Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Desing gerinda listrik terdengar, ditingkahi alunan musik campursari yang bersumber dari active speaker di bagian belakang bengkel milik Sugiyanto, 46 tahun, penduduk Mojopurno, Wungu, Kabupaten Madiun. Di ruangan itu dua lelaki sibuk menghaluskan lokomotif dan gerbong kereta mini. Amplas digosokkan ke permukaan benda berbahan baku kaca serat atau fiberglass itu.
Kepala gerbong kebanyakan berbentuk tokoh kartun, seperti Donald Bebek, Krishna, Shaun the Sheep, dan Thomas. Cat air brush berwarna-warni membuat penampilannya cerah. Agar bisa berjalan di atas rel, kereta mini dipasangi dinamo. Rel pun dibikin di bengkel itu. Bahan dasarnya dibeli dari Madiun dan Surabaya.
"Pembuatan satu set kereta mini membutuhkan waktu satu-dua bulan,'' kata Gogot Martanda, 31 tahun, pekerja CV Anugrah Jaya milik Sugiyanto, Senin pekan lalu. Produksi digarap 30-an pekerja. Masing-masing mengerjakan tugas sesuai dengan keterampilannya. Mereka yang sudah lebih dari setahun bekerja dapat berperan ganda. Seperti Gogot, yang terkadang kebagian tugas membuat rel, memasang, dan menyetel dinamo agar kecepatan kereta stabil.
Gogot dan teman-temannya memiliki andil memperbesar Anugrah Jaya. Sugiyanto mulai merintisnya pada 2004. Ia memutuskan memproduksi karena menganggap kereta mini adalah sesuatu yang penting bagi anak-anak. Anak-anak kerap menangis jika keinginan menumpang kereta mini tak dituruti. Pernah Sugiyanto merasa malu ketika anaknya menangis di keramaian karena ingin naik kereta mini.
Berbekal pengalaman dan keterampilan yang diperoleh sebagai karyawan di divisi nonkereta PT Industri Kereta Api Indonesia (Inka) Kota Madiun, ia berniat membuat kereta mini di sela-sela waktunya sebagai karyawan. Modal awal usahanya Rp 20 juta. Sebagian tabungan pribadi, sebagian lainnya pinjaman dari teman.
Bahan baku, antara lain kaca serat dan besi, didapatnya di Madiun dan Surabaya. Untuk mengawali proses produksi, ia dibantu dua pekerja yang telah dilatihnya. "Saya tidak bisa total menunggui karena harus masuk kerja,'' ujarnya Ahad pekan lalu.
Selang sebulan, Sugiyanto rampung membuat satu set kereta mini dengan lima gerbong. Ia memasarkannya melalui toko online. Tapi produknya itu tidak langsung terjual. Sembari menunggu pembeli, ia membuat mainan kincir. Dua bulan kemudian kereta mini dipesan oleh orang Jakarta dengan harga Rp 13,5 juta.
Sugianto girang. Ia semakin bersemangat memproduksi kereta mini. Ia terus mengutak-atik varian alat permainan ini. Lebih dari 15 model sudah dibuat. Di antaranya kereta mini tripleks engkel yang kapasitasnya hanya dua anak, kereta mini yang bahan bakunya perpaduan tripleks dan serat kaca, kereta mini tripleks beratap, kereta mini full fiber, dan sebagainya. Tiap kereta mini bergambar tokoh kartun.
Referensi modelnya adalah Internet atau permainan yang ada di mal dan tempat umum. Sejak 2009 hingga sekarang, setiap bulan, 10 unit kereta mini terjual melalui toko online. Harganya Rp 16-45 juta per unit, tergantung model dan bahan.
Kereta mini dengan harga paling rendah terdiri atas lima gerbong, terbuat dari tripleks. Hiasan atau bagian kepalanya dari serat kaca. Tiap gerbong hanya berkapasitas dua anak. Penggeraknya dinamo DC. "Agar tidak nyetrum," ujar bapak tiga anak itu.
Selain memproduksi kereta mini, Sugiyanto membuat mainan lain, seperti komidi putar, perahu ayun, kincir, odong-odong, dan istana balon. Dalam sebulan, jumlah yang terjual rata-rata 30 unit, dengan omzet sekitar Rp 700 juta. Omzet itu meningkat saat menjelang Lebaran, Natal, dan liburan sekolah, hingga menjadi 40-50 unit. Di antara produk bikinannya, yang paling banyak menyumbang pemasukan adalah kereta mini.
Pasarnya meliputi Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. Pembelinya dari berbagai kalangan, antara lain pengelola obyek wisata, rekanan mal, perusahaan penjual mainan, dan pemilik usaha jasa penyewaan permainan anak-anak.
Pemasarannya luas lantaran penjualan dilakukan secara online. Selain itu, tim pemasarannya ada di cabang perusahaan yang disebar di Sidoarjo dan Kediri. "Kerabat dan teman yang menyampaikan informasi secara gethok tular juga ikut membantu pemasaran," kata Sugiyanto.
Peminatnya ada yang datang langsung ke pabrik, via surat elektronik, atau telepon. Setiap daerah pemasaran memiliki selera masing-masing. "Pemesan dari Medan, misalnya, biasa memesan alat permainan yang memiliki kecepatan lebih tinggi." Untuk memenuhi selera itu, Sugiyanto menyetel gigi pada mekanik kereta mini.
Salah satu pelanggan Anugrah Jaya adalah Mani Setyaka, 51 tahun, pengusaha penyewaan mainan di Madiun. Ia menggunakan kereta mini buatan Sugiyanto sejak dua tahun lalu. Ia membeli satu unit kereta mini dengan harga Rp 14,5 juta pada 2009 untuk disewakan. Dalam waktu setahun modal sudah kembali. "Minat warga cukup tinggi, terutama anak-anak." Dalam sebulan rata-rata ia mendapat penghasilan Rp 2 juta dari mainan yang dioperasikan di alun-alun Madiun itu.
Melihat hasil usaha penyewaan mainan cukup tinggi, Mani kembali memesan kereta mini dari Sugianto pada 2013. Kereta mini kedua ini dioperasikan setiap sore di Lapangan Gulun, Madiun. Agar lebih banyak meraup untung, ia menambah permainan jenis lain, misalnya perosotan dan mobil-mobilan, yang juga dipesannya dari Anugrah Jaya.
Berkah mainan itu juga dirasakan Soleh, pemilik Rics Collection, yang memproduksi kereta mini di Desa Pangkemiri, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo. Soleh mengandalkan pemasaran produknya kepada para pemasarnya. Pengguna produknya adalah mal, taman bermain, atau perorangan. Pesanan terakhir yang telah dikirimnya adalah satu set kereta berkapasitas 90 orang untuk tempat bermain di Yogyakarta.
Menjelang hari raya seperti saat sekarang ini, bengkel seluas 3.000 meter persegi dengan sekitar 50 pekerja yang didirikan pada 2000 itu bisa membuat 10-20 unit permainan, seperti komidi putar, gokar, kereta mini, mobil-mobilan, mandi bola, kereta mobil, dan kereta sepeda motor. Desain didapat dari Internet dan permintaan pembeli. "Kalau hari biasa, ya, enggak sampai seperti itu," ujar Soleh, Kamis pekan lalu, sepulang dari ibadah umrah.
Situs http://www.keretaminiku.com/kereta-mall-locomotif-panjang memasarkan produk mainan Soleh dengan harga Rp 17-45 juta. Kereta mini Rp 44-45 juta dan kora-kora mini Rp 29,5 juta. Sedangkan kereta mini gerbong ganda/dobel berbahan multipleks dan fiber dijual Rp 17-18,5 juta. "Yang paling sering dipesan kereta-keretaan dengan rel," kata Soleh.
Baik Sugiyanto maupun Soleh mengaku tak punya kendala serius dalam bisnisnya. Sugiyanto berusaha menjaga kualitas produknya agar bisa bertahan dan meluas. Ia terus berimprovisasi agar menghasilkan alat permainan tipe baru dan memperkuat jaringan pemasaran. Kendalanya adalah masalah inovasi. Anugrah Jaya belum punya tenaga ahli untuk mengadopsi teknologi alat permainan anak dari luar negeri.
Soleh pun tidak merasakan hambatan. Hanya, ia merasa masa produksi untuk kereta mini berkapasitas besar terlalu lama. "Kalau sudah terjun di bisnis ini, enggak ada yang sulit. Cuma waktu pembuatannya yang lama." Biasanya satu set mainan dibuat dua-tiga bulan, bahkan ada yang hingga enam bulan. Soal modal, tidak ada masalah.
Endri Kurniawati, Edwin Fajerial, Nofika Dian Nugroho
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo