Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Partai kecil yang masuk angin

Fraksi PDI di MPR dalam SU MPR 1988 menjengkelkan pendukungnya. Itu makin terasa setelah pimpinan fraksi PDI memutuskan ikut menyetujui pencalonan Sudharmono sebagai wapres. Tubuh pdi diancam perpecahan.

12 Maret 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAK terdengar keplok bagi PDI seperti ketika partai ini dielu-elukan dalam kampanye tahun lalu. Di kancah politik SU MPR sekarang partai bersimbol kepala banteng malah membuat jengkel pendukungnya. Itu makin terasa setelah pimpinan fraksi PDI memutuskan ikut menyetujui pencalonan Sudharmono sebagai wapres. Dalam proses pencalonan wapres, PDI agak lama menunggu. Pada saat menunggu-nunggu itu, Kelompok 14, yang selama ini dikenal sebagai oposan DPP, agaknya pandai mencuri angin: mencalonkan Sudharmono sebagai wapres. Walau, kata seorang anggota penentang DPP, mereka belum sempat berkonsultasi dengan sang calon. "Kami yakin, Pak Dhar tak keberatan," kata seorang oposan. Setelah kelompok oposisi yang dimotori Marsoesi, Ketua DPD PDI Jawa Timur, itu melempar kartu, DPP mulai guncang. Kelompok Soerjadi-Nico Daryanto menganggap pencalonan penentangnya itu tak sah. Karena, katanya, menurut ketentuan pencalonan hanya calon dari fraksi yang sah. Sedang DPP, dengan atau tanpa didahului Kelompok 14, mengaku sudah mengantungi beberapa nama calon. Salah satu, menurut mereka, ya, Sudharmono. Menurut sumber di kalangan fraksi, PDI memang menyiapkan enam nama calon wapres untuk dikonsultasikan dengan Presiden. "Jauh hari sebelum fraksi lain dan Kelompok 14 mengumumkan calonnya," katanya. Siapa saja? Menghitung dengan jari kirinya, sang sumber, yang turut menghadap ke Presiden menyebutkan: Umar Wirahadikusumah Kharis Suhud, Try Sutrisno, Sudharmono, Soepardjo Rustam, dan Soerjadi sendiri. Dalam pertemuan dengan Pak Harto hari Rabu pekan lalu, konon Soerjadi yang didampingi pimpinan fraksi di MPR menyodorkan nama-nama itu. Ketua Umum DPP PDI itu tidak menyebut namanya sendiri, yang sebelum berangkat memang termasuk salah satu calon. Karenanya, mcnurut sumber TEMPO, Nico Daryanto menyodorkan nama ketua umumnya sebagai salah satu calon juga. "Kami ini partai kecil. Ingin satu kali ngomong, tidak ramai-ramai tapi benar," kata Nico, seperti ditirukan salah seorang anggota delegasi F-PDI. Dalam pertemuan itu Pak Harto sendiri menjelaskan bahwa sebeiumnya fraksi terbesar, yaitu FKP, telah mencalonkan Sudharmono. Presiden, konon, menyarankan agar PDI, karena kedudukannya sebagai partai kecil, menerima saja calon yang didukung fraksi terbesar. Karena itu, utusan F-PDI lantas menjatuhkan pilihan calon wapresnya pada Sudharmono. Pertimbangan lain, konon, mereka ambil setelah F-UD mencalonkan Sudharmono dan F-ABRI memperkuatnya. Selesai bertemu Presiden, 7 utusan PDI menemui Soepardjo Rustam. Dari sini baru diatur pertemuan dengan calon wapres yang dijagokan. Mereka mendatangi Sudharmono di kediamannya, Jalan Senopati, sekitar pukul 17.00. "Pak Dhar tidak menolak ketika kami menyatakan akan memperkuat pencalonan beliau," tambahnya. Bahkan ketika Sudharmono menanyakan perihal pencalonan itu, Soerjadi kembali menjelaskan. "Sesuai dengan petunjuk Bapak Presiden, Pak Sudharmonolah yang didukung sospol terbesar," katanya. Perihal pencalonan, yang kemudian mengundang kontroversi, ditegaskan lagi di depan sidang paripurna MPR. Lewat juru bicara fraksi, Megawati Taufik Kiemas dar Tirto Sudiro - dengan pekik "Merdeka' sebelum dan sesudah pidato - dalam pemandangan umum Rabu lalu F-PDI mencoba meyakinkan bahwa putusannya benar benar mandiri. Mereka menolak anggapar telah membebek atau karena di-out manoeuvre oleh Kelompok 14. Keputusan pimpinan PDI fraksi agaknya mengundang reaksi keras yang tak mustahi bisa memukul citra PDI. Dan siapa tahu, in berasal dari dalam kandang sendiri. "Kelihatannya, DPP lebih mementingkan perkawanan pribadi dibanding kepentingan partai," kata seorang anggota F-PDI yan duduk di BP-MPR. "Keputusan itu diambil tanpa ada konsultasi dengan orang-orang diluar anggota DPP." Kekecewaan atas penampilan PDI di MPR kali ini bukan cuma datang dari anggota fraksi. Kelompok Generasi Muda PDI, di tengah-tengah suasana SU MPR, menyatakan penyesalannya atas langkah partai itu. Beberapa hal yang dikritik adalah soal penampilannya yang kurang gigih dalam menentukan sikap dan pendirian yang tidak tegas, dengan mencabut semua usulannya sebelum persidangan BP ditutup. Beberapa hal yang pernah diusulkan dan kemudian dicabut lagi adalah soal pemilu, peranan partai dalam pelaksanaan pemilu dan lain-lain. Citra PDI dianggap jatuh karena kepemimpinan Soerjadi dan Nico dianggap "tidak lagi mempunyai wibawa". Seorang anggota MPR yang selama ini dikenal mendukung DPP dan tak ikut Kelompok 14 amat menyayangkan tindakan Soerjadi yang, "menunggu angin," katanya. Kritik keras terhadap tindakan DPP bisa jadi akan kembali menggoyang partai kecil itu. Namun, Sekjen Nico Daryanto bilang, itu wajar dalam kehidupan politik. "Dalam tindakan politik bisa saja satu saat mengecewakan dan saat lain didukung," kata Nico. Soerjadi kelihatan berhati-hati menanggapi serangan yang bertubi-tubi."Beda pendapat 'kan wajar," katanya. "Mereka memang sengaja metani DPP," kata seorang anggota DPP. Apa pun yang dilakukan DPP, menunut sumber itu, kelompok oposan pasti akan mencari-cari kesalahannya. "Yang mereka incar, kelihatannya, adalah kejatuhan DPP. Debat tentang sikap PDI tampaknya masih akan berlanjut. Paling tidak dari dalam tubuh mereka sendiri, yang memang pernah cabik-cabik. Suatu tantangan baru bagi duet Soerjadi-Nico, yang mudah-mudahan bisa mereka atasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus