virus corona semakin bertambah setiap hari. Belum lagi, RSUD Wates menambah bangsal untuk pasien Covid-19. "Kami menambah bangsal untuk ibu hamil dengan gejala Covid-19," kata Lies, kemarin. Menurut Lies, bangsal baru tersebut berisi enam tempat tidur untuk ibu dan enam tempat tidur lainnya untuk bayi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RSUD Wates sejatinya memiliki enam ruang khusus unit perawatan intensif atau critical intensive care unit (ICU) dan itu pun sudah terisi penuh. Menurut Lies, setidaknya ada 14 pasien yang antre untuk mendapat perawatan di ruang ICU.

Kondisi pelik juga dialami Rumah Sakit Pembinaan Kesejahteraan Umat (PKU) Muhammadiyah Yogyakarta. Persediaan oksigen di rumah sakit itu kemarin hanya mencapai dua ton. Menurut prediksi, stok oksigen itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan penanganan pasien dalam 16 jam.

Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Mohammad Komarudin, mengatakan rumah sakit kelimpungan mencari tambahan stok oksigen. Salah satu cara yang ditempuh dengan berburu tangki berukuran 6 meter kubik yang kini harganya mencapai Rp 3 juta per buah, dari semula Rp 2,6 juta. Namun hasilnya nihil. "Kami kritis. Hanya mengandalkan oksigen cair yang tersisa," ujar Komarudin kepada Tempo, kemarin.

Hingga kemarin, ruang ICU di rumah sakit tersebut sudah penuh. Tercatat ada 62 pasien Covid-19 yang antre untuk dirawat di ruang ICU. Selain itu, 12 kamar tidur ruang transit IGD pasien Covid-19 terisi penuh. Adapun jumlah pasien Covid-19 yang meninggal sebanyak lima orang.

Menurut Komarudin, bantuan oksigen cair dari pemerintah maupun badan usaha milik negara tidak cukup. Ia menghitung setiap jam perlu oksigen cair sebanyak 1.000-1.500 ribu meter kubik. Oksigen cair perlu disokong persediaan 25 tabung sebagai cadangan.

RS PKU Muhammadiyah yang beroperasi di Kota Yogyakarta itu harus berbagi dengan rumah sakit rujukan lain. Dari kapasitas pengisian tangki 6 ton atau 6.000 meter kubik RS, pemerintah hanya membantu mengisi 1.500-2.000 meter kubik.

Kondisi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta semakin pelik lantaran berurusan dengan persaingan bisnis antar-perusahaan pemasok oksigen. Rumah sakit tersebut diputus kerja sama oleh distributor tabung oksigen medis, PT Muda Karya Medika.

Perusahaan tersebut selama ini membantu 250 tabung oksigen sebagai cadangan kebutuhan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Namun pada Jumat pekan lalu, tabung-tabung tersebut ditarik PT Muda Karya Medika. Sebab, pada 4 Juli lalu, ketika pasokan oksigen di rumah sakit menipis, Komarudin menghubungi sejumlah distributor oksigen di Yogyakarta dan Klaten, Jawa Tengah. Namun tak ada persediaan oksigen yang dicari.

Pekerja menata tabung oksigen di stasiun pengisian oksigen Samator, Sleman, DI Yogyakarta, 8 Juli 2021. ANTARA/Hendra Nurdiyansyah

Komarudin mendapat informasi bahwa produsen oksigen PT Samator di Tuban, Jawa Timur, punya stok yang cukup. Dia lantas memerintahkan stafnya menyewa truk dan membawa tabung-tabung milik PT Muda Karya Medika ke Tuban. Tabung tersebut diisi oksigen milik PT Samator.

Mendengar kabar tersebut, manajemen Muda Karya Medika menarik semua tabung oksigen bantuan dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Alasannya, tindakan mengisi oksigen dari perusahaan lain menyalahi etika bisnis. Alhasil, pihak rumah sakit tidak bisa berbuat apa-apa. "Di sinilah rasa kemanusiaan hilang oleh persaingan bisnis,” ujar Komarudin.

Pria yang juga berprofesi sebagai dokter spesialis anak itu sudah berupaya menjelaskan kepada manajemen PT Muda Karya Medika ihwal kebutuhan oksigen yang mendesak. Dia beralasan berburu oksigen sampai Tuban karena harus menyelamatkan nyawa 50 pasien Covid-19. Komarudin meminta maaf kepada manajemen Muda Karya Medika karena tak tahu-menahu tentang etika bisnis tabung oksigen.

Sebagai bentuk tanggung jawab, RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menyatakan sanggup membeli 100 tabung oksigen dari perusahaan tersebut. PT Muda Karya Medika menyatakan harga per tabung oksigen adalah Rp 3 juta, ditambah pajak pertambahan nilai 10 persen. Namun perusahaan tersebut belum bisa menyediakan 100 tabung oksigen sesuai dengan permintaan rumah sakit.

Adapun PT Muda Karya Medika belum merespons upaya permintaan konfirmasi dari Tempo. Salah satu perwakilan perusahaan, Hari, tidak menjawab panggilan telepon ataupun pesan pendek yang Tempo kirimkan.

Di tengah krisis stok oksigen, Rumah Sakit Umum Pusat dr Sardjito, Yogyakarta, disibukkan oleh kabar mutasi jabatan direktur utama di rumah sakit tersebut. Direktur Utama, Rukmono Siswishanto, kini dipindah menjadi Direktur Utama Sakit Jiwa Prof dr Soerojo, Magelang, Jawa Tengah.

Menurut catatan Tempo, pencopotan Rukmono ini hanya berselang delapan hari setelah geger 63 pasien Covid-19 yang meninggal pada Sabtu-Minggu, 3-4 Juli 2021. Saat itu rumah sakit tersebut dikabarkan kehabisan pasokan oksigen. Namun belakangan, Rukmono melalui surat terbuka membantah kabar tersebut dan mengatakan meninggalnya 63 pasien akibat kondisi klinis.

Kepala Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas RSUP dr Sardjito, Banu Hermawan, mengatakan pengganti Rukmono adalah Eniarti. Sesuai dengan aturan, pergantian tersebut ditentukan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Banu membantah gosip bahwa pencopotan direktur utama lantaran kejadian kehabisan stok oksigen di rumah sakit pada dua pekan lalu. Menurut Banu, mutasi ini sekadar rotasi jabatan. "Pergantian ini lumrah sebagai penyegaran organisasi," ujar Banu.

Adapun juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, juga membantah anggapan mutasi Rukmono berkaitan dengan kejadian habisnya stok oksigen di RS dr Sardjito. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan tersebut, mutasi ini hanyalah rotasi umum dalam lingkup aparat sipil negara. "Ini hal biasa untuk kepentingan individu dan organisasi," kata Nadia dalam pesan pendeknya, kemarin.

Masih berkaitan dengan problem stok oksigen, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebutkan produsen oksigen untuk sejumlah rumah sakit di Jawa Tengah, PT Samator, yang berlokasi di Kabupaten Kendal, sempat mengalami kendala produksi pada Sabtu pekan lalu. Sebab, aliran listrik Samator padam pada pukul 12.00-18.00 WIB. Menurut Ganjar, kejadian ini tak mengganggu pasokan oksigen di Jawa Tengah. Hanya, produksi oksigen Samator di Kendal berkurang 60 ton. "Masalah tidak berhenti sampai di situ. Setelah listrik menyala, ternyata butuh waktu sekitar 10 jam untuk bisa menghasilkan oksigen," kata Ganjar.

Walhasil, kebutuhan oksigen di Jawa Tengah mengandalkan pasokan dari Cilegon, Banten. Gubernur Ganjar meminta polisi mengawal pengiriman oksigen dari Cilegon ke Jawa Tengah. Oksigen kiriman tersebut langsung disalurkan ke rumah sakit di Kota Semarang, Kabupaten Rembang, dan Kabupaten Boyolali. "Sudah dikirim ke daerah. Saya minta ada yang memantau," ujar Ganjar.

Ganjar menyebutkan distribusi bantuan oksigen ke wilayahnya terlalu panjang. Dia mengatakan selama ini oksigen yang diangkut mobil tangki harus transit dulu ke pabrik sebelum dipindahkan ke kendaraan lain dan diantar ke rumah sakit. Sebagai solusi, Ganjar meminta Menteri Kesehatan agar diberikan isotank atau kontainer berbentuk tangki yang bisa seketika masuk ke rumah sakit.

Untuk memastikan ketersediaan stok oksigen, Ganjar meminta seluruh rumah sakit menunjuk penanggung jawab oksigen. Selain itu, rumah sakit melaporkan kendala di aplikasi Jateng Oksigen Stock System (JOSS).

Pasien terkonfirmasi Covid-19 mendapat bantuan oksigen di instalasi gawat darurat RS Umum Daerah Al Ihsan Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 25 Juni 2021. TEMPO/Prima Mulia

Dari Jawa Barat, Gubernur Ridwan Kamil mengatakan pasokan oksigen untuk kebutuhan rumah sakit di wilayahnya relatif terkendali. Dinas Kesehatan Jawa Barat memproyeksikan kebutuhan pasokan oksigen hingga 20 Juli mendatang atau berakhirnya PPKM darurat menembus 614 ton per hari. Sementara itu, pasokan rata-rata yang ada 476 ton per hari.

Untuk menutupi kekurangan stok oksigen, Jawa Barat membuat tim khusus bekerja sama dengan badan usaha milik daerah. Tim tersebut akan mencari oksigen yang tersedia hingga ke Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi sembari menunggu bantuan dari pemerintah pusat. “Tim khusus membeli, cepat-cepatan saja. Dari pemerintah pusat, ada juga yang dari Singapura, tapi kita proaktif. Kalau nunggu, tidak jelas kapan datang,” kata Ridwan Kamil.

Ridwan Kamil mengatakan Jawa Barat tak sekadar memikirkan stok oksigen untuk rumah sakit. Pemerintah Provinsi mengalokasikan sekitar 20 persen kebutuhan oksigen provinsi bagi pasien yang menjalani isolasi mandiri.

Mantan Wali Kota Bandung itu mengatakan Pemerintah Provinsi menjalin kerja sama dengan TNI Angkatan Udara. Dalam kerja sama tersebut, Pemerintah Provinsi akan memanfaatkan fasilitas pengisian oksigen di sejumlah pangkalan TNI AU di Jawa Barat sebagai pangkalan pengisian oksigen bagi pasien isolasi mandiri. Nantinya pasien isolasi mandiri bisa mengisi oksigen di pangkalan milik TNI AU. "Nanti kalau sudah siap, warga bisa mengisi tabung oksigennya ke Lanud Husein Sastranegara di Kota Bandung, dan di tempat-tempat lain," kata pria yang kerap disapa Emil itu.

SHINTA MAHARANI | PRIBADI WICAKSONO | JAMAL A. NASHR | AHMAD FIKRI | INDRA WIJAYA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus