Para gubernur: yang mundur & yang muncul

AWAL minggu depan, 19 Juni, Wahab Syahrani akan menyerahkan jabatannya sebagai Gubernur Kalimantan Timur kepada Brigjen Ery Supardjan. Barangkali serah terima jabatan ini amat terlambat dirasakan oleh Wahab Syahrani, jika diingat keinginannya untuk meninggalkan kesan yang baik sebelum meninggalkan kursi gubernur. Bayangkan saja, justru di ujung-ujung masa jabatan itu terjadi kasus Dolog, disusul harga kayu yang merosot terus. Karena itu, ketika mengantarkan RAPBD Kalimantan Timur 1978/1979 akhir April lalu Wahab agak tersedu-sedu. "Selamat tinggal Kalimantan Timur, semoga ruhui rahayu," katanya. Ruhui Rahayu adalah motto Kalimantan Timur yang berarti selamat sejahtera. Namun, Wahab banyak dinilai sebagai gubernur yang berhasil. Terutama program pemukiman kembali penduduk (resettlement) yang ide mulanya berasal dari dia --antara lain karena dana yang tersedia cukup besar. Begitu pula, pengerukan Sungai Mahakam, dianggap satu kerja besar yang telah ia selesaikan selama dua kali masa jabatannya. Pengganti Wahab Syahrani, yaitu Ery Supardjan, rupanya dipandang orang yang paling tepat untuk menduduki kursi Gubernur Kalimantan Timur. Orang yang sederhana ini sebelumnya adalah Panglima Kodam IX Mulawarman selama 3 tahun dan telah menyerahkan jabatan itu kepada penggantinya (Brigjen Rahwono) 7 Juni baru lalu.