SETELAH selesai membaca empat halaman sambutannya, Presiden Soeharto mengetukkan palu. Maka, secara resmi dimulailah Sidang Tahunan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-17 selama dua hari, dimulai Senin lalu di gedung Sekretariat ASEAN, Kebayoran Baru, Takarta Selatan. Semuanya berjalan lancar, sesuai dengan rencana. Menlu Mochtar, yang segera akan mengakhiri jabatannya sebagai ketua Panitia Tetap ASEAN, terpilih sebagai ketua sidang. Berturut-turut kemudian menlu keenam anggota ASEAN membacakan sambutannya. Hampir tidak ada hal yang baru dari situ. Umumnya, semuanya bernada berusaha meyakinkan Vietnam, bahwa ASEAN tidak bermaksud memusuhi mereka. Hanya sambutan menlu Muangthai, Siddhi Savetsila, yang lain. Ia menyesalkan "sikap kepala batu Vietnam dengan tetap bercokol di Kamboja". "Vietnam bahkan mengadakan serangkaian aksi diplomatik untuk mengalihkan perhatian dunia dari Kamboja. Sengketa Laos dan Muangthai adalah salah satu aksi ini," katanya. Ia juga menuduh penarikan 10.000 pasukan Vietnam dari Kamboja belum lama ini, "Cuma sandiwara, karena datangnya 14.000 pasukan baru," katanya. Pernyataan bersama mengenai masalah Kamboja, yang dibagikan Senin lalu, kabarnya jauh hari sebelumnya sudah disepakati para menlu, dan secara resmi disetujui Minggu malam lalu, tatkala mereka makan malam bersama. Pernyataan itu sendiri memang tidak mengandung hal-hal baru. Seperti hasil pertemuan istimewa menlu ASEAN di Jakarta Mei lalu, pernyataan itu merupakan penegasan kembali sikap ASEAN terhadap suatu penyelesaian politik yang komprehensif dari masalah Kamboja. Pokok-pokok sikap ini adalah penarikan mundur pasukan Vietnam dari Kamboja, penempatan pasukan pengawas internasional di Kamboja, disusul kemudian dengan penentuan nasib sendiri oleh seluruh rakyat Kamboja. Apakah ini berarti tidak ada kemajuan dalam upaya penyelesaian masalah Kamboja? Menlu Mochtar membantah. "Keistimewaan pertemuan kali ini: pemikiran ASEAN tentang masalah Kamboja sekarang sudah mencapai tahap penyelesaian yang mapan. Baik konsep strategis maupun skenarionya sudah bulat. Artinya, negara-negara besar yang diperlukan persetujuannya sekarang sudah menerima apa pun yang diputuskan ASEAN. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya," ujarnya. Menurut Mochtar, sekarang tinggal memaksa Vietnam menarik pasukannya dari Kamboja. "Dan ini memerlukan usaha di lapangan, juga diteruskannya tekanan melalui usaha diplomatik," kata Mochtar. "Jadi, masih akan memerlukan waktu lama," tambahnya. Belum jelas apakah Uni Soviet dan RRC termasuk negara besar yang menerima konsep ASEAN. Imbauan Bersama ASEAN, yang dirumuskan September 1983 memang telah dibicarakan menlu Malaysia Tan Sri Ghazali tatkala mengunjungi Beijing. Menlu Mochtar juga telah membicarakannya dengan menlu IJS Gromyko tatkala mengunjungi Moskow Mei lalu. Sejauh ini, yang secara terbuka mendukung konsep ASEAN itu adalah Amerika Serikat dan beberapa negara blok Barat lainnya. Tahap pertama skenario ASEAN, menurut Mochtar, adalah munculnya suatu Kamboja yang diterima semua pihak, termasuk Washington, Moskow, dan Beijing. Setelah itu, menyusul kerja sama ASEAN dengan Vietnam, untuk membangun kembali Vietnam. Tahap berikutnya: normalisasi hubungan Vietnam dengan AS. Dalam pernyataan bersama, skenario ASEAN seperti yang diuraikan Menlu Mochtar itu, sama sekali tidak disinggung. Dltanya pers tentang perlunya tahapan normalisasi hubungan AS-Vietnam, Menlu Ghazali menjawab, "Itu 'kan urusan Amerika dan Vietnam, bukan urusan ASEAN. " Tapi tatkala ia didesak, Ghazali secara diplomatis mengatakan, "Sejak semula ASEAN memang ingin mengajak Vietnam kembali ke percaturan diplomasi internasional dan bukannya menjadi paria internasional." Kelebihan pertemuan tahunan kali ini memang ada: perundingan para menlu ASEAN dengan para menlu negara partner dialog, yakni Australia, Kanada, Masyarakat Ekonomi Eropa, Jepang, Selandia Baru, dan Amerika Serikat, serta PNG sebagai peninjau, pada 12-13 Juli. Selain itu, ada juga pertemuan ASEAN dengan beberapa negara kawasan Pasiflk mengenai kerja sama ekonomi. Kerja sama ekonomi antarnegara ASEAN sendiri memang masuk agenda. Hasil konperensi puncak London, yang menurut Menlu Mochtar "mengecewakan", karena tak sesuai dengan harapan ASEAN, khususnya mengenai Dana Bersama dan Negosiasi Global, dibahas juga. Suatu naskah persetujuan tambahan dari Persetujuan Dasar mengenai Proyek Industri ASEAN ikut ditandatangani Selasa lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini