Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pegiat Nilai Permintaan Maaf Jokowi Cuma Formalitas

Permintaan maaf Jokowi tidak menunjukan penyesalan, seperti misalnya, telah meloloskan putra sulungnya untuk menjadi calon Wakil Presiden.

2 Agustus 2024 | 16.47 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Film Dirty Vote membongkar politik gentong babi yang dilakukan oleh Presiden Jokowi, Ahad 11 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pegiat demokrasi, Gde Siriana, menyoroti permintaan maaf yang disampaikan Joko Widodo atau Jokowi yang akan segera mengakhiri masa jabatannya sebagai Presiden selama sepuluh tahun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Permintaan maaf tersebut dinilai pelik, lantaran tidak sejalan dengan hasil sigi kepuasan kerja pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin yang meningkat jelang masa purnatugas. Apalagi, agenda politik dinasti yang dilakukan Presiden Jokowi berlangsung tanpa hambatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Karena tidak ada yang tegas menyatakan kepuasan. Pandangan saya, ketulusan permintaan maaf ini perlu dipertanyakan," kata Gde dalam keterangan tertulis yang diperoleh Tempo, Jumat, 2 Agustus 2024.

Permintaan maaf tersebut, Gde melanjutkan, juga terkesan menjadi formalitas belaka. Sebab, tak jelas ditujukan untuk hal apa dan mengenai kebijakan apa.

Pernyataan maaf itu, kata dia, juga semakin sarat formalitas lantaran tidak disertai dengan pernyataan menyesal yang dalam atas suatu perbuatan dan kebijakan yang diterapkan.

"Misalnya menyesal karena mendorong putranya, Gibran menjadi calon Wakil Presiden saat Ia masih berkuasa. Ya, ini jadi hanya formalitas saja," ujar dia.

Direktur Eksekutif Indonesia Future Studies atau INFUS itu mengatakan, alih-alih menjadikan permintaan maaf tersebut sebagai momentum pengakuan dosa, permintaan maaf yang disampaikan Presiden cenderung menunjukan bahwa dirinya masih memiliki power dan pengaruh politik yang besar di pemerintahan selanjutnya.

"Jadi kata maaf di akhir jabatan ini sesungguhnya dapat diartikan sebagai keyakinan Jokowi untuk menjadi king maker dalam politik Indonesia esok," kata Gde.

Kemarin, Presiden Jokowi menyampaikan permintaan maaf atas kesalahannya selama menjabat. Kepala negara mengingatkan bahwa dia hanya manusia biasa.

Jokowi menyampaikan ini dalam sambutan momen zikir kebangsaan di Istana Merdeka, Jakarta, pada Kamis malam, 1 Agustus 2024. Acara ini merupaka rangkaian ‘Bulan Kemerdekaan’ HUT RI ke-79.

"Saya dan Profesor Kiai Haji Ma'ruf Amin ingin memohon maaf yang sedalam-dalamnya atas segala salah dan khilaf selama ini. Khususnya selama kami berdua menjalankan amanah sebagai presiden dan sebagai wakil presiden," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, bahwa selama menjabat sebagai Presiden, dia menyadari tidak bisa menyenangkan semua pihak. 

"Kami juga tidak mungkin dapat memenuhi harapan semua pihak. Saya tidak sempurna, saya manusia biasa, kesempurnaan itu hanya milik Allah Swt," kata Jokowi yang naik ke tampuk kekuasaan sejak 2014.

Dalam kesempatan yang sama, Jokowi menekankan bahwa Indonesia terus bertumbuh walau di tengah krisis hingga ketidakpastian global yang melanda dunia. Bekas Wali Kota Solo ini menyerukan persatuan.

Pun, Majalah Tempo baru saja mewartakan nawadosa ganda Presiden Jokowi selama satu dekade menjabat. Laporan yang terbit pada Senin, 29 Juli 2024, menyoroti kemunduran demokrasi dan kebalikan nawacita janji kampanye Jokowi satu dekade lalu.

DANIEL AHMAD FAJRI | JULI HANTORO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus