Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Lapangan Untuk Lulusan SD

Pendidikan sekolah perawat cacat mental, di Pakem, Yogya.(pdk)

5 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"UNTUK merawat seorang yang mentalnya terkebelakang," kata Dr. Prawoto di depan enam siswa Sekolah Perawat Anak Cacat Mental (SPACM), "diperlukan kesabaran. Kemudian diperlukan pula sikap ramah dan suka menolong." Itulah pelajaran Ilmu Merawat di SPACM suatu siang pekan lalu. Sekolah itu belum sebulan berdiri, dan baru pertama kali ini diadakan untuk umum. Para lulusannya nanti, menurut harapan, terjun ke masyarakat. Panti Asih di Pakem, Yogyakarta pernah pula membuka pendidikan sejenis tapi untuk keperluan sendiri. Perawatan anak cacat mental yang berfungsi seperti baby stter pada satu keluarga memang jarang sekali. Soalnya ialah perawat anak cacat tidak sekadar menemani yang dirawat. "Ia harus pula memberi latihan kepada yang dirawat hingga bisa menolong diri sendiri," tutur Ny. S. Askar, ketua Yayasan Mutiara. Adalah yayasan itu yang mendirikan SPACM. Meski kurikulum SPACM hanya membutuhkan siswa lulusan SD, nama pelajarannya cukup keren. Ada Ilmu Mendidik, ada Psikologi, Psikopatologi, Ilmu Meraat, Ilmu Penyakit dan Penaktifan-Kesibukan. Maksud yang terakhir itu ialah berlajar menciptakan kesibukan bagi yang dirawat, agar tak cuma bengong. Siswa angkatan pertama (4 wanita, 2 pria) dijaring lewat iklan yang dipasang di Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Rupanya Yayasan Mutiara mengharap orang di kawasan Yogya berminat di bidang ini, apalagi di Pakem, 22 km dari Yogya, sudah ada panti asuhan anak cacat mental yang terkenal. Ada 48 orang yang melamar pendidikan yang lamanya cuma tiga bulan ini. "Ada yang lulusan SMP dan SMA. Ada pula sarjana muda, bahkan sarjana," tutur D. Saragi, 38 tahun, Koordinator Pendidikan SPACM. SPACM menawarkan pendidikan gratis. Siswa diasramakan, malahan mendapat uang saku Rp 12,5 ribu per bulan. Lapangan pekerjaan setelah lulus, cukup luas. Sedlkit saingan. Semula dipanggil 10 pelamar, "karena kekuatan yayasan hanya bisa menampung sepuluh siswa," tambah Saragi. Tapi yang datang hanya enam orang. Agaknya keenam orang itu mencintai pekerjaan ini. Rusminingsih, 20 tahun, misalnya. Cewek lulusan SMPN ini pernah menjadi perawat di Panti Asih, asrama anak cacat mental di Pakem itu. Walyutono, 23 tahun, mengajukan lamaran karena ia teringat anak tetangganya yang juga imbesil. Padahal pemuda ini pernah duduk di SMA selama 6 bulan, pernah pula duduk di STM bagian Mesin hanya sampai kelas I. Pengalaman kerjanya: 3 tahun menelola mesin-mesin di Induk Koperasi Angkatan dara, Yogya. Yayasan Mutiara didirikan tahun 1973 oleh sejumlah orangtua yang mempunyai anak cacat mental. Yayasan ini sudah pula mendirikan rumah penitipan anak cacat mental di Cipete Utara, Jakarta Selatan, tempat SPACM dilangsungkan. Semua itu berkat bantuan dari sana-sini. SPACM bertujuan terutama mensuplai tenaga perawat untuk berbagai panti asuhan yang membutuhkan. Tapi ini sudah banyak surat masuk dari keluarga yang mempunyai anak cacat mental yang memesan lulusan SPACM. Bila itu keluarga mampu, pastilah honorariumnya lumayan. Di panti asuhan gaji mungkin Rp 30 ribu sebulan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus