Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RAPAT maraton digelar Partai Demokrat setelah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menemui Susilo Bambang Yudhoyono di rumahnya di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu pekan lalu. Sahibulbait yang juga Ketua Umum Demokrat itu mendengar kabar bahwa Prabowo telah memilih Wakil Gubernur DKI Sandiaga Salahuddin Uno sebagai pendampingnya dalam pemilihan presiden 2019. "Kami mempelajari kemungkinan pasangan Prabowo-Sandiaga menang," kata Wakil Ketua Umum Demokrat Sjarifuddin Hasan alias Syarief Hasan, Ahad, 12 Agustus lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Syarief, nama Sandiaga tak pernah muncul dalam hasil survei internal partainya. Sejak awal, Demokrat berkukuh menyodorkan putra Yudhoyono, Agus Harimurti Yudhoyono, sebagai calon wakil presiden. Sehari kemudian, Prabowo akhirnya menetapkan Sandiaga sebagai pasangannya. Kamis malam itu, Demokrat menjadi satu-satunya partai yang belum menentukan arah koalisi. Jika tak mengusung pasangan calon presiden-wakil presiden, Demokrat tak bisa berkompetisi dalam pemilihan presiden 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumat pagi dua pekan lalu, sebelum pendaftaran calon presiden-wakil presiden di Komisi Pemilihan Umum, dua utusan Demokrat bertandang ke rumah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Tiga sumber yang mengetahui kehadiran utusan Yudhoyono bercerita, mereka bermaksud melobi Megawati agar mau menerima Demokrat dalam koalisi pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Tapi keduanya tak diizinkan masuk. Sekretaris jenderal partai banteng, Hasto Kristiyanto, tak membantah kabar tersebut. "Kami terbuka dengan partai lain yang mau bergabung," ucapnya. Sedangkan Syarief Hasan menyangkal. "Tidak ada itu."
Ditolak Megawati, Demokrat banting setir lagi. Yudhoyono kemudian mengutus Sekretaris Jenderal Hinca Panjaitan ke rumah Prabowo di Jalan Kertanegara untuk menyampaikan dukungan Demokrat. Menyambut dukungan tersebut, Prabowo bersama pengurus Gerindra, Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera datang ke kediaman Yudhoyono. "Surat keputusan dukungan diteken di rumah Pak SBY," ujar Syarief.
Tapi dukungan itu bersyarat. Demokrat meminta Agus Yudhoyono mendapat posisi ketua tim pemenangan Prabowo-Sandiaga. "Mas Agus siap di posisi itu," kata Wakil Ketua Umum Demokrat Roy Suryo. Syarief beralasan, posisi ketua tim pemenangan itu bakal meningkatkan elektabilitas partainya. "Makanya kader Demokrat harus duduk dan membantu di sana."
Masalahnya, partai lain pendukung Prabowo-Sandiaga pun ngebet menempatkan kadernya sebagai ketua tim sukses. PKS, misalnya, mengajukan bekas Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan. Direktur Pencalonan Presiden PKS Suhud Alynuddin mengatakan Aher-panggilan Ahmad Heryawan-memiliki jam terbang tinggi karena menang dua kali di Jawa Barat. "Ketua tim harus mampu memenangkan calon. Dia harus memiliki pengalaman dan kredibilitas," ucap Suhud.
PAN juga ngotot memegang komando tim pemenangan. Wakil Ketua Umum PAN Hanafi Rais mengatakan partainya mengajukan ketua umum sekaligus Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan. "Beliau bisa diterima semua kalangan," tutur Hanafi. Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno menyebutkan partainya menyerahkan penentuan jabatan strategis itu kepada Prabowo. Tapi, dia mengingatkan, posisi ketua hendaknya tak dipegang kader Gerindra karena partai itu sudah mendapatkan posisi calon presiden.
Dua petinggi PAN dan PKS mengungkapkan, partai koalisi pendukung Prabowo-Sandiaga menolak Agus Harimurti menjadi ketua tim pemenangan. Mereka khawatir Agus bakal berkampanye untuk diri sendiri dan partainya. Syarief Hasan membantah tudingan itu. "Tak mungkin kami berkampanye untuk diri sendiri," katanya.
Hingga Senin pekan lalu, pendukung Prabowo-Sandiaga belum memutuskan ketua tim pemenangan. Politikus yang mengetahui penyusunan tim pemenangan bercerita, hingga awal pekan lalu, kubu Prabowo-Sandiaga masih memfinalkan kriteria dan strategi kampanye. Besar kemungkinan pembentukan tim mengacu pada tim kampanye pemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang terbukti ampuh mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017.
Menurut sumber tersebut, kampanye Prabowo-Sandiaga akan diarahkan terutama kepada pemilih milenial. Model ini sudah terlihat saat pasangan tersebut mendaftar ke KPU pada Jumat siang dua pekan lalu. Saat itu, Prabowo yang berkacamata hitam dan berselendang merah menyapa pendukungnya sambil berjoget di mobil beratap terbuka. Adapun Sandiaga berorasi kurang dari tujuh menit karena kaum muda dianggap cenderung ogah mendengarkan pidato terlalu lama.
Sandiaga juga disebut bakal rajin menggandeng Agus Harimurti. Alasannya, Agus dinilai bisa menggaet pemilih muda. Di sejumlah titik strategis di Ibu Kota dan di berbagai kota besar lain, baliho Agus sudah terpampang dan dianggap menarik perhatian generasi milenial. Anggota Badan Komunikasi Gerindra, Andre Rosiade, membenarkan kabar bahwa Prabowo-Sandiaga bakal berfokus menggarap pemilih muda. Jumlah pemilih dari kalangan ini diperkirakan sekitar 70 juta orang. "Pemilih muda bakal jadi lumbung suara kami," ujar Andre.
PKS tak mau ketinggalan. Direktur Pencalonan Presiden PKS Suhud Alynuddin menyebutkan partainya akan mempromosikan Sandiaga Uno sebagai santri milenial ke semua kader partai dan pemilih muda. Menurut Suhud, calon ketua tim pemenangan yang diusung PKS, Ahmad Heryawan, bisa menampilkan sosok Sandiaga seperti itu. "Di partai kami, ada PKS Muda yang menargetkan 7 juta pemilih pemula untuk memenangkan Prabowo-Sandi," katanya.
Meski Prabowo-Sandiaga belum menetapkan nakhoda tim sukses, pasangan ini bergerak cepat menggalang dukungan. Jumat malam setelah mendaftar di KPU, Sandiaga bertemu dengan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie. Sumber yang mengetahui pertemuan itu mengatakan, dalam persamuhan tersebut, hadir pula sejumlah pengusaha. Seusai pertemuan, Sandiaga berkilah hanya meminta nasihat dari Aburizal.
Juru bicara keluarga Aburizal, Lalu Mara Satriawangsa, membantah jika Aburizal disebut memberikan dukungan kepada Sandiaga. Menurut Lalu Mara, pertemuan tersebut hanya silaturahmi. Keduanya, ujar Lalu Mara, cukup dekat karena sama-sama pernah menjabat Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia. "Golkar tetap mendukung Jokowi. Beda pilihan politik tak boleh memutus silaturahmi," katanya.
Lobi yang sama, kata Andre Rosiade, bakal dilakukan kepada para ulama. Sebelumnya, sempat timbul perdebatan antara Ketua Umum Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama Yusuf Martak dan Prabowo ihwal pencalonan Sandiaga. Dalam pertemuan di rumah Prabowo di Kertanegara, Yusuf mempertanyakan keputusan Prabowo yang tak mengikuti ijtimak ulama versi GNPF yang mendukung Salim Segaf Al-Jufri dan pedakwah Abdul Somad Batubara.
Belakangan, Yusuf mengajukan nama Arifin Ilham dan Abdullah Gymnastiar sebagai calon wakil presiden. Tapi Prabowo berkukuh menolak. Yusuf Martak saat dihubungi Ahad lalu mengatakan para ulama belum tahu akan mendukung penuh Prabowo-Sandiaga atau mengalihkan dukungan. "Belum ada pembicaraan," ujarnya.
Hussein Abri Dongoran, Pramono, Budiarti Utami Putri
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo