Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BEGITU tumbukan menghentikan laju kereta, sejumlah penumpang yang berdiri terjengkang. Inersia. Dalam kekagetan, kami yang berada di gerbong keempat kereta Commuterline rute Serpong-Tanah Abang pada Senin siang pekan lalu hanya menduga-duga bahwa aliran listrik moda transportasi ini bermasalah. Berselang detik, tiba-tiba ada yang menjerit, "Ada kebakaran!"
Seketika kami dirungkup panik. Kami berhamburan menuju pintu. Tapi lawang-lawang itu tak bergeser. Usaha mendobrak tiada guna. Tak ada palu atau kapak untuk memecahkan kaca. Seorang penumpang berhasil memaksa jendela terbuka. Lubang dua jengkal itu menjadi rebutan untuk keluar. Sekitar satu setengah menit, pintu baru bisa dibuka.
Asap hitam membubung dari depan kepala kereta yang roboh ke kanan. Anehnya, suasana cukup lengang. Ke mana perginya penumpang di gerbong depan? Saya kembali naik ke kereta, meloncat ke sisi kanan. Rupanya, penumpang sudah menyingkir ke arah Masjid At-Taqwa.
Rumah ibadah di Jalan Bintaro Permai, Jakarta Selatan, ini mulai dipenuhi korban. Ternyata kereta menumbuk tangki bahan bakar minyak. Semua korban perempuan. Seorang ibu merintih kepanasan. Jari tangan kirinya terkelupas. Luka bakar lebih parah menimpa kakinya. Celana hitam yang dipakainya mengkerut seperti pakaian gosong oleh setrikaan.
Saya turun ke jalan, membantu menggotong korban bersama warga di sana. SeÂorang ibu berambut perak terbakar separuh badan. Napasnya tersengal-sengal. Satu menit dibaringkan, jiwanya melayang.
Muchamad Nafi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo