Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Logo Hari Ulang Tahun atau HUT ke-75 RI rupanya memiliki relevansi dengan tujuan pembangunan pemerintahan. Yakni pembangunan infrastruktur, sumber daya manusia, penciptaan lapangan kerja, dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bab pembukaan pedoman logo HUT ke-75 menyebutkan tema besar yang dipilih adalah Indonesia Maju. Hal ini merupakan representasi dari Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Sebuah simbolisasi dari Indonesia yang mampu untuk memperkokoh kedaulatan, persatuan, dan kesatuan Indonesia," tertulis dalam penjelasan tema besar, dalam salinan pedoman yang didapat Tempo, Ahad, 16 Agustus 2020.
Dalam penjelasan itu, disebutkan bahwa logo 75 yang melambangkan usia kemerdekaan Indonesia. Kemudian garis horizontal melambangkan pemerataan ekonomi dan kualitas hidup untuk seluruh rakyat Indonesia, garis melengkung melambangkan progres kerja dinamis dan kepentingan progres infrastruktur, dan garis melingkar yang melambangkan regenerasi.
Logo HUT ke-75 RI tahun ini yang kemudian dipecah lagi menjadi 10 bagian yang disebut dengan Supergraphic. Masing-masing supergraphic merupakan dekonstruksi logo 75 tahun yang dipecah lagi menjadi 10 bagian yang merepresentasikan komitmen dan nilai luhur Pancasila.
"Untuk pengaplikasiannya supergraphic ini cukup fleksibel karena bersifat abstrak yang merupakan rakitan dari 10 pecahan tadi menjadi satu kesatuan bentuk," tulis pedoman tersebut.
Penerapan supergraphic ini dapat menyesuaikan layout dan ukuran desain masing-masing. Ia dapat berubah dan tak bersifat mengikat.
Ada dua pilihan contoh template primer untuk keperluan layout desain lebih lanjut. Karakter supergraphic yang kuat dapat digunakan sebagai unsur dekorasi apabila tidak ada foto atau headline di dalam desain yang digunakan.
Penerapan supergraphic ini belakangan mendapat kecaman dari beberapa tokoh agama islam. Salah satu desain logo susunan supergraphic dipermasalahkan karena dinilai menyerupai tanda salib.
Istana membantah bahwa logo yang ada sengaja dibuat menyerupai salib. Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Setya Utama, mengatakan bahwa logo yang beredar, hanya salah satu desain supergraphic yang sebenarnya bisa dirancang dengan berbagai bentuk.
Ia mengatakan masih banyak bentuk-bentuk logo lain yang beredar dan tak menyerupai salib. "Sudah sangat jelas diatur di pedoman," ujar Setya saat dihubungi Tempo, Ahad, 16 Juli 2020.