JIKA Madjid Ibrahim di Aceh segera berhadapan dengan sisa-sisa
bencana alam, maka Kolonel dr. Aloysius Benedictus Mboi sebagai
calon Gubernur Nusa Tenggara Timur, harus segera menguasai bekas
kelaparan di Kabupaten Sikka yang terkenal sejak dua bulan
lampau. "Secara fisiologi tak mungkin seorang yang kekurangan
makan dua minggu pisiknya merosot begitu cepat sebagaimana kita
lihat foto-fotonya di koran," kata dr. Ben Mboi tentang
kelaparan itu.
Rupanya ia hendak menuturkan, bahwa tentulah para korban itu
sebelumnya telah mengalami kekurangan makan melalui proses yang
cukup lama. Karena itu, katanya, pada waktunya kelak NTT harus
dilibatkan dalam pelaksanaan transmigrasi. Paling tidak
transmigrasi lokal, dalam arti pemukiman kembali penduduk.
Untuk itu, "masalahnya tak bisa ditangani dengan tindakan
darurat, tapi harus secara strategis jangka panjang."
Ben Mboi belum mau mengungkapkan rencana konkritnya bagi NTT.
Calon Gubernur NTT yang akan dilantik 1 Juli ini, menggantikan
Almarhum El Tari, mengaku belum punya konsep. Ia ingin melihat
dan berdialog dengan berbagai pihak dulu di daerah itu. "Saya
dokter," katanya, "diagnosa yang baik adalah setengah dari
pengobatan. Karena itu ia pernah mengungkapkan, jika harus
memilih lebih suka jadi gubernur atau menteri kesehatan, ia
memilih yang terakhir ini. Bukan karena ambisinya terlampau
besar. Tapi karena untuk jadi menteri itu, "saya sudah punya
konsep. Sedang untuk menjadi gubernur belum."
Tapi Ben Mboi bukannya tak mengenal Propinsi NTT. Ia putera
asli daerah itu. Lahir di Ruteng, Flores 22 Mei 1935, kedua
orang tuanya adalah warga Flores asli. Selanjutnya, hanya
beberapa waktu saja ia meninggalkan daerah itu. Setelah
menyelesaikan SMA-nya di Kupang, ia memasuki Fakultas Kedokteran
UI di Jakarta. Begitu menggondol gelar dokter (1961) ia menjadi
Komandan Detasemen Kesehatan (tingkat Kodim) di Endeh, lalu
Komandan Kesehatan (tingkat Korem) di Kupang. Ia meninggalkan
daerahnya lagi baru 4 tahun lalu untuk menjadi Kepala Lembaga
Kedokteran Preventip Angkatan Darat di Jakarta. Sampai
pencalonannya sebagai Gubernur NTT. Karirnya sebagai militer
maupun sebagai dokter dijalaninya secara serentak: ia pernah
tercatat dalam Operasi Trikora sebagai salah satu anggota RPKAD.
Mempunyai 3 orang putera-puteri, isterinya, dr. Nafsiah Mboi
adalah Kepala Lembaga Transfusi Darah DKI Jaya. Sang isteri,
seorang wanita bergelar Andi kelahiran Sengkang Sulawesi
Selatan, adalah teman sealmamater sang suami di FK-UI.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini