MUDAH-MUDAHAN berita itu tidak benar, kata Menlu Mochtar
Kusumaatmadja Sabtu lalu menanggapi pernyataan Wakil PM Malaysia
Datuk Mahathir bahwa Malaysia mungkin akan mengusir 76 ribu
pengungsi Vietnam yang saat ini ditampungnya. Mengapa? "Karena
itu tidak akan menyelesaikan persoalan. Dan lagi itu akan bisa
digunakan Vietnam sebagai alasan untuk lepas tangan," jawab
Menlu.
Dalam suatu wawancara akhir pekan lalu dengan Susanto
Pudjomartono dari TEMPO, Mochtar menjelaskan tentang berbagai
segi masalah pengungsi ini. Beberapa petikan:
Tampaknya ada perubahan sikap dari para anggota Asean menghadapi
masalah pengungsi ini. Mengapa?
Perubahan sikap itu memang terjadi terutama pada Muangthai, yang
beberapa bulan terakhir ini sulit mempertahankan kebijaksanaan
pengungsinya yang semata-mata didasarkan asas perikemanusiaan.
Tiap orang yang berpikiran sehat bisa memahami sepenuhnya
perubahan sikap ini karena ada segi lain, yaitu ancaman terhadap
keamanannya. Saya bisa membenarkan ini karena di samping asas
perikemanusiaan, ada asas lain yang lebih penting dan mendasar,
yakni asas survival. Bukan saja dari pemerintah, tapi dari
bangsa dan kerajaan Muangthai. Yang mengagumkan adalah bahwa
perubahan sikap ini baru terjadi sekarang. Ini berarti
pemerintah Muangthai sudah cukup lama berusaha mempertahankan
asas perikemanusiaan ini dalam situasi yang bagi bangsa lain
barangkali sudah lama dinilai tidak memungkinkan.
Bagaimana dengan Malaysia?
Mengenai Malaysia, persoalan cukup gawat karena faktor-faktor
dalam negeri, antara lain susunan penduduk yang belum cukup
homogen dan terpadu. Hingga suatu kebijaksanaan yang tidak cukup
dapat dukungan rakyat bisa menimbulkan akibat yang cukup parah
bagi pemerintah.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Mengapa kebijaksanaan
pemerintah berubah keras?
Sebenarnya tidak dapat dikatakan ada perubahan sikap yang
mendasar, walau waktu terjadi pernyataan yang pertama 12 Juni
lalu (oleh Menhankam Jenderal Jusuf, Red.) kesan itu ada
ditimbulkan. Karena itu saya minta agar semua pernyataan dari
para pejabat tinggi Indonesia dibaca secara keseluruhan, jangan
secara terpisah. Kesimpulannya: aspek pencegahan masuknya arus
pengungsi akan lebih ditekankan. Tapi aspek perikemanusiaan
tidak akan ditinggalkan.
Anda telah beberapa kali memanggil Dubes Vietnam Tran My. Apa
saja yang dibicarakan?
Awal Januari lalu misalnya saya minta perhatian pemerintah
Vietnam atas persoalan pengungsi ini. Kita minta Vietnam
membantu menyelesaikannya. Tanpa alasan yang jelas, membanjirnya
pengungsi itu pada hakekatnya merupakan suatu tindakan yang
tidak bersahabat. Tindakan saya ini sejalan dengan apa yang
disampaikan Presiden Soeharto sewaktu kunjungan PM Pham Van Dong
tahun lalu. Waktu itu Presiden minta agar soal pengungsi ini
jangan sampai menimbulkan beban bagi negara anggota Asean dan
mempengaruhi hubungan baik antara Asean dan Vietnam.
Lalu apa jawab PM Pham Van Dong waktu itu?
PM Dong waktu itu memberikan jaminannya bahwa akan dilakukan
segala usaha agar pengungsi ini tidak menjadi beban Asean,
karena memang tidak ada maksud untuk itu. Waktu itu dikatakannya
bahwa Vietnam adalah suatu bangsa yang tidak banyak bicara. Kata
PM Dong: "Lihat saja buktinya nanti."
Setelah itu beberapa kali Dubes Tran My saya panggil lagi. Yang
terakhir pada 12 Juni lalu. Saya menagih janji Vietnam yang
diucapkan waktu Pertemuan Jakarta bahwa Vietnam sedang berusaha
sedapat mungkin untuk mengurangi kesulitan akibat pengungsi Ini
pada negara-negara di kawasan Ini. Waktu itu Dubes Tran My
mengatakan belum ada kabar dari Hanoi.
Apakah meningkatnya arus peng ungsi menunjukkan bahwa Hanoi
tidak memenuhi janji?
Ini sulit dijawab. Tampaknya ada kesulitan bagi Vietnam untuk
memberi jawaban pada pertanyaan Menlu Indonesia. Ini tidak
normal, mungkin sedang terjadi sesuatu di Hanoi. Memang kita
kecewa, tapi hal ini belum tentu berarti tidak adanya iktikad
baik Vietnam. Mungkin ada sebab-sebab lain yang mendasar.
Ada pengungsi yang mengatakan bahwa berita akan adanya pusat
pemrosesan lebih mendorong mereka untuk mengungsi. Apakah ini
sebab makin derasnya arus pengungsi?.
Itu memang suatu faktor. Tapi ada faktor lain juga yang
membantu. Misalnya musim yang baik. Selain itu penjagaan kita
tampaknya tidak cukup walau sejak akhir tahun lalu sudah ada
instruksi untuk memperketat patroli laut kita menghadapi
pengungsi.
Jadi, dengan adanya perkembangan terakhir ini, bagaimana prospek
penyelesaian masalah pengungsi ini?
Sulit. Bahkan bisa dikatakan suram. Sukar untuk mengembalikan
situasi pada keadaan waktu diadakannya pertemuan Jakarta
(pertengahan Mei, Red.). Ini yang dikhawatirkan dan sebenarnya
harus dicegah sejak semula. Ketegangan di Asia Tenggara
tampaknya meningkat, terutama di perbatasan Muangthai-Kamboja.
Beberapa tokoh negara Asean bahkan meramaikannya dengan
ucapan-ucapan yang keras, misalnya akan membantu Muangthai jika
diserang.
Ketegangan memang meningkat. Dan ucapan yang kurang hati-hati
mungkin turut membantu terciptanya suasana demikian. Menurut
laporan yang diperoleh dari Kedubes RI di Bangkok,
pejabat-pejabat di sana merasa terganggu oleh adanya
pernyataan-pernyataan yang tidak membantu itu.
Apakah yang anda maksudkan pernyataan dari pejabat Indonesia
juga?
Saya tidak mau menjawab itu. Tapi dalam politik ada yang
dinamakan escalation through public statements (peningkatan
situasi lewat pernyataan umum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini