Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pansel KPK: Jenggot dan Celana Cingkrang Bukan Kriteria Penilaian

Al Araf menyatakan Pansel Capim KPK akan menggunakan tiga indikator dalam menyeleksi calon pimpinan yang terindikasi terpapar radikalisme.

28 Juni 2019 | 11.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Panitia seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam konferensi pers setelah dipanggil Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Jakarta, 17 Juni 2019. TEMPO/Ahmad Faiz

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi atau Pansel Capim KPK Al Araf menyatakan panitia akan menggunakan tiga indikator dalam menyeleksi calon pimpinan yang terindikasi terpapar radikalisme. Indikator yang pertama adalah bahwa si calon memiliki komitmen terhadap ideologi Pancasila.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Artinya tidak ingin mengganti ideologi Pancasila, kalau ingin mengganti ideologi Pancasila dianggap kategori radikal," kata Direktur Imparsial ini ditemui di Jakarta, Rabu, 26 Juni 2019.

Indikator kedua, kata dia, ialah si calon juga tak punya keinginan untuk membangun negara berdasarkan agama tertentu. Dan ketiga, si calon juga tidak pernah terlibat dalam organisasi tertentu.

Al Araf mengatakan untuk melihat rekam jejak itu, pansel melibatkan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme. Sebelumnya, pelibatan BNPT dalam seleksi calon pimpinan KPK menuai polemik. Wadah pegawai menilai pansel terkesan salah fokus, karena terlalu konsen mencari figur antiterorisme, dibandingkan figur antikorupsi.

Lebih jauh Wadah Pegawai menilai ada pihak yang memanfaatkan isu berkembangnya radikalisme di KPK untuk menjegal figur-figur tertentu untuk mencalonkan diri. Wadah pegawai khawatir isu ini justru membuat lolosnya sosok yang bakal menghancurkan KPK dari dalam.

Al Araf menyangkal bahwa pansel terlalu fokus pada isu radikalisme. Ia mengatakan pansel tetap berfokus pada karakter calon pimpinan yang punya integritas dan rekam jejak yang baik dalam isu antikorupsi. Karena itu, pansel juga melibatkan KPK dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan. Sementara, pelibatan BNPT dalam seleksi kali ini dilakukan hanya karena isu radikalisme telah menjadi isu nasional. "Ini langkah preventif saja," ujar dia.

Ia pun menyangkal penampilan fisik seperti berjenggot atau memakai celana cingkrang bakal menjadi indikator pansel dalam menilai calon pimpinan. "Itu stereotyping yang enggak boleh dilakukan," kata dia.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus