Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Pengobat putus asa

Penduduk lombok tengah merasa lega dengan dibangunnya waduk batujai yang akan mengairi 3.000 ha sawah tadah hujan. sawah di daerah tersebut selalu kering di musim kemarau sehingga penduduk kekurangan makan. (dh)

4 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKARANG, penduduk kritis di Lombok Tengah bagian selatan sudah bernafas lega. Setidak-tidaknya hanya karena harapan bahwa 5 tahun lagi, yaitu 1982, Waduk Batujai akan selesai. Waduk berbiaya Rp 7 milyar (dicicil melalui APBD setiap tahun) disebutkan akan mengairi sekitar 3.000 hektar sawah tadah hujan. Persawahan di sini selalu kering di musim kemarau sehingga penduduknya setiap tahun kekurangan makan. Hampir tak ada yang berfikir bahwa biaya waduk sekian itu cukup tinggi bagi sebuah wilayah kabupaten. Sebab jika dihitung-hitung di Kabupaten Lombok Tengah ini terbentang tak kurang dari 45.000 hektar tanah sawah tadah 3 hujan yang memerlukan waduk seperti itu. Itu artinya daerah ini seluruhnya akan memerlukan 15 buah waduk dengan ukuran serupa Waduk Batujai. Meskipun jika Waduk Batujai sudah selesai belum akan mampu membereskan kerawanan pangan di daerah ini, namun waduk pertama ini cukup membanggakan penduduk. Bahkan Gubernur NTB, Wasita Kusuma, merasa bangga. Sebab selama masa jabatannya yang sudah hampir habis untuk kedua kalinya sekarang, masalah pangan di Lombok bagian selatan itu selalu merisaukannya. Berbagai daya telah dicoba untuk mengatasinya. Namun semua gagal. Sehingga kabarnya ada beberapa pejabat di kantor Gubernur NTB yang nyaris putus asa. "Dengan adanya pembangunan Waduk Batujai, maka keputusasaan yang hampir menimpa Pemda NTB bisa berkurang," begitu kata Wasita Kusuma sewaktu meresmikan permulaan pembangunan waduk itu Desember lalu. Sehingga sekarang timbul soal, kapan wilayah-wilayah kering di selatan Lombok itu akan mulai dibenahi dengan persiapan waduk-waduk yang lain? Waduk Batujai sendiri terletak di sebidang tanah seluas 1.000 hektar, di desa-desa Setanggor, Ungge, Darek dan Pelambik -- 4 kilometer di selatan Kota Praya ibukota Lombok Tengah. Namun tak kalah hangatnya dengan pembangunan waduk itu, adalah soal ganti rugi. Hingga sekarang sebagian warga desa-desa tadi yang terkena areal waduk telah menerima ganti rugi antara Rp 10.000 hingga Rp 12.500 setiap 100 MÿFD. "Harga ini termasuk paling rendah di Lombok Tengah," keluh penduduk yang telah menerima ganti rugi. Tapi toh mereka menerima saja, barangkali karena lega oleh harapan akan terujudnya Waduk Batujai di daerah itu. ~Begitu juga ketika pihak Pemda Lombok Tengah memutuskan bahwa uang ganti rugi tidak diberikan dalam bentuk uang, tapi berupa tabanas. Katanya ini untuk mencegah agar uang itu tak habis percuma oleh pemiliknya. Sebab konon penduduk di sana suka berfoya-foya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus