Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Karena NU Dianggap Kunci Kemenangan

Figur-figur potensial dari kalangan Nahdlatul Ulama diincar partai koalisi untuk posisi cawapres.

5 Oktober 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Menko Polhukam Mahfud MD di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, 8 Agustus 2023. Dok. Pemprov Jatim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Partai koalisi melancarkan berbagai strategi demi menarik simpati warga Nahdlatul Ulama.

  • Nama Mahfud Md. dan Khofifah Indarparawansa menguat di PDI Perjuangan.

  • Erick Thohir berpeluang besar menjadi pendamping Prabowo.

JAKARTA – Nama Mahfud Md. dan Khofifah Indar Parawansa bertahan di daftar bakal calon wakil presiden untuk disandingkan dengan Ganjar Pranowo. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) memperhitungkan nama mereka karena keduanya dinilai memiliki pengalaman di lembaga eksekutif dan legislatif. Bahkan Mahfud juga memiliki pengalaman di lembaga yudikatif. “Rekam jejak inilah yang menjadi keunggulan keduanya,” kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDIP, Said Abdullah, kemarin. "Pak Mahfud dan Ibu Khofifah termasuk figur yang layak sebagai cawapres."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Faktor lain yang cukup diperhitungkan adalah keduanya merupakan kader Nahdlatul Ulama (NU). Khofifah saat ini menduduki posisi strategis sebagai salah seorang ketua di susunan PBNU. Ia juga dipercaya menjadi Ketua Umum Muslimat NU.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun Mahfud, meski belum sekali pun menduduki jabatan struktural di PBNU, ia tumbuh dan besar di lingkungan NU. Mahfud tercatat pernah menjadi anggota Dewan Penasihat Gerakan Pemuda Ansor Yogyakarta yang merupakan organisasi kepemudaan NU. “Elektabilitas mereka juga cukup baik,” kata Said. “Namun, sekali lagi, wewenang memutuskan cawapres ada di tangan Ketua Umum PDIP.”  

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Menteri BUMN Erick Thohir mendengarkan bakal calon presiden Prabowo Subianto dalam HUT ke-25 PAN di The Sultan Hotel, Jakarta, 28 Agustus 2023. TEMPO/M. Taufan Rengganis

Said mengatakan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri beberapa kali bertemu dengan Khofifah. Misalnya, mereka bersua dalam acara peresmian Kebun Raya Mangrove di Surabaya pada Juli lalu. “Megawati juga kerap bertemu dengan Mahfud. Bahkan Mahfud beberapa kali bersilaturahmi ke rumah Megawati.”  

Untuk mengusung Ganjar sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024, PDIP telah membangun koalisi bersama Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo). Sedangkan untuk menentukan bakal calon wakil presiden pendamping Ganjar, koalisi telah menyerahkan sepenuhnya kepada Megawati.

Menurut Said, Megawati masih menimbang dan mencermati sejumlah nama yang dinilai berpotensi menjadi cawapres. Ia mendengarkan berbagai masukan dari berbagai pihak, termasuk dari Presiden Joko Widodo dan para ulama.

Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah, sebelumnya mengatakan kedekatan antara partainya dan NU sudah lama terjalin. Ia mencontohkan ketika Megawati menjadi wakil presiden mendampingi presiden ke-4 Abdurrahman Wahid yang merupakan tokoh NU. Kemudian ketika Megawati menjadi presiden ke-5, ia didampingi Hamzah Haz yang juga tokoh NU. Selanjutnya, dalam pilpres 2014, Presiden Joko Widodo maju bersama Jusuf Kalla yang saat itu merupakan kader NU. "Sekarang, Pak Jokowi bersama Kiai Ma'ruf Amin, juga tokoh NU,” katanya.

Karena itu, kata Ahmad, bukan sesuatu yang baru jika PDIP berupaya mencari figur dari NU untuk mendampingi Ganjar. Namun Megawati tetap menghormati eksistensi NU sebagai organisasi kemasyarakatan. Karena itu, PDIP tidak akan membawa-bawa NU dalam politik praktis.

Menurut Ketua DPP PPP, Achmad Baidowi, selain Mahfud dan Khofifah, Sandiaga Uno berpeluang menjadi pendamping Ganjar. Dia mengklaim tiga tokoh itu memiliki hubungan yang dekat dengan PPP. “Sandiaga merupakan kader PPP. Khofifah pernah bergabung dengan PPP,” katanya. “Sedangkan Mahfud juga punya irisan dengan PPP karena pernah diajukan sebagai menteri dari PPP.”  

Dari sisi PPP, kata Achmad, ia berharap pilihan Megawati jatuh kepada Sandiaga. Meski Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu kurang menonjol di Jawa Timur, elektabilitasnya cukup bagus di Jawa Barat dan Sumatera. “Jadi, tinggal dipilih siapa yang paling kuat dan sesuai dengan kebutuhan,” kata dia.

Nahdlatul Ulama merupakan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Jumlah pengikutnya diperkirakan lebih dari 100 juta orang. Karena itu, wajar NU selalu didekati partai politik setiap menjelang pemilu.

Koalisi Perubahan yang dimotori Partai NasDem telah lebih dulu menggaet kader NU, yakni Muhaimin Iskandar. Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu mengisi posisi cawapres mendampingi Anies Baswedan.

Pada saat PDIP masih menimbang nama Mahfud dan Khofifah, Partai Gerindra berupaya menarik dukungan dari warga nahdliyin di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gerindra membentuk Koalisi Indonesia Maju (KIM) bersama Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Demokrat, dan Partai Bulan Bintang (PBB) untuk mengusung Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani, mengatakan Prabowo telah menemui sejumlah kiai serta ulama NU di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dalam kunjungan itu, Prabowo berupaya menjaring masukan tentang figur yang tepat untuk cawapres. “Para kiai berharap cawapres berasal dari kalangan santri,” katanya.

Hasil dari kunjungan itu, kata Ahmad Muzani, akan disampaikan kepada partai anggota koalisi. “Prabowo masih akan menggelar rapat dengan para ketua umum partai koalisi untuk membicarakan berbagai macam format dalam KIM,” kata Muzani, kemarin. Dalam rapat ini, yang diprioritaskan adalah pembentukan tim pemenangan untuk merumuskan visi, gagasan, dan strategi. “Setelah itu, baru membahas cawapres.”  

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) menerima kunjungan Menteri BUMN Erick Thohir di Kementerian Pertahanan, Jakarta, 11 Oktober 2022. Dok. Tim Media Prabowo Subianto

Ketua DPP PAN, Viva Yoga Mauladi, mengatakan penetapan cawapres diserahkan kepada Prabowo. Namun, Viva mengingatkan, kontestasi pilpres tahun ini cukup ketat. Sebab, elektabilitas cawapres tidak jauh berbeda. Walhasil, cawapres yang dipilih harus memberikan kontribusi elektoral untuk meningkatkan potensi kemenangan. Bagi Viva, sosok itu ada pada Menteri BUMN Erick Thohir. “Erick memiliki nilai elektabilitas tertinggi di posisi calon wakil presiden, terutama di kalangan NU,” katanya.

Berdasarkan hasil jajak pendapat lembaga survei Indikator Politik Indonesia di Jawa Timur, nama Erick dan Khofifah menduduki peringkat dua teratas untuk posisi calon wakil presiden. Peringkat ketiga ditempati Mahfud. Nama Muhaimin berada di urutan ketujuh. Survei tersebut digelar pada 14-20 September lalu.

Viva mengatakan elektabilitas Erick tinggi karena memiliki latar belakang keluarga NU. Erick juga menjadi anggota kehormatan Banser serta dekat dengan pengurus struktural PBNU, kiai, dan alim ulama. 

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Jakarta, Ujang Komarudin, berpendapat suara NU di Jawa Timur memang signifikan untuk menentukan kemenangan pemilu. Karena itu,suara NU layak diperebutkan. Jadi, wajar KIM dan koalisi PDIP memberi perhatian khusus di Jawa Timur.

Ujang memperkirakan partai koalisi yang belum memiliki cawapres mengincar figur dari kalangan NU di Jawa Timur. “PDIP bisa jadi mengambil Mahfud dan Khofifah, atau Yenny Wahid. Yang penting berbasis massa NU.” 

Begitu juga dengan Prabowo. Ketua Umum Partai Gerindra itu sudah menunjukkan gelagat akan memilih figur NU. Beberapa kali ia berkeliling dan bertemu dengan sejumlah ulama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. “Dengan mendekati ulama, paling tidak bisa mendapatkan suara akar rumput di kalangan santri. Karena santri itu, bagaimanapun, kan instruksi dari para kiai,” kata Ujang

Ujang pun menilai Erick berpeluang besar menjadi pasangan Prabowo. Apalagi elektabilitas Erick cukup tinggi di Jawa Timur. “Kemungkinan Erick sangat besar."

HENDRIK YAPUTRA

 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus