Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Masuk babak keenam

Kabinet akan diumumkan sebelum lebaran. presiden mengingatkan ada tantangan berat di masa datang. ada belasan mahasiswa menggelarposter di luar pagar mpr.

20 Maret 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INILAH tugas pertama Presiden Soeharto setelah dilantik, yakni menerima wartawan TVRI untuk wawancara khusus di kediamannya, Jalan Cendana, suatu hal yang jarang diberikan secara khusus oleh Kepala Negara kepada media massa nasional. Dalam wawancara itu, Pak Harto mengatakan bahwa kepercayaan yang diberikan rakyat itu merupakan suatu kebahagiaan, tapi juga beban yang tak ringan. Wawancara itu disiarkan Kamis siang itu juga dan kemudian dilan jutkan dengan penampilan paduan suara yang menyanyikan lagu Presiden Soeharto karya Titiek Puspa. Ini juga merupakan cara khas TVRI menyambut terpilihnya kembali Presiden Soeharto yang keenam kalinya. Kepastian terpilihnya pasangan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Sutrisno itu disahkan secara aklamasi di sidang pleno MPR pekan lalu. Memang acara pemilihan tak lebih dari 20 menit. Sekitar 1.000 anggota MPR langsung menyetujui dan mengesahkan pemilihan presiden Rabu lalu. Demikian halnya dengan pemilihan wakil presiden sehari kemudian. Pekik setuju dan tepuk tangan gemuruh mewarnai pemilihan itu. Dan dengan pelantikan presiden dan wakil presiden 11 Maret lalu, berakhirlah rangkaian Sidang Umum MPR 1993 ini. Tak ada yang istimewa dari proses ke acara puncak yakni pelantikan presiden dan wakil presiden itu. Yang berbeda dari sebelumnya, kali ini Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Su trisno, sebelum menerima ketetapan pengangkatannya dari pimpinan MPR, mengucapkan sumpah di depan anggota MPR. Bukan lagi di depan ketua Mahkamah Agung seperti di masa lalu. Sebelum pulang ke rumah masingmasing karena selama persidangan mereka diinapkan di empat hotel di Jakarta para anggota MPR itu Jumat malam diundang berbuka puasa dan beramah-tamah oleh Presiden dan Wakil Presiden di Istana Negara. Namun para anggota MPR pun layak pulang dengan sejumlah kenangan politik selama persidangan. Misalnya saja soal penandatanganan pencalonan presiden dan wakil presiden oleh segenap anggota ma jelis. Dari Fraksi Karya, tercatat ada dua nama tak sempat membubuhkan tanda tangan sebagai bukti dukungannya karena ke duanya kebetulan di luar negeri. Sementara Sri Bintang Pamungkas dari Fraksi PP dan Royani dari Fraksi PDI tetap konsisten, tak menorehkan tanda tangan pencalonan. ''Saya rasa tak ada paksaan yang mengharuskan menandatanganinya,'' kata Royani kepada TEMPO. Adapun Bintang tak setuju dengan cara yang sudah ditetapkan se belum sidang dimulai itu. Warna lain dari sidang umum kali ini adalah ''interupsi'' oleh Sabam Sirait dari Fraksi PDI. Sabam, yang kemudian ditemani Nico Daryanto dan Soeko Waluyo keduanya dari Fraksi PDI meminta pim pinan MPR agar usulan rancangan ketetapan mengenai pemilu dimasukkan dalam pembahasan tingkat komisi. Akhirnya, melalui musyawarah fraksi di Komisi B, usulan itu digugurkan. Satu-satunya gangguan kecil dari luar adalah kedatangan 15 mahasiswa yang mengaku dari Komite Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi di luar pagar MPR. Mereka sempat menggelar poster yang isinya menentang pencalonan Soeharto, dua hari sebelum pemilihan. Sebelum unjuk rasa berkepajangan, mereka keburu diamankan aparat keamanan. ''Itu tak sampai mengganggu jalannya sidang. Kalau sampai mengganggu Pak Try, ya dak sadhuk (saya tendang),'' kata Pangkolakops Sidang Umum MPR Mayor Jenderal K. Harseno. Di Semarang, ada pula aksi serupa. Unjuk rasa yang digelar oleh 50 mahasiswa Kelompok Mahasiswa Pembela Demokrasi Universitas Di ponegoro Semarang Kamis pagi lalu itu adalah mendukung pemilihan Soeharto sebagai presiden. Dan suasana menyambut dengan gembira pun tampak di sekitar pemilihan kembali Presiden Soeharto. Ucapan selamat dari berbagai negara sahabat berdatangan. Tapi yang paling bergembira adalah keluarganya. Begitu tiba dari acara pelantikan di Gedung MPR Kamis pagi, para tamu sudah menunggu. Tamu pertama adalah Wakil Presiden Sudharmono dan istri. Yang disebut terakhir datang ke ke diaman Jalan Cendana untuk mengucapkan selamat. Dan setelah memberikan wawancara kepada TVRI seperti tersebut di atas, Presiden Soeharto langsung menerima ucapan selamat dari ke luarganya. Tampak Sudwikatmono, Probosutedjo, Ibnu Hartomo. Setelah itu, Presiden mengadakan pembicaraan dengan Menteri Moerdiono. Pembicaraan berakhir setelah Pak Harto diminta be ramai-ramai oleh putra-putri dan cucu-cucunya untuk foto bersama. Memang, pemilihan sebagai presiden, seperti dikatakan Pak Harto, merupakan suatu kebahagiaan yang mengandung beban yang tidak ringan untuk mengemban kepercayaan rakyat itu. Dalam pidato singkatnya setalah mengucapkan sumpah di depan anggota majelis, Presiden Soeharto juga mengatakan, selama melaksanakan tugas senantiasa diingatkan supaya ''jalannya tetap pada arah pembangunan, yakni GBHN sendiri''. Ia juga menunjukkan berbagai tantangan, seperti sekitar 27 juta penduduk Indesia yang masih berada di bawah garis kemiskinan, peningkatan pendidikan, dan pemerataan keadilan. ''Saya tak akan mengecewakan limpahan kepercayaan yang sangat besar ini,'' kata Pak Harto. Diah Purnomowati, Linda Djalil, Sri Indrayati, dan Wahyu Muryadi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus