Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi atau Pansel Capim KPK Al Araf menyatakan panitia akan menggunakan tiga indikator dalam menyeleksi calon pimpinan yang terindikasi terpapar radikalisme. Indikator yang pertama adalah bahwa si calon memiliki komitmen terhadap ideologi Pancasila.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Artinya tidak ingin mengganti ideologi Pancasila, kalau ingin mengganti ideologi Pancasila dianggap kategori radikal," kata Direktur Imparsial ini ditemui di Jakarta, Rabu, 26 Juni 2019.
Indikator kedua, kata dia, ialah si calon juga tak punya keinginan untuk membangun negara berdasarkan agama tertentu. Dan ketiga, si calon juga tidak pernah terlibat dalam organisasi tertentu.
Al Araf mengatakan untuk melihat rekam jejak itu, pansel melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Sebelumnya, pelibatan BNPT dalam seleksi calon pimpinan KPK menuai polemik. Wadah pegawai menilai pansel terkesan salah fokus, karena terlalu konsen mencari figur antiterorisme, dibandingkan figur antikorupsi.
Lebih jauh Wadah Pegawai menilai ada pihak yang memanfaatkan isu berkembangnya radikalisme di KPK untuk menjegal figur-figur tertentu untuk mencalonkan diri. Wadah pegawai khawatir isu ini justru membuat lolosnya sosok yang bakal menghancurkan KPK dari dalam.
Baca juga: Pansel KPK Sambangi Polri Siang Ini
Al Araf menyangkal bahwa pansel terlalu fokus pada isu radikalisme. Ia mengatakan pansel tetap berfokus pada karakter calon pimpinan yang punya integritas dan rekam jejak yang baik dalam isu antikorupsi. Karena itu, pansel juga melibatkan KPK dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Sementara, pelibatan BNPT dalam seleksi kali ini dilakukan hanya karena isu radikalisme telah menjadi isu nasional. "Ini langkah preventif saja," ujar dia.
Ia pun menyangkal penampilan fisik seperti berjenggot atau memakai celana cingkrang bakal menjadi indikator pansel dalam menilai calon pimpinan. "Itu stereotyping yang enggak boleh dilakukan," kata dia.