Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Panitia Yap Untuk UKI

Aksi mogok yang dilakukan mahasiswa UKI, mendapat perhatian & dibentuk tim penanggulangan aksi mahasiswa. Gugatan terhadap ruang kuliah sedang dibicarakan. Rektor R. Mangostowo masih tetap menjabat.(pdk)

24 Juni 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AKSI mogok kuliah mahasiswa UKI di kampus Jalan Diponegoro, Jakarta, sampai akhir pekan kemarin masih berlanjut. Hasilnya belum kelihatan. R. Mangastowo, rektor yang mereka tuntut supaya diganti (TEMPO 17 Juni '78), masih tetap di kursinya. Rektor yang berpangkat laksamana laut itu, nampaknya masih punya kesempatan untuk meneruskan kepemimpinannya di perguruan Kristen tadi. "Saya yakin yayasan UKI tidak akan mengambil orang lain untuk menduduki pimpinan UKI," katanya kepada wartawan TEMPO Slamet Djabarudi. Keterangan Yap Thiam Hien, sekretaris Yayasan UKI yang memimpin tim penanggulangan aksi mahasiswa, juga tidak menunjukkan adanya pergeseran pimpinan universitas. "Rektorium untuk menggantikan rektor tidak akan dibentuk. Seluruh persoalan akan ditangani oleh panitia," kata pengacara terkenal itu. Masalah yang jadi sumbu aksi mahasiswa, seperti gugatan mereka supaya ruangan milik UKI yang sekarang ditempati Akademi Sekretariat & Management Indonesia, Fakultas Psikologi UI dan Lembaga Bahasa (P & K), segera dikosongkan, karena universitas kekurangan ruangan kuliah, sudah mulai diatasi oleh "panitia Yap". Rektor UI Mahar Mardjono sudah diajak berembug untuk membicarakan bagian dari gedung UKI yang ditempati Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Pesangon Rp 5 Juta Menurut Mangastowo yang jadi bulan-bulanan dalam aksi mahasiswa 8 Juni itu, dia telah menerima kesanggupan UI untuk mengembalikan ruangan yang ditempati Fak. Psikologi pada akhir tahun 1977. Percaya pada janji tersebut, ia merasa optimis tidak akan ada kesulitan ruangan kuliah walaupun mahasiswa baru masuk. Tapi ternyata, "sampai April dan Mei tahun ini fakultas psikologi itu belum juga pergi. Penghuni yang bertempat tinggal di situ malah minta pesangon Rp 20 juta," katanya mengeluh. Dalam perjanjian dengan Himpunan Sekolah Kristen yang memiliki gedung tersebut, kata Mangastowo, Fakultas Psikologi dalam kedudukan peminjam hanya akan menggunakan ruangan itu untuk perkuliahan. "Tapi kemudian ternyata ada yang digunakan untuk tempat tinggal. Malah ada yang dipakai oleh Pusat Bahasa P & K. Himpunan Sekolah Kristen tidak ada hubungan dengan P & K. Tahunya hanya Psikologi UI," sambungnya. Karena terlanjur heboh Rektor UKI akhirnya menyanggupi pesangon Rp 5 juta dengan harapa n kckurangannya akan diselesaikan oleh pemerintah. "Kami yang meminjamkan malah kami harus bayar," katanya. Tentang uang pungutan Rp 10.000 untuk mahasiswa baru dalam rangka masa perkenalan, sang rektor memang mengaku. Tapi katanya jumlah itu pun berdasarkan permintaan mahasiswa sendiri. Untuk berbagai keperluan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa mengusulkan daftar sampai berjumlah Rp 9.600. Jumlah ini kemudian dibulatkan jadi Rp 10.000. Sisa yang Rp 400 diberikan kepada mahasiswa untuk acara perkenalan mahasiswa baru. Jumlah itu dianggap cukup karena bagaimana pun Dewan Mahasiswa masih dibekukan, hingga kegiatan dan biaya pun jadi jauh lebih kecil. Kalau biasanya Rp 2.500, sekarang cukup Rp 400. Tetapi rupanya mahasiswa, menurut Mangastowo, menganggap ada yang tidak benar dalam pungutan tersebut. "Uangnya ada di kas. Masa harus saya bawa ke mana-mana," cetusnya. Lama Mogok, Rugi Agak berhati-hati Mangastowo menyebutkan bahwa aksi mahasiswa itu dipimpin oleh sejumlah "mahasiswa abadi", yang sempat ia sindir dalam acara perkenalan mahasiswa baru dengan mengharapkan agar anak-anak baru itu jangan jadi "mahasiswa abadi." Katanya, di antara mereka ada yang sudah kuliah sampai 15 tahun, sudah kawin, tapi tak lulus-lulus juga. "Mereka sering meminta supaya segera diluluskan. Tapi kalau permintaan itu dipenuhi, universitas bisa payah," begitu ceritanya. Berperawakan kecil dan berkacamata, Mangastowo yang menduduki kursi rektor sejak 6 tahun yang lalu, pada mulanya tenang-tenang saja menghadapi para mahasiswa. Tetapi setelah membaca laporan dalam pers yang menyebutkan seolahlah ia membuat laporan Rp 28.000 untuk kursi yang harganya cuma Rp 7.000 di pasar, ia jadi naik darah juga. "Saya akan cek. Nanti kalau tidak benar mahasiswa akan saya tuntut. "Saya tidak pernah bikin laporan begini," katanya menahan marah. Kursi-kursi yang dianggap para mahasiswa sebagai sumber korupsi, dalam aksi tanggal 8 Juni memang jadi korban pelampiasan rasa kesal mahasiswa. Ada 40 buah yang rusak. Untuk kursi-kursi yang jadi korban itu Mangastowo berkata: "Kalau tahu mahal kenapa dirusak?" Untuk menyelesaikan persoalan yang digugat oleh para mahasiswa, "Panitia Yap" tanggal 13 Juni mengadakan dengar pendapat dengan para dosen. Sesudah itu dilanjutkan pula dengan mahasiswa. Mangastowo secara tersendiri sudah menyampaikan segalanya kepada panitia. Ia menganggap penyampaian masalah di luar kesempatan dengar pendapat lebih baik. Katanya untuk menghindarkan anggapan kalau-kalau dia akan membela diri. Tapi di balik itu ada alasan lain lagi. Ia mau berangkat ke Iran tanggal 23 Juni. Untuk hadir dalam pertemuan International Association of University Presidents. "Sudah ada izin dari yayasan," katanya. Tentang para mahasiswa sendiri, nampaknya mereka sudah melunak dengan adanya perhatian. Mereka sudah diajak oleh panitia penanggulangan untuk mengemukakan pikiran-pikiran mereka. Atas permintaan yang berwajib mereka sudah menghapus corat-coret yang kiranya bisa kelihatan dari jalan raya. Tak lama lagi mereka juga akan kembali ke ruang kuliah. "Habis tujuan kami 'kan kuliah. Terlalu lama mogok, rugi juga," kata Henry Hasibuan mahasiswa tingkat V fakultas hukum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus