Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mata Kail Sang Gubernur

Gubernur Ja-Teng, Ismail & para pengusaha mendirikan Yayasan Dana Olah raga (Yadora). Beda dengan porkas, Yadora menjaring dana lewat retribusi karcis, penjualan stiker dan sumbangan para kontraktor.

9 Juli 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GUBERNUR Ja-Teng Ismail punya cara tersendiri untuk mengail dana olah raga. Kail yang ditebar Ismail boleh dibilang cukup selektif. Umumnya, yang berduitlah yang tergaet. Dompet warga ekonomi lemah bebas dari gangguan. Ratusan juta rupiah dapat dihimpun setiap tahunnya oleh Yadora (Yayasan Dana Olah Raga), mata kail bikinan Ismail. Yadora dibentuk oleh Ismail hampir lima tahun silam. Kala itu, Pak Gubernur sedang puyeng memikirkan dana untuk persiapan PON XI September 1985 di Jakarta. Lantas, sejumlah, pengusaha beken di Ja-Teng diundangnya. Di hadapan para juragan itu, Ismail melempar idenya, tentang sebuah yayasan pencari dana. Yang ditekankan oleh Gubernur, waktu itu, yayasan jangan hanya beraksi seumur jagung, selesai PON lalu bubar. Ismail berharap, agar lembaga pengumpul dana itU bisa hidup panjang, dan mampu menjadi penyandang dana bagi KONI Jawa Tenah. Dan yang penting, pesan Gubernur, "Pengumpulan dana itu tak boleh bersifat judi atau memberatkan masyarakat." Gagasannya diterima oleh para pengusaha. Direktur perusahaan rokok Gentong Gotri Semarang, Ir. Budi Dharmawan, terpilih sebaai ketua Yadora pertama. Ke-66 anggota yang menjadi anggota yayasan ditodong satu-satu. Hasilnya, terkumpul dana sukarela Rp 159 juta. Dengan "modal kerja" itu, Yadora mulai menjaring dana dari masyarakat. Langkah pertama: menjual stiker untuk motor dan mobil. Jalan lain yang ditempuh, memang, mirip Porkas: menjual kupon berhadiah. Tapi tak lama kemudiab penjualan kupon itu disetop. Lalu diganti dengan retribusi yang ditumpangkan karcis bioskop. Dari stiker sampai sumbangan penonton bioskop, Yadora berhasil menghimpun dana Rp 753 juta, bersih. Perolehan dana sejumlah itu digunakan untuk macam-macam keperluan. Untuk perbaikan Stadion Diponegoro, misalnya, Yadora menyumbang Rp 199 juta. Rp 200 juta lagi untuk kontingen PON Ja-Teng. Selama tiga tahun pertama, Yadora di baah pimpinan Dharmawan menyetor Rp 660 juta untuk olah raga Ja-Teng. Kini Yadora dipimpin oleh Dr. Charles Ong. Direktur perusahaan Jamu Potret Nyonya Meneer ini bertekad untuk memperluas areal garapannya. Gedung bioskop tetap jadi incaran. Penonton berkarcis Rp 500 ditarik sumbangan ekstra Rp 25, sedangkan pembeli karcis Rp 1.000 dikutip Rp 50. Sedangkan karcis di atas Rp 1.000 dikenai pungutan Rp 100. Untuk menggulirkan program tarikan itu, Yadora menjalin kerja sama dengan Dinas Pendapatan Daerah setempat. Yayasan ini juga bekerja sama dengan DLLAJR. Mobil angkutan yang melakukan kir dimintai sumbangan Rp 500. Lantas, melalui Dinas Pariwisata, Yadora mengutip sumbangan antara Rp 25 dan Rp 1.000 bagi pemakai kamar hotel. Para pelanggan telepon dan listrik pun dikenai pula todongan, antara Rp 100 dan Rp 200. Para kontraktor, tutur Sekretaris Umum Yadora, Alvin Lie. ibaratnya ikan kakap bagi Yadora. Pemenang tender untuk klasifikasi C, yang nilai proyeknya di bawah Rp 200 juta, kena.Rp 50 ribu. Pemegang tender kelas B, yang nilai proyeknya antara Rp 200 juta dan Rp 500 juta, dipungut 200 ribu, sedangkan kefas A, yang proyeknya berharga lebih dari Rp 500 juta, dikenai kewajiban bayar Rp 300 ribu. Tak mengherankan kalau belum duatahun berkiprah, Charles Ong bisa menggaet Rp 400 juta. "Selama ini kami tak pernah mendengar adanya keluhan dari masyarakat," kata Alvin. Agaknya, penarikan dana itu akan terus digencarkan, mengingat Yadora tengah diserahi menambal kekurangan dana untuk PON, XII. Pemda Ja-Teng hanya sanggup menyediakan Rp 1,5 milyar. Agaknya, Yara optimistis, kekurangandana Rp 1,5 milyar bisa ditanggungnya. Bahkan, yayasan ini punya keinginan yang lebih muluk: mau membangun gedung serba guna, ingin membantu pembiayaan pembinaan jangka panjang, dan mencarikan pekerjaan buat atlet Ja-Teng. Dalam soal penyaluran dana, Yadora berpegang teguh, harus lewat rekomendasi Gubernur. "Yadora ini ibarat kantung Gubernur untuk pembinaan olah raga," kata Alvin. Bandelan Amarudin (Biro Yogya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus