Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Eskalasi Konflik di Papua Merembet ke Tenaga Medis

Dalam dua tahun terakhir, dua tenaga medis meninggal akibat konflik bersenjata antara kelompok kriminal bersenjata serta tim gabungan TNI dan Polri.

17 September 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Prajurit TNI memperlihatkan barang bukti senjata laras panjang saat konferensi pers penangkapan anggota Kelompok Separatis Teroris Papua (KSTP) di Makodam Cenderawasih, Jayapura, Papua, 8 September 2021. ANTARA/Indrayadi TH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Seorang perawat meninggal setelah kontak senjata antara anggota KKB dan TNI di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.

  • Dalam dua tahun terakhir, dua orang tenaga medis meninggal akibat konflik bersenjata antara KKB dan tim gabungan TNI dan Polri.

  • Kelompok bersenjata yang dipimpin Lamek Taplo juga dilaporkan membakar puskemas, bank, dan sekolah di Distrik Kiwirok

JAKARTA – Seorang perawat meninggal setelah terjadi kontak senjata antara anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) dan pasukan TNI di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Kontak senjata pada Senin pagi lalu itu berujung pembakaran Puskesmas Kiwirok, kantor Bank Papua, serta sekolah di distrik tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Juru bicara Kepolisian Daerah Papua, Komisaris Besar Ahmad Musthofa, mengatakan perawat yang meninggal itu bernama Gabriella Meilani, 22 tahun. Gabriella dan beberapa tenaga kesehatan lainnya tengah bertugas di Puskesmas Kiwirok saat kontak senjata terjadi pada Senin pagi lalu. Mereka lantas melarikan diri ke hutan dan terpencar. Adapun Gabriella ditemukan tewas tiga hari kemudian oleh penduduk lokal di sekitar jurang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami mengevakuasi dari dasar jurang,” kata Ahmad kepada Tempo, kemarin.

Seorang perawat Puskemas Kiwirok lainnya juga ditemukan di dasar jurang dengan kondisi luka berat. Perawat itu bernama Kristina Sampe, 37 tahun. Satu orang tenaga medis lainnya, Gerald Sokoy, hingga kemarin masih dinyatakan hilang. Gerald bekerja sebagai mantri di Distrik Kiwirok.

“Kami masih berupaya mencari orang yang hilang dengan tim gabungan,” kata Ahmad.

Menurut Ahmad, kepolisian mengutuk aksi kelompok bersenjata di Papua yang semakin gencar menyerang warga sipil tersebut. Ia mengatakan kepolisian akan terus mencari pelaku utama penyerangan tersebut.

Polisi memasang baliho daftar pencarian orang di Pelabuhan Laut Kota Sorong, Papua Barat, 16 September 2021. ANTARA/Olha Mulalinda

Tragedi penyerangan terhadap tenaga kesehatan ini menambah panjang daftar kejahatan terhadap masyarakat sipil di sana akibat konflik di Papua. Pada Mei 2020, seorang tenaga kesehatan juga meninggal ditembak oleh kelompok kriminal bersenjata di Distrik Wandai, Kabupaten Intan Jaya. Perawat bernama Eunico Somou itu dilaporkan tengah mengirimkan obat-obatan Covid-19 ke daerah pegunungan Cartenz. Ahmad mengatakan motif penyerangan kelompok pro-kemerdekaan Papua terhadap warga sipil masih ditelusuri. 

Jenazah Gabriella hingga kemarin masih berada di jurang hutan Kiwirok. Tim gabungan polisi dan tentara gagal mengevakuasi jenazah Gabriella akibat cuaca buruk. Upaya evakuasi terhadap korban dilanjutkan pada hari ini. Jika berhasil dievakuasi, jenazah Gabriella akan dipulangkan ke keluarganya di Jayapura. 

Gabriella merupakan perawat lulusan Politeknik Kesehatan Jayapura. Ia baru setahun bertugas di Pegunungan Bintang.

Tenaga kesehatan ikut menjadi korban dalam serangkaian konflik bersenjata antara TNI serta Polri dan kelompok kriminal bersenjata di Papua.

Kelompok TPNPB pimpinan Lamek Taplo membenarkan terlibat dalam kontak senjata dengan TNI pada Senin pagi itu. Portal berita lokal Papua Jubi.co.id juga melaporkan kelompok ini mengaku membakar sejumlah gedung vital di Kiwirok. Satu tentara luka dalam kontak senjata itu, tapi TNI sigap mengirim tentara tambahan dengan helikopter.

“Kami akan sambut di medan tempur, sampai Papua merdeka,” kata anggota TPNPB, Rambo Lokmbre, kepada Jubi.

Kemarin, aksi solidaritas atas meninggalnya Gabriella digelar di Oksibil, ibu kota Kabupaten Pegunungan Bintang. Berdasarkan foto aksi yang diperoleh Tempo dari Ikatan Dokter Indonesia, terlihat puluhan orang berkumpul di jalan memegang foto Gabriella dan karton bertulisan “Kami Salah Apa” serta “Jangan Biarkan Kami Sendiri". Massa juga menyalakan lilin di pembatas jalan sebagai tanda berduka.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia wilayah Papua, Donald Arrongear, mengutuk tindakan keji yang berujung gugurnya tenaga kesehatan di Papua. Tindakan keji itu melanggar Konvensi Jenewa 1949 tentang Penyelamatan Orang Luka dan Sakit di Medan Perang. Berdasarkan konvensi itu, tenaga kesehatan haram hukumnya untuk diserang.

“Kami berharap pemerintah daerah dan aparat keamanan memberikan rasa aman kepada tenaga kesehatan yang bertugas di daerah,” kata Donald.

Kementerian Kesehatan juga menyayangkan tindakan keji akibat konflik di Papua tersebut. Kementerian Kesehatan kembali menyebutkan peran tenaga kesehatan yang amat krusial, terutama di tengah pandemi Covid-19. “Kami berharap ada tindakan tegas terhadap pelaku,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Widyawati.

INDRI MAULIDAR | ANTARA 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus