Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Pasukan jin diparkir timur

Banyak kiai mendatangkan jin untuk mengamankan jalannya rapat akbar nu di lapangan parkir timur senayan, jakarta. persyaratan mendapatkan jin baik adalah menghindari sifat binatang, setan dan rububiah.

7 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERCAYA atau tidak, 290 ribu jin mengamankan Rapat Akbar Nahdatul Ulama Ahad kemarin. Mungkin karena jinjin keamanan itulah hingga apel besar memperingati hari lahir ke-68 NU di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, itu berlangsung aman. Soal jin atau hal-hal yang gaib, para ulama NU memang meyakininya dan mengamalkannya, kata Ketua Panitia Rapat Akbar Abu Hasan dalam jumpa pers Kamis pekan lalu. Sebagaimana umat NU yang berkumpul di Jakarta Ahad itu datang dari berbagai penjuru tanah air, begitu juga para jin itu. Misalnya, Suharbillah, pendekar Silat Pagar Nusa, warga NU dari daerah Kertosono, Jawa Timur, mengaku mendatangkan 40 ribu jin. Belum lagi kiai-kiai lain dari daerah Jawa Tengah, Yogyakarta, dan daerah lain. Sekitar 20 kiai kabarnya diam-diam hadir bersama jin. Ada pula yang secara tak langsung "mengirimkan" jin. Perguruan Bela Diri Tenaga Dalam Haqqul Yakin Yogyakarta melakukan upacara meminta kepada Allah untuk mengirimkan jin guna mengamankan Gus Dur dan warga NU yang ber-Apel Akbar. Upacara yang diikuti 500 siswa ini berlangsung di pantai Trisik, Bantul, Yogyakarta, selepas subuh Ahad kemarin bertepatan dengan Apel Akbar di Jakarta. Kata Hardiyatmoko, ketua pengurus Haqqul Yakin, yang mereka minta itu bisa jin atau malaikat. "Biasanya jin memang dipakai untuk menjaga diri," kata K.H. Ilyas Rukhiyat, Pelaksana Rais Am NU, yang mengaku tak bisa berkomunikasi dengan jin itu. Jin, makhluk halus, memang disebut-sebut dalam Quran. Tak kurang dari 40 kali Quran menyebutkan "jin" dalam empat puluh surat. Misalnya dalam surat An-Nas, Allah mengingatkan manusia agar tidak terjerembab oleh bisikan jin dan manusia. Minal jinnati wannaas artinya "Mereka itu adalah jin dan manusia." Dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim, dibawakan lebih dari 36 hadis tentang jin. Tapi masalahnya, bisakah manusia yang wadak ini berkomunikasi lalu minta bantuan atau bekerja sama dengan makhluk halus itu? Terlebih penting lagi, halalkah kerja sama itu? Kata K.H. Abdul Hadi, pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta, tak ada larangan bagi manusia memanfaatkan jasa jin. "Kita tidak dilarang berhubungan dan memelihara jin," kata Kiai Abdul pula. "Sepanjang jin itu jin Islam. Tapi hanya orang-orang yang dekat dengan Allah saja yang bisa menjadikan jin sebagai pelayannya." Menurut Kiai Abdul, makhluk gaib yang hidup dan bermasyarakat sebagaimana manusia itu bisa dibeli. Tidak dengan uang memang, tapi amalan-amalan. Antara lain dengan riyadhoh alias prihatin. Yaitu mengasah diri lahir dan batin dengan berpuasa dan salat dengan niat bertemu jin. Dan mengucapkan doa-doa tertentu yang diambil dari ayat-ayat Quran. Dalam sejarah nabinabi memang diriwayatkan bahwa Nabi Sulaiman memiliki balatentara manusia dan jin. Mungkin adanya contoh dari Nabi Sulaiman itu, pemanfaatan atau kerja sama antara manusia dan jin terjadi hingga sekarang. Yang perlu diingat, kata para kiai, jin itu juga berperangai macam-macam. Ada yang baik dan ada yang buruk. Ya, seperti manusia. Kadang jelek kadang baik. Maka ada beberapa persyaratan bila orang ingin "membeli" jin agar tak salah mendapatkan jin jahat. Seorang santri yang sudah mampu menguasai jin pun masih harus menghindarkan tiga sifat yang bisa membuat jinnya berbalik memusuhinya. Yakni, tutur Kiai Abdul Hadi dari Yogyakarta itu, sifat binatang, sifat setan, dan sifat rububiah atau sifat ingin menyamai Allah. Lebih dari itu, orang yang mampu berkomunikasi dengan jin juga tidak diperkenankan melakukan perbuatan yang tercela. Sekalipun ia seorang kiai, kata Abdul Hadi, kalau memanfaatkan jasa jin untuk maksud-maksud yang tidak baik, ya, hidupnya bisa sengsara. Paling sedikit, "ilmunya itu akan ngabar alias hilang dengan sendirinya." Nah, siapa yang ingin memanfaatkan jasa jin, dipersilakan. Asalkan bukan untuk hal yang negatif. Perguruan Haqqul Yakin, jauhjauh dari Yogyakarta melakukan wirid-wirid, juga tak bermaksud untuk hal negatif. Sekadar mengamankan jalannya rapat akbar. Ini perlu, kata Hadiyatmoko, pimpinan Haqqul Yakin itu. Mengingat adanya jin jahat, siapa tahu yang ingin mengacau Apel Akbar tak mengirimkan manusia tapi jin pengacau. Alhamdulillah, memang tak terjadi kekacauan di Lapangan Parkir Timur Senayan yang dihadiri sekitar 145 ribu warga NU itu. Ada yang bergurau, bagaimana bisa terjadi kekacauan, pasukan jinnya lebih banyak daripada manusianya. Julizar Kasiri, Agus Basri, dan BiroBiro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus