BAGI Menteri Luar Negeri Farouq Kaddoumi, 58 tahun, Indonesia bukan negara asing lagi. Sebagai Kepala Politik Al Fatah yang ditugasi mengumpulkan dukungan politik bagi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Kaddoumi sudah beberapa kali berkunjung ke Jakarta. Kunjungan pertamanya pada 1976. Waktu itu, Kaddoumi, yang punya nama sandi Abu Luft', datang untuk membicarakan pembukaan kantor PLO, yang beberapa bulan sebelumnya dijanjikan Menteri Luar Negeri (ketika itu) Adam Malik sewaktu menghadiri pertemuan menlu negara-negara Islam di Turki. Seusai pembukaan Kedutaan Besar Palestina di Jakarta, Kamis pekan lalu, Kaddoumi meluangkan waktu menerima dua wartawan TEMPO, Bambang Harymurti dan Leila S. Chudori, di penginapannya, Kamar 623 Hotel Borobudur, untuk sebuah wawancara khusus. Petikannya: Bagaimana perasaan Anda setelah Kedutaan Besar Palestina dibuka di Jakarta? Saya merasa kami makin dekat mencapai tujuan kami mendapatkan kembali tanah air kami. Kehadiran kedutaan besar kami melambangkan pengakuan atas tanah air kami. Berapa banyak pengakuan itu sekarang? Saat ini kami memiliki 89 kedutaan di seluruh dunia. Mengapa bukan (Yasser) Arafat yang datang ke Jakarta? Ini persoalan pembagian kerja saja. Tuan Arafat dan Presiden Soeharto sudah sama-sama menyetujui bahwa saya yang akan membuka. Dari 89 negara yang sudah memiliki Kedubes Palestina, kami berbagi tugas. Terkadang Tuan Arafat, terkadang saya yang datang. Tergantung bagaimana sibuknya beliau. Mengapa proses pembukaan Kedutaan Besar Palestina di Jakarta begitu lama? Tidak lama. Kami baru minta pembukaan kedutaan besar sekitar setahun lalu. Bukankah penawaran pembukaan kantor perwakilan sudah dilakukan Menlu Adam Malik (almarhum) sejak 1976? Presiden Soeharto tak pernah menjanjikan suatu waktu yang pasti kepada kami. Kita tak usah mengungkit masa lalu. Sekarang kedutaan besar kami sudah dibuka di Jakarta. Dan selama ini Palestina-Indonesia selalu terjaga baik. Apa yang Anda harapkan dari Indonesia? Kami memerlukan semua jenis bantuan, terutama dukungan politik Indonesia di dunia internasional. Masih ada pihak yang mengidentikkan PLO dengan kegiatan terorisme. Komentar Anda? Kami sudah diakui mayoritas anggota PBB. Kami adalah gerakan pembebasan nasional. Sejak tahun lalu kami menyatakan menempuh upaya damai untuk mencapai tujuan kami. Dewan Nasional Palestina telah mengutuk segala bentuk terorisme. Jangan lupa, kami yang membantu Amerika membebaskan sandera di Libanon. Tujuan utama kami adalah membebaskan tanah air kami. Apa yang Anda bicarakan dengan Presiden Soeharto? Saya mengucapkan terima kasih kepada Presiden Soeharto atas dibukanya Kedutaan Besar Palestina di Jakarta. Kemudian Presiden Soeharto menanyakan dukungan apa lagi yang diperlukan dari Indonesia. Saya jawab bahwa sejarah telah menunjukkan Indonesia selalu mendukung Palestina, jadi tanpa diminta pun Palestina percaya kepada dukungan Indonesia. Selain itu, saya juga menyampaikan perkembangan terakhir penyelesaian masalah Palestina, dan mengharapkan Indonesia bisa membantu kami mencapai perdamaian melalui kontak-kontak Tndonesia dengan Amerika, PBB, dan negara-negara Asia. Apakah Palestina akan mendukung Indonesia sebagai calon tuan rumah KTT Nonblok? Tentu saja ini akan dibicarakan dalam rapat biro koordinasi negara Nonblok. Kita akan menuju kepada sebuah kompromi siapa yang lebih bisa menjadi tuan rumah. Kami tentu saja akan melobi. Tapi semua itu kan bergantung pada voting. Negara mana yang pertama kali menyetujui untuk membuka Kedutaan Besar Palestina? Aljazair. Perdana Menteri (Yitshak) Shamir menyatakan bahwa Israel sekarang menghadapi tantangan konflik dengan Amerika, karena mereka menolak formula (Menlu James) Baker. Apakah ini pertanda dukungan Amerika terhadap Israel mulai luntur? Saya kira, tidak. Sejak dulu politik luar negeri Amerika adalah mendukung Israel. Saya kira Amerika dan Israel sudah menggambarkan sebuah pola tertentu dalam menghadapi persoalan Timur Tengah, dan mereka serius dengan apa yang mereka ucapkan. Apa yang mereka ucapkan itu masih jauh dengan resolusi yang kami setujui. Bagaimana dengan publik Amerika? Tidakkah Anda melihat bahwa mereka sudah mulai berganti arah? Saya setuju bahwa rakyat Amerika memang mulai berubah sikap dalam hal ini. Karena mereka kaget dan ikut terpukul ketika menonton televisi -- dan Anda tahu inilah yang dilakukan sebagian besar rakyat Amerika -- bagaimana orang Palestina disiksa, dipukul, dan rumah-rumah mereka dibakar tentara Israel. Karena itu, setelah perjuangan Intifadah,.memang ada pergantian pandangan yang terjadi di antara rakyat Amerika. Kalaupun ini bisa jadi katalisator dalam mempengaruhi sikap politik luar negeri Amerika, itu akan berjalan lambat. Itu takes time. Bagaimanapun sikap Amerika yang membela Israel adalah suatu interes geopo litik. Bukan soal rasa bersalah karena persoalan Yahudi di masa lalu, seperti halnya Eropa. Memang benar komunitas Yahudi di Amerika cukup memegang peran. Tapi itu tak berarti mereka harus menentang eksistensi kami. Mengapa pada Kedutaan Besar Palestina tak diperdengarkan lagu kebangsaan pada upacara penaikan bendera? Karena ini baru permulaan. Duta besar kami belum tiba. Nanti jika sudah ada duta besar kami akan ada lagu itu. Namanya: Biladi, Biladi - Tanah Airku, Tanah Airku. Upacaranya juga begitu sederhana karena kami harus rendah hati dan sederhana. Ini adalah perayaan ketika kami masih berjuang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini