ABU Sofyan (57) telah 34 tahun jadi lurah di sini. "Jadi saya
tahu betul gas racun itu keluar dari lubang di Timbang, bekas
letusan 1928 dan 1938," kata Abu. Penduduk lain mengungkapkan
setiap binatang atau burung yang melintasi lubang itu pasti
mati, lebih-lebih bila hari mendung atau malam. Lubang itu
justru terletak tak jauh dari gedung SD Inpres di Dukuh
Kepucukan. Murid-murid sekolah selama ini juga sering
bermain-main di dekat lubang itu. Dan tahu pasti bila ada
binatang-binatang kecil yang mereka letakkan di mulut lubang itu
mati.
Karena itu pula ketika keadaan kalang kabut dan semua jalan
sudah tertutup lahar, di bawah pimpinan Lurah Jauhari penduduk
mengungsi ke dalam gedung SD Inpres yang dianggap aman. Tapi
justru mereka inilah yang jadi korban. Menurut cerita beberapa
orang penduduk, di zaman Belanda di dekat lubang itu ada
dicantumkan papan pengumuman yang menyatakan daerah itu
berbahaya. Tapi rupanya ketika gedung SD Inpres didirikan di
situ, si lubang tak begitu dihiraukan.
Di samping yang selamat meninggalkan Dukuh Kepucukan atau
meninggal, ternyata sampai saat terakhir masih ada beberapa
orang penduduk yang selamat dan tetap bertahan di desa itu. Di
antaranya 3 orang pamong desa Sunarto, Muhdor dan Slamet "Kami
bertiga menjaga desa kami, terutama mbok Jaya" tutur Sunarto.
Mbok Jaya alias Paingkem, menurut unarto, berusia 100 tahun
lebih. Ia sudah buta dan tuli, bicara pun susah. Bersama wanita
tua ini ada pula Saparhudi (35), mbok Sawikarta (50), Wiyanto
(5), Triyono (8) dan Kamzaini (45). Menurut ketiga pamong desa
tadi, sampai Jumat 23 Pebruari Tim SAR belum muncul di desa itu.
"Hanya kami bertiga yang menjaga desa ini" tambah Slamet.
Tentu saja Dukuh Pepucukan terlambat dijamah SAR. Karena
kawasan itu dianggap berbahaya dan diperkirakan sudah tak
berpenghuni lagi.
Keluarga mbok Jaya yang berjumlah 10 orang tewas semua ketika
melarikan diri. Wanita tua ini ditinggal begitu saja karena
sudah tak mampu berjalan dan dianggap keluarganya merepotkan.
Menurut Slamet lubang gas di Timbang tak sempat melewati
rumah-rumah di Kepucukan. Tapi justru racun itu menyerbu arah
barat dan membunuh orang-orang yang berkumpul di gedung SD
Inpres, termasuk sang Lurah Jauhari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini