Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Maaf Sebelum Vonis

Partai Keadilan Sejahtera menggelar pemilihan raya untuk memulihkan elektabilitas. Berbeda dengan konvensi Demokrat.

16 Desember 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAKLIMAT Anis Matta kepada kader Partai Keadilan Sejahtera agar meminta maaf kepada rakyat membikin rungsing Luthfi Hasan Ishaaq. Sesaat sebelum vonis kasus suap impor daging sapi dibacakan, bekas Presiden PKS itu-yang digantikan Anis Matta-menyindir penerusnya. "Pak Anis sepertinya sudah tahu berapa tahun vonis saya," kata Luthfi kepada wartawan, Selasa pekan lalu.

Lima hari sebelumnya, Anis menyatakan permintaan maaf itu diperlukan untuk memulihkan kepercayaan pemilih kepada partai-yang merosot gara-gara kasus Luthfi. Sejumlah survei mencatat elektabilitas PKS turun hingga di bawah 3,5 persen. Ini ambang batas parlemen pada Pemilihan Umum 2014. Hasil itu bisa dilihat dalam sigi Center for Strategic and International Studies.

Pada April lalu, tingkat keterpilihan PKS hanya 2,7 persen. Angka itu naik tipis menjadi 3,3 persen dalam survei November lalu. Ini jauh di bawah 7,88 persen perolehan suara PKS pada Pemilu 2009. Anis Matta pun bergegas mencari jalan untuk mendongkrak popularitas PKS. Dia menyambangi semua provinsi, menemui kader dan simpatisan partai, serta menginstruksikan permintaan maaf. Partainya juga menghelat "pemilihan raya" untuk menjaring calon presiden yang akan disorongkan pada Pemilu 2014.

Berbeda dengan konvensi calon presiden Partai Demokrat, semua peserta pemilihan raya adalah kader PKS. Mereka dipilih secara langsung oleh kader PKS pada 29-30 November lalu. Para kader datang ke bilik suara dan diminta memilih lima dari 22 nama di surat suara.

Sejumlah nama masuk nominasi. Di antaranya Gubernur Jawa Barat Ahmad ­Heryawan, Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Presiden PKS Anis Matta, dan Ketua Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid. Menteri Pertanian Suswono, Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufri, serta Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring juga masuk daftar.

Sekretaris Jenderal PKS Taufik Ridho mengatakan sekitar 400 ribu surat suara disebarkan dan telah dikumpulkan. "Hasilnya tinggal diresmikan," ujarnya kepada Tempo. Ia enggan menyebut nama pemenang. Tapi, kata dia, nama Anis Matta, Hidayat Nur Wahid, Ahmad Heryawan, Salim Segaf Al-Jufri, Suswono, dan Tifatul Sembiring paling banyak dicoblos.

Tiga-lima nama dengan suara terbanyak selanjutnya dibawa ke Majelis Syura. Menurut salah satu Ketua PKS, Jazuli Juwaini, Majelis Syura bakal menetapkan calon tunggal sebelum 2013 berakhir-walau nama yang terpilih tak otomatis menjadi calon presiden yang akan bertarung pada Pemilu 2014. Partai lebih dulu melihat konstelasi politik seusai pemilihan umum anggota legislatif. Taufik Ridho menegaskan, tujuan pemilihan raya adalah konsolidasi internal menjelang pemilu.

Didirikan pada 1998, PKS-kelanjutan dari Partai Keadilan-disebut terbelah dalam dua faksi. Kelompok yang berorientasi pada gerakan religius disebut "faksi keadilan", sedangkan yang berkiblat pada partai politik dinamai "sejahtera". Kubu keadilan "diwakili" Hidayat Nur Wahid. Adapun Anis Matta merepresentasikan pihak sejahtera.

Taufik menyanggah ada dua kutub di PKS. "Tak ada rivalitas di internal," ujarnya. Karena itu, para calon tak punya tim sukses. Kandidat tak mendaftar, tapi diajukan pengurus daerah. Lembaga Pelaksana Penokohan Kader-badan internal partai ini-kemudian menyaringnya menjadi 22 nama seperti yang tertera di surat suara.

Hidayat Nur Wahid, salah satu kandidat, mengatakan pemilihan raya ini efektif untuk mensolidkan kader. "Indikasinya, lebih dari 90 persen kader berpartisipasi aktif," ujarnya. Pemilihan ini, menurut Hidayat, merupakan sarana penyampai pesan bahwa PKS adalah partai demokratis: karena calon pemimpin diusulkan dari bawah. "PKS tak melulu harus dikaitkan dengan masalah korupsi," dia menegaskan.

Anton Septian, Muhammad Muhyiddin, Wayan Agus Purnomo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus