Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Lewat Televisi, Mencerdaskan Bangsa

Pendidikan jarak jauh lewat televisi dan internet di Cina berhasil meningkatkan mutu guru dan murid. Bagaimana mereka melakukannya?

2 September 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GAO Yuhang bergegas berdiri begitu acara dinyatakan selesai. Ia segera mendekati Duta Besar Indonesia untuk UNESCO di Paris, Bambang Suhendro, dan meminta waktu mewawancarainya. Sebuah kamera televisi merekam wawancara tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam Konferensi Pendidikan, di Beijing, akhir Agustus lalu, yang diikuti sembilan negara berpenduduk terpadat di dunia. Gao dan rekan-rekannya dari Televisi Pendidikan Cina (CETV) adalah ujung tombak penyebaran pendidikan di Cina, negara yang luasnya 9,5 juta kilometer persegi. Liputan konferensi itu adalah salah satu menu resmi CETV. Acara ini dianggap penting sehingga, malam harinya, tiga kali wawancara itu disiarkan ulang, berlomba dengan aneka siaran hiburan di jaringan televisi nasional. Awal berdirinya televisi ini berasal dari kekhawatiran pemerintah Cina terhadap mutu para guru sekolah dasar dan menengah. Pada 1989, misalnya, ada 5,5 juta guru sekolah dasar di Cina dan 1,6 juta di antaranya sama sekali belum pernah mendapat pendidikan guru. Penyebabnya adalah jarak yang begitu berjauhan. Kalau mereka dididik di tiap ibu kota kabupaten, misalnya, bakal memakan waktu seminggu atau bahkan sebulan hanya untuk pulang-pergi. Akhirnya tahun itu juga pemerintah melancarkan program pendidikan jarak jauh lewat televisi. Pada 1989, pemerintah Cina meng-ajukan proposal kepada lembaga PBB untuk anak-anak, UNICEF, untuk mendirikan televisi pendidikan. Sasaran pertama adalah para guru. Pendidikan via televisi lantas dikenalkan ke seantero Cina untuk anak prasekolah, sekolah dasar (SD), dan menengah pertama (SMP). Khusus untuk para guru, ada program Teacher Training through Distance Education (TTDE), semacam penataran dan penyetaraan mutu guru seluruh Cina. Program ini berkembang pesat. Saat ini sudah ada 36 stasiun relay, 160 stasiun penerima, dan 821 video-playback yang telah di-bangun di 16 kawasan. CETV memiliki dua saluran dengan total 31 jam siaran pendidikan setiap hari. Dengan cara ini, guru-guru SD dari pelosok Cina yang jauh tak perlu lagi meninggalkan sekolahnya untuk sekadar mengikuti penyetaraan kurikulum atau belajar untuk ujian naik golongan. Menurut Komisi Pendidikan Cina, pada 1991 sudah ada 38.791 guru SD yang menonton siaran ini atau 52 persen dari total guru SD full-time di 26 kawasan itu. Buktinya segera terlihat. Misalnya di kawasan Ao Han Qu di daerah terpencil Mongolia Tengah, sejak proyek itu dilakukan, 1.205 guru yang tak berkualifikasi mengajar telah ikut dalam program televisi pendidikan dan berhasil meluluskan hampir 94 persen. Bukan cuma murid dan guru, kepala sekolah dan pengelola sekolah juga sudah merasakan manfaat langsung program tersebut. Untuk sekolah yang sudah melek komputer, pemerintah Negeri Panda itu menyediakan jaringan internet untuk pendidikan, CERNET, yang tiap hari diakses 4 juta anak sekolah—terbanyak di dunia—dan menyalurkan semua materi pelajarannya lewat jaringan itu. Meskipun kepemilikannya ada di tangan pemerintah komunis Cina, siaran CETV sangat terbuka. Semua materi pendidikan dari budaya Barat sampai seluk-beluk penularan AIDS diizinkan disiarkan ke seluruh negeri yang berpenduduk 1,2 miliar orang itu. Televisi ini juga bisa mencari untung alias bisa beriklan. Dari pusat, pengelolaannya diserahkan kepada komisi pendidikan negara, lalu ada komisi pendidikan di tiap provinsi dan kabupaten. Komisi pendidikan inilah yang juga bertugas memasok acara. Pemerintah lokal yang mengelola stasiun TV ini diberi kebebasan oleh komisi pusat untuk mencari dana operasional. Selama 1990-1992, misalnya, sudah disuntikkan dana 28,5 juta yuan di 26 kabupaten, dan 40 persen di antara berasal dari dana masyarakat termasuk biaya dari iklan yang masuk. Televisi ini dikelola secara efisien. Awaknya pun tak lebih dari 500 orang. Stasiun televisinya ditaruh di ibu kota kabupaten, sedangkan antena penerima ada di kota-kota kabupaten dan video-playback ada di setiap SD di ber-bagai desa yang jauh dari kota. Dengan demikian, para guru itu bisa tetap aktif mengajar tanpa meninggalkan sekolah mereka. Bukan hanya para guru yang tertolong dengan adanya program ini. Sekitar 330 ribu petani Cina kini sudah terlibat dalam siaran program pertanian praktis, dan sepertiga yang lain terlibat dalam program tentang kesejahteraan anak-anak dan wanita seperti penyuluhan anti-HIV/AIDS, siaran ekologi atau pendidikan lingkungan. Di kawasan Kota Nan Gan, misalnya, para petani sudah menghasilkan tiga video mengenai cara praktis bertani kacang. Menurut CETV, banyak sekali petani yang berhasil menaikkan produksi kacangnya setelah menonton video tersebut. Tahun ini, perdagangan kacang di daerah itu bernilai 21,6 juta yuan, naik dua kali lipat dari angka tahun lalu, dengan 30 ribu petani aktif mengikuti siaran itu. "Kami butuh 100 tahun untuk melahirkan generasi yang baik di Cina," kata Menteri Pendidikan Cina, Chen Zhili, dalam konferensi itu. Dengan televisi dan internet, Cina ingin menghemat waktu dan mengejar ketertinggalannya. Dan tampaknya ini mulai menunjukkan hasil yang bisa dicontoh negara-negara lain. I G.G. Maha Adi (Beijing)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus