Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mengakali three in one

Para joki three in one sering dirazia dan ditangkapi, apalagi sekitar su-mpr ini. para pengemudi tertolong bisa cepat ke tujuan. polisi bingung, kawasan itu macet lagi.

13 Maret 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANAK-anak itu kebanyakan cuma bersandal jepit, kaus seadanya. Namun, tiap pagi mereka naik mobil aduhai: Mercedes, Volvo, BMW, atau mobil pribadi lainnya. Duduknya di jok belakang lagi. Suka-suka sopirnya berdasi dan tangan kirinya menyorongkan handphone ke kuping. Mereka sering diturunkan di halaman kantor gedung jangkung kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Gatot Subroto, dan Thamrin. Namun tak jarang mereka didrop di pinggir jalan three in one, yakni daerah mobil mesti berpenumpang lebih dari tiga orang itu. Mereka, di kalangan kaum bermobil, disebut ''joki three in one''. Mereka menawarkan jasa menggenapi jumlah penumpang mobil menjadi tiga orang agar tak kena tilang. Para joki ini mulai turun ke jalan pukul 06.00 sampai 10.00. Mereka mengacung- acungkan jari ke setiap mobil yang memintas ke arah kawasan three in one. Kalau Anda memerlukannya, hentikan mobil Anda di dekat anak-anak itu. Namun, harap hati-hati, di sepanjang jalan tempat joki menawarkan jasa, sebagian besar dipasang rambu dilarang berhenti atau parkir. Dan untuk amannya, biasanya orang tak memilih joki yang kekar atau bertampang penodong. Ta- rifnya Rp 500 sampai Rp 1.000. Satu di antaranya, Gordon Sitanggang, 14 tahun. Anak keempat dari lima bersaudara ini baru kelas 1 SMP. Sekolahnya masuk siang. ''Saya pamit dulu ke orang tua, mau ngobyek ini, biar tak dimarahi,'' katanya. Ia punya jam terbang sekitar empat bulan sebagai joki. Ayahnya agen keramik di Pasar Senen dan tinggal di Kampung Prigi, Jakarta Selatan. Penghasilan dari keramik sering tak cukup untuk menutup kebutuhan makan. Maka, setelah Gordon turun, kebutuhan makan keluarga pun terkatrol. Penghasilan setiap pagi paling apes Rp 4.000. ''Bisa buat beli buku dan bayar sekolah,'' katanya. Pasangan Sitanggang main joki adalah Humaidi alias Didin, 13 tahun. Didin, juga kelas 1 SMP, kenyang pengalaman cari duit. Pernah jual koran, mengasong di Karet Tengsin. ''Koran kadang- kadang tak laku. Salah-salah malah nombok,'' kata Didin. Beda dengan menjadi joki. Asal, katanya, penampilan sedikit rapi dan sigap menyambar mobil yang minggir. Usia jokiwan dan jokiwati itu biasanya 7 hingga 15 tahun. Dan pengemudi pun sudah lihai memilih joki. Badan kecil, kerempeng, pakaian rapi, baik untuk laki atau perempuan. Dan yang sering mati pasarannya adalah anak yang berperawakan kekar, yang berpakaian kotor, ibu-ibu, atau wanita yang berpakaian seronok. Namun, TEMPO pernah menemui seorang ibu yang ikut mengadu nasib ''mengakali'' peraturan three in one itu. Dandanannya komplet, pakai rok terusan, rambut disanggul, plus aksesori seperti gelang, kalung, dan cincin. Pangkalan ibu yang satu ini di seputar Velbak, Jak-Sel. ''Saya cuma sesekali ikut ngobyek ini,'' katanya. Pekerjaan pokoknya, sih, menjual blewah. Ada pula joki cewek manis yang sering diincar pengemudi wanita, atau pria yang ''iseng'' di pagi hari. Emmy, 19 tahun, pagi itu berkaus merah jambu, ikut menghadang mobil di Velbak. Setamat SMP ia tak sekolah lagi. ''Baru dua bulan ini saya coba-coba ikut ber-three in one. Lumayan, buat uang jajan atau beli baju,'' ujarnya. Orang tua Emmy, letnan satu polisi. Biar wajahnya manis, ia terkesan malu-malu mengacungkan jarinya. ''Saya kalah gesit daripada anak laki-laki,'' katanya. Polisi tampaknya kewalahan menghadapi ratusan joki ini. Sebab, maksud peraturan pembatasan jumlah penumpang adalah mengurangi kepadatan di ruas jalan tadi. Dengan adanya joki, mobil padat lagi di pagi hari. ''Yang menunda keberangkatan atau mencari jalan alternatif berkurang lagi,'' kata seorang petugas polisi yang bertugas di depan Gedung YTKI, Jalan Gatot Subroto. Maka, beberapa kali joki-joki itu ditangkapi dan digiring ke kantor polisi. ''Kesalahannya sih kecil, mengganggu kelancaran lalu lintas,'' katanya lagi. Dan para polisi pun membantah bahwa orang tua anak-anak itu mesti menebus Rp 75.000 ke polisi. Namun polisi tampaknya bukan cuma menangkap joki di pinggir jalan. Yang masuk mobil pun kadang kena sial. Sabtu pekan lalu, dua orang penjual koran diajak menjadi joki masuk BMW di lampu merah simpang Gatot Subroto-Kuningan. Kebetulan para joki dua hari sebelum SU MPR itu baru saja dirazia petugas Kamtib. Begitu masuk kawasan pembatasan penumpang, mobil itu disetop. Ketika pasal pelanggaran three in one dibantah oleh pengemudi, polisi lantas mencari pasal lain, yakni soal berhenti dan menaikkan penumpang di lampu merah walau lampu merahnya menyala. Bagi para pengemudi, memang lebih enak ada joki. ''Daripada harus berangkat jam enam pagi. Dan lagi, kan kami kasih rezeki pada anak-anak itu. Mereka butuh makan, bukan mengganggu pera- turan,'' kata seorang manajer yang berkantor di Gedung Dharmala. Joki mulai dikenal pengemudi sejak mula peraturan itu diterapkan, terutama di Cawang (TEMPO, 9 Mei 1992). Cuma mereka tak mengacungkan jari. Berbicara tentang mengakali kawasan pembatasan penumpang, tampaknya bukan cuma joki yang dipakai. Beberapa pengemudi pun menemukan kiat baru, yakni masuk ke parkir gedung yang bisa dimasuki dari belakang. Dari situ, sesuai dengan ketentuan, bebas keluar dari pintu depan ke jalan three in one, hanya dengan membayar parkir Rp 300. ''Itulah yang dikeluhkan polisi, betapa susahnya mengatur orang bermobil,'' kata seorang polisi. Ardian Taufik Gesuri dan Nunik Iswardhani

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus