Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nasrudin baru saja mengikuti pengajian di Masjid Al-Makmur di Tebet, Jakarta Selatan. Anggota Front Pembela Islam (FPI) cabang Duren Sawit ini berniat kembali ke markas FPI di daerah Petamburan, Jakarta Barat. Entah siapa yang memberi komando, dia bersama 300 anggota front memilih jalan melewati kawasan Kemang.
Kemang tidak seperti malam-malam biasanya, Jumat dua pekan lalu. Warna-warni lampu yang biasa menyiram kawasan tempat tinggal para ekspatriat itu hanya diterangi lampu jalan. Kafe, restoran, dan kelab malam yang biasa hidup hingga pagi, malam itu tutup.
Menjelang tengah malam, kelip lampu motor ratusan anggota FPI mulai melintas. "Mereka buru-buru menutup pintu tempat maksiat itu," kata Nasrudin yang berada di antara rombongan terdepan. Setarikan napas kemudian, motor-motor lain telah berada di sampingnya. Mereka berhenti, beberapa pengendara turun dari motornya. Puluhan orang mendekati gerbang restoran Stardely lalu mendobraknya.
Tak perlu waktu lama untuk menanggalkan pintu gulung tipis itu dari rangkanya. Selangkah kemudian, pintu kayu masuk restoran pun tak berdaya menahan gempuran puluhan orang yang merangsek masuk. Nasrudin makin yakin bahwa restoran itu buru-buru tutup menjelang mereka lewat. "Gelas-gelas itu masih ada diatas meja," kata Nasrudin. Seratusan orang berpakaian putih merangsek masuk. Sementara sisanya menunggu di luar.
Deretan minuman kaleng di lemari pendingin langsung mereka hajar. Sambil meneriakkan takbir, mereka menghancurkan kaca lemari di belakang meja bar. Tongkat-tongkat terayun menghantam mesin kasir hingga penyok. Mesin bir yang ada di balik meja bar ikut menjadi korban. Hanya beberapa buku tentang perfilman di bagian lain lemari masih tersusun rapi, meski pecahan kaca berserak disekitarnya. Bangku-bangku melayang menghantam dinding dan meja.
Penghancuran itu tak lebih dari 15 menit, setelah beberapa anggota FPI menenangkan amarah rekan-rekannya. Rombongan itu kemudian mengalir lagi ke arah jalan Kemang Raya. Tapi, "Kami dicegat para preman," kata Nasrudin, ayah lima orang anak itu. Tepat di depan Barbados Cafe, massa terlibat bentrok dengan sekelompok orang yang marah melihat aksi FPI tersebut. Kalah jumlah, para pencegat melarikan diri. Sementara rombongan FPI kembali ke barisan dan melanjutkan tujuan ke Petamburan.
Ramai dikutuk publik akibat aksi main hakim sendiri, pimpinan FPI menyatakan akan menghentikan aktivitas mereka. Menurut Hamdi Masyhori, Sekretaris FPI cabang Duren Sawit, apa yang terjadi di Kemang sesungguhnya bukan sesuatu yang direncanakan. "Semua terjadi spontan saat kami pulang ke Petamburan," katanya.
Tapi pembelaan FPI itu bertentangan dengan cerita warga sekitar
Menurut saksi mata, Stardely telah menutup pintu setengah jam sebelum rombongan FPI lewat. Bahkan Manajer Stardely, Willy, mengaku mendapat informasi dari polisi bahwa restorannya akan diserang satu jam sebelumnya. "Polisi minta kami tutup, makanya kami langsung tutup," katanya.
Kekhawatiran kembali mencuat kala FPI berencana melakukan safari Ramadan di kawasan Jakarta Timur, Selasa pekan lalu. Semula mereka berniat mengumpulkan 500 anggotanya dari seluruh wilayah Jakarta di Masjid Al-Azhar. Seiring dengan rencana itu, kabarpun beredar. Mereka akan beraksi ke tempat-tempat hiburan di sekitar kawasan tersebut. Aparat kepolisian mulai berjaga-jaga.
Rencana berubah. Tempat berkumpul dipindahkan ke kawasan Penggilingan yang tak jauh dari lokasi semula. Belasan aparat segera mendatangi lokasi. Sementara ratusan personel lainnya disiagakan di sejumlah lokasi. Bahkan menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Tjiptono, mereka menyiapkan 1.200 petugas di masing-masing Polres dari Bekasi dan Tangerang. "Mereka bertugas mengantisipasi aksi FPI dan ormas lainnya," kata Tjiptono pekan lalu.
Ternyata mereka kecele. Di Penggilingan itu hanya berkumpul sekitar 30 orang anggota FPI. Mereka hanyalah anggota yang datang dari sekitar Jakarta Timur saja. "Saya tidak tahu acara malam ini," kata Nasrudin yang hadir malam itu. Ternyata para pimpinan FPI di Jakarta Timur itu membubarkan massa dan meminta mereka langsung pulang ke rumah.
Menurut Hamdi Masyhori, acara malam itu memang hanya menyampaikan santunan kepada anak yatim?ritual yang merupakan bagian acara safari Ramadan FPI.
Wajar jika pengusaha hiburan khawatir. Selama bulan Ramadan kali ini saja, telah terjadi tiga kali aksi perusakan setiap kali FPI pulang pengajian. Dua hari sebelum peristiwa Kemang, mereka menyisir kawasan Jakarta Barat dan menghancurkan tiga mesin judi jackpot. Sebelumnya mereka juga merazia tempat-tempat hiburan malam di kawasan Jakarta Utara, seminggu sebelumnya.
Ketua Badan Investigasi FPI, Muhammad Allawi Usman, menolak jika mereka dituding sengaja melakukan razia. Mereka hanya bersafari di bulan puasa ke lima wilayah dan biasanya dilalui saat pulang bareng menuju markas. Meski jalurnya memutar melewati tempat-tempat yang dianggap berindikasi sebagai tempat maksiat.
Menurut Alwi yang ditunjuk Ketua FPI Habib Rizieq Shihab sebagai orang yang bertanggung jawab atas aksi laskar-laskar FPI, lembaganya sudah dua tahun memberi kesempatan aparat hukum untuk menindak pengusaha-pengusaha nakal. "Tapi setelah dua tahun kita tidak beraksi, ternyata tidak ada perubahan," katanya. Namun, pihaknya meminta maaf kepada polisi jika aksi mereka dianggap melecehkan aparat hukum.
Kepala Dinas Pariwisata DKI, Aurora Tambunan, meyakinkan dua tempat hiburan di Kemang, Jakarta Selatan, yang mengalami serangan itu tidak melanggar peraturan yang ada. Menurut perda dan SK gubernur, ada enam jenis industri yang harus tutup, yaitu kelab malam, diskotek, griya pijat, mandi uap, permainan keping ketangkasan, dan bar. Sementara karaoke, musik hidup dan biliar diatur dengan SK gubernur. "Stardely dan Barbados sudah melaksanakan peraturan itu," kata Aurora di Balaikota, Senin lalu.
Aparat kepolisian juga memastikan aksi kekerasan FPI sebagai kejahatan. "Kami akan menindak sesuai hukum," kata Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Firman Gani. Proses hukum itu tak akan terpengaruh dengan permintaan maaf yang disampaikan pihak FPI. Saat ini polisi telah menahan tiga orang yang dianggap bertanggung jawab dalam pengrusakan kafe dan keributan dengan warga di Kemang. Selain itu, tiga tersangka juga ditetapkan Polres Tangerang karena dituding terlibat perusakan tempat biliar di Tangerang.
Bukan kali ini saja FPI berurusan dengan polisi, sejak mereka beraksi lima tahun terakhir. Pimpinan FPI, Habib Rizieq Shihab, bahkan pernah ditahan aparat kepolisian, dua tahun lalu. Rizieq menjalani masa tahanan selama tujuh bulan karena terbukti menghasut anak buahnya merusak tempat hiburan di Jakarta. Saat itu, FPI pernah membekukan kegiatannya. Namun, empat bulan kemudian mereka kembali aktif setelah mendata ulang seluruh anggota.
Para pengusaha hiburan memang berharap akan mendapat kepastian hukum. Pengelola Stardely misalnya, mengaku belum menghitung berapa besar kerugian yang mereka derita. "Masalahnya berapa lama kita tidak bisa beroperasi," kata manajer yang mengaku restoran itu beromset Rp 5 juta setiap harinya. Mereka memang harus banyak berdandan memperbaiki kerusakan. Setidaknya gambar Rolling Stones, Janet Jackson, dan Jenifer Lopez yang sempat tersungkur di lantai kembali tergantung di tempatnya.
Agung Rulianto, Tempo News Room
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo