Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Mual Masih Menyebar

Keracuna makanan yang bukan akibat biskuit, meluas ke berbagai pelosok di Indonesia. Korban berjatuhan dan makanan seperti bakso, gorengan, mi, cokelat, rokok, dll, dituding sebagai penyebabnya.

28 Oktober 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SMP Negeri Gemuh, Kendal, Jawa Tengah, Selasa pekan lalu kalang kabut. Sebanyak 55 siswa mendadak pusing-pusing dan mual, setelah makan pisang goreng, kerupuk, bakwan, dan tempe goreng. Mereka langsung dilarikan ke RS Dokter Soewondo, Kendal. Sehari setelah kejadian itu, rumah sakit Kendal itu dibanjiri pasien keracunan dari siswa SMP PGRI Cepiring Kendal. Sebanyak 42 siswa berjatuhan. Menurut Alex Budioto, salah seorang guru, keracunan itu terjadi setelah mereka makan makanan gorengan yang dibeli di warung sekolah. Setelah dilacak pihak kepolisian, akhirnya Ny. Rohmah dipanggil. Karena dia adalah produsen makanan gorengan yang disantap para siswa itu. Sisa minyak goreng dan terigu yang diduga penyebab keracunan diamankan oleh petugas. Hingga Kamis pekan lalu, korban keracunan di Kabupaten Kendal tercatat 142 orang. "Kami mengimbau supaya masyarakat waspada, jangan makan sembarang," kata Bupati Kendal, Soemojo Hadiwinoto, pada TEMPO. Kepala RS Dokter Soewondo Kendal, Dr. Bambang Riyanto, menjelaskan bahwa dalam pekan ini keluhan karena keracunan biskuit di Kendal hampir tak ada lagi. "Pasien yang datang mengeluh keracunan makanan gorengan," katanya. Agaknya, geger biskuit beracun yang kini mereda beralih menjadi ketakutan pada "hantu" makanan yang tercemar racun. Di Bukittinggi, misalnya, 4 orang pekerja di industri rumah tangga pabrik Sulaman Ambun Sori mual dan muntah-muntah 5 menit setelah menelan permen kacang. "Gejala korban mirip keracunan biskuit," kata Dr. Asnita, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi. Bahan untuk membuat kue yang dijual di pasar, menurut Kapolda Sumatera Barat Kolonel M. Zahri Amin, pantas untuk dicurigai. "Sebab, bahan kue itu juga dibuat dari campuran amonium bikarbonat, yang mungkin tercemar sodium nitrit," katanya mengingatkan. Itulah sebabnya, di samping ada 10.000 karton (@ 48 kg) dari produk biskuit yang jelas sudah dilarang, kata Kapolda Sumbar itu, juga ada 300 karton roti produksi lokal disetop beredar. Misalnya kue-kue merk "666". "Pokoknya kita harus waspada. Sebab, pabrik dan usaha pembuaan roti itu tak satu pun yang punya laboratorium," kata Kapolda. Keracunan makanan yang bukan akibat biskuit juga dialami oleh karyawan pabrik sepatu PT Eagle Tangerang. Sabtu pekan lalu, RS Tangerang sibuk menampung 161 karyawan pabrik sepatu yang keracunan. Mereka mendadak pusing dan muntah-muntah setelah makan di warung sekitar pabrik. "Benar, mereka keracunan," kata Dr. Cahyono, Kepala DKK Tangerang. Namun, hari itu juga mereka diizinkan pulang. Hasil pemantauan TEMPO, pada Minggu lalu, di RS Tangerang ada 12 orang korban keracunan yang semuanya bukan karena makan biskuit. Mereka ada yang datang ke RS karena merasa pusing dan mual setelah: mengisap rokok merk MJ dan JS, makan salak, makan pisang goreng, makan di warung, makan ketimun, dan makan kacang asin. Tentang keracunan rokok, pengakuan itu dituturkan oleh Saamin. Rokok MJ kemasan lama yang sebungkus dibelinya Rp 250 itu malah membawa petaka. "Belum habis satu batang, kepala saya pusing dan muntah-muntah," kata Saamin, yang sedang tergeletak di RS Tangerang itu, pada TEMPO. Oleh tetangganya, Saamin mula-mula diberi minum air kelapa. Karena tak ada hasilnya, ia langsung dibawa ke rumah sakit. Belum jelas benar apakah memang benar rokok itu yang menyebabkan penderitaan Saamin. Senin siang pekan ini, Kolonel Gunawan, Wakapolwil Bogor, melaporkan ada 13 orang di wilayahnya yang keracunan bakpao. Korban muntah-muntah, mengeluarkan busa, dan mulutnya berwarna biru. Malah, dari hasil pengamatan TEMPO, di Desa Karaden, Kecamatan Karaden, Bogor, 30 anak-anak, 5-12 tahun, menjadi korban keracunan kuaci merk Matahari. Di Kabupaten Serang, Jawa Barat, jumlah korban makanan bukan biskuit hingga Jumat pekan lalu tercatat 103 orang. Sejumlah 47 korban akibat makan goreng-gorengan dan 57 orang akibat rokok. "Hasil pemeriksaan, pasien yang keracunan itu tensinya tak normal, ada yang rendah dan tinggi. Begitu pula denyut jantung, ada yang pelan dan cepat," kata Dr. A. Endah Susanto, dokter jaga UGD RS Serang. Di Jakarta, sejak Sabtu pekan lalu, korban keracunan yang tercatat sebagian besar bukan karena biskuit. Di RSCM misalnya, dari 30 korban, hanya 1 yang keracunan biskuit. Di RS St. Carolus ada 10 korban yang semuanya nonbiskuit. Sedang Senin pekan ini, di RS Islam tercatat 2 orang korban bukan karena biskuit. Jenis makanan yang meracuni mereka adalah: tempe, mi, cokelat, bakso, dan rokok. Akibat meluasnya wabah makanan beracun nonbiskuit itu, muncul isu ada pelaku penyebar racun. Misalnya di daerah Serang, Bogor, Tangerang, dan Jakarta, konon penyebar racun itu wanita yang menggunakan pakaian lengan panjang. Wanita itu, kalau beroperasi, memakai selang di balik bajunya untuk mengalirkan racun ke sasaran yang dituju. Di Pasar Puskopau Halim, Jakarta Timur, Minggu pagi lalu, misalnya, sempat dijumpai seorang wanita sedang kikuk ketika hendak membeli beras. Beras itu, menurut orang yang melihatnya, hanya diaduk-aduk. Tak hanya itu, si wanita itu juga sambil menggerak-gerakkan bahunya. Si penjual beras itu curiga. Sebab, sepeninggal wanita itu, berasnya menjadi agak basah. Akhirnya wanita itu ditangkap dan diserhkan pada petugas keamanan. Namun, kejadian itu disangkal Kaditserse Mabcs Polri. "Sama sekali tak benar," ujar Brigjen. Koesparmono Irsan membantah. Akibat sas-sus itu, bisa jatuh korban. Ny. Tatang, istri seorang guru SMP di Serang, Ja-Bar, sempat digebuki massa karena dicurigai menyebar racun. Rupanya, Jumat pekan lalu, tatkala berbelanja di pasar, Ny. Tatang selalu membolak-balik bahan yang dibelinya. Ini menimbulkan kecurigaan para pedagang, yang rupanya sudah dihinggapi dan mempercayai isu adanya "penyebar racun". Didahului teriakan para pedagang, Ny. Tatang dikeroyok. Akibatnya, kata sebuah sumber di Polres Serang, Ny. Tatang hingga awal pekan ini masih belum sadar. Asal muasalnya racun, kalau memang ada, memang masih belum jelas. Di Riau, Humas Kanwil Depkes Surya Hadi malah bingung. Sebab, dari 10 korban keracunan yang sebelumnya makan roti, setelah sisa rotinya diperiksa di laboratorium, ternyata bukan karena sodium nitrit. Kejadian serupa juga dialami sekitar 100 karyawan bagian jaket perusahaan PT Golden Flower, Kabupaten Ungaran, Jawa Tengah. Mereka, Sabtu siang pekan lalu, dilarikan ke RS Ungaran karena mengalami keracunan. Hingga kini penyebab keracunan itu, menurut Dr. Sutjipto, dokter yang merawat, belum dapat dipastikan. Yang jelas, kata salah seorang korban, mereka keracunan tahu pong dan bakso. Ketika itu gejalanya baru diketahui setelah ada seorang karyawan yang mendadak mual dan kejang. Ketika diberi pertolongan dengan minyak angin, ternyata malah parah. Setelah itu, teman-teman yang lain ikut berjatuhan dengan gejala serupa. Keracunan serupa juga menimpa penduduk Desa Mijen, Semarang. Ada sekitar 50 orang pelajar SMP dan SMA Muhamadiyah mengalami keracunan setelah mereka makan kerupuk udang, tahu sumpel, dan ikan asin. Makanan itu mereka beli di warung sekitar sekolah itu. Pihak Puskesmas Mijen sempat kewalahan menghadapi banjirnya korban itu. "Kami belum tahu secara persis penyebab keracunan itu. Bahan makanan yang diduga sebagai penyebabnya sedang kami kirim ke DKK dan Labkrim Cabang Semarang," kata Dokter Messy Widiastuti. Di Kudus, Katimin, seorang penjual bakso, terpaksa ditangkap oleh polisi Polsek Jati. Pasalnya, dagangan bakso Katimin diduga telah membuat tiga orang pedagang buah -- Juriah, Rebonah, dan Jasmi -- yang biasa mangkal di terminal bis Kudus itu puyeng. Rupanya, penahanan Katimin mengundang solidaritas teman-temannya sesama pedagang bakso. Akibatnya, 20 pedagang bakso rame-rame mendatangi Polsek Jati: Mereka menuntut supaya Katimin dibebaskan. Dan keesokan harinya, permintaan itu dikabulkan. "Karena kami belum bisa memastikan apakah racun itu benar berasal dari bakso Katimin," alasan Sersan Saldi dari Polsek Jati. Pada polisi, Katimin membantah bahwa baksonya beracun. Sebab, sebelum dijual di terminal, ia sudah keliling kampung, dan ternyata tak ada yang lapor keracunan. Di samping itu, dia juga mencicipi, ternyata tak apa-apa. Walapun begitu, polisi masih terus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Diakui Koesparmono Irsan, sekarang ini isu keracunan sudah merembet ke makanan lain. Banyak kejadian keracunan dihubung-hubungkan dengan masalah keracunan biskuit. "Padahal, semua kasus itu negatif sodium nitrit," ujarnya. Di Kota Singaraja, Bali, misalnya, dari 61 orang korban keracunan pada Oktober ini, ternyata hanya 1 orang yang positif sodium nitrit. Sementara itu, di Lhokseumawe ada isu lagi, seorang anak berusia 1,5 tahun meninggal karena keracunan biskuit. Ternyata, menurut Koesparmono, anak tersebut meninggal karena penyakit encephalitis (radang otak). Ada lagi, sebuah kejadian di Tangerang yang dilaporkan ke meja Koesparmono pada 6 Oktober lalu. Seorang korban, konon, keracunan setelah makan biskuit yang dibeli dari sebuah supermarket. Pengujian terhadap sodium nitrit hasilnya negatif. "Ternyata korban terkena infeksi bakteri Eschericia coli," kata Kaditserse Mabes Polri ini. Supaya tak ada simpang-siur di masyarakat, Senin pekan ini Dirjen POM Slamet Soesilo memberikan penjelasan di depan wartawan. Hingga kini biskuit yang positif mengandung sodium nitrit yang beracun tetap meliputi 78 produk dari PT Toronto, PT Lonbisco, dan CV Gabisco. Slamet Soesilo mengimbau masyarakat agar bila membeli biskuit perlu dilihat dulu apakah ada nama produsen yang tercantum di bungkusnya. Soalnya, ada produk biskuit yang tak mencantumkan nama produsen. Setelah itu, juga dilihat, ada nomor pendaftarannya atau tidak. Yaitu, ada tulisan MD. Dirjen Slamet juga menegaskan, untuk pertolongan pertama terhadap keracunan sodium nitrit -- sementara pasien dibawa ke puskesmas atau rumah sakit untuk mendapat suntikan methylen blue 1% -- disarankan agar si pasien diberi norit, yang bisa menyerap segala macam racun. Ia membantah pendapat bahwa norit tidak efektif untuk menghadapi sodium nitrit. "Saya kan orang farmasi. Tapi memang perlu banyak memakannya, 20 tablet, misalnya. Juga minum yang banyak. Itu akan membantu mengencerkan,?" katanya. Banyaknya kasus keracunan di luar sodium nitrit, kata Dirjen POM itu, karena adanya over-informed. "Keracunan yang mereka derita itu memang macam-macam. Ada yang kejang luar biasa, ada yang infeksi bakteri, ada yang akibat reaksi lain yang penyebabnya sedang kita cari," katanya. Menteri Muda Perindustrian Tungky Ariwibowo, seusai diterima Presiden di Bina Graha Sabtu pekan lalu, menjelaskan bahwa akibat adanya biskuit beracun, omset perdagangan biskuit anjlok hingga 50 persen. Padahal, menurut Tungky, dalam enam bulan terakhir ini, industri biskuit rnampu meraup devisa 1,5 juta dolar AS. Nilai ekspor itu berarti naik 20 persen dibanding tahun lalu. "Dengan adanya kasus biskuit beracun ini, biskuit kita di luar negeri juga dipertanyakan konsumen. Makanya, kita harus hati-hati. Sebab, bisa celaka ekspor kita," katanya. Laporan Biro-biro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus