Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Dulu Kuda, Sekarang WTS

Tretes, tempat tamasya di selatan surabaya dulu banyak terdapat kuda kini menjadi sarang wts yang beroperasi di hotel & rumah penduduk. ada protes dari penduduk, tetapi belum ada usaha melokalisir. (dh)

4 Februari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TRETES, tempat tamasya terkenal, 60 Km di selatan Surabaya, sudah berubah. Memang hawa sejuk Gunung Wlirang (Kabupaten Pasuruan) dan Gunung Arjuno (Kabupaten Malang) masih menyenangkan. Juga buah-buahan dari sini masih banyak dikenal bermutu. Tapi jika dulu anak-anak yang dibawa orang tuanya berkunjung ke mari tak pernah melewatkan naik kuda menyusuri lereng-lereng gunung - sekarang tak ada lagi. Dan sebaiknya jangan membawa anak-anak ke Tretes. Sebab kuda-kuda itu hampir tak pernah terlihat lagi. Yang banyak berkeliaran adalah kuda dalam bentuk lain, wanita namanya. Inilah wajah Tretes sekarang: di mana-mana, di hotel-hotel maupun di rumah-rumah penduduk, selalu tampak WTS. Bahkan demikian banyak jumlahnya, sehingga penduduk Surabaya ada yang menyebut tempat tamasya itu telah menalami "polusi bordil." Menurut Kepala Desa Tretes, A. Juri Earyodiharjo (50) tak kurang dari 589 orang wts tercatat di sini. Jumlah ini tentu yang resmi ada di rumah-rumah penduduk dan tempat-tempat penginapan. Belum yang berkeliaran atau yang datang sekali-sekali saja. Tapi jumlah tadi pun belum termasuk yang ada di Watu Adem, desa yang berdampingan dengan Tretes. Jumlahnya 545 orang. Pemda Malang & Pasuruan Para wts itu umumnya masih muda-muda, belasan tahun. Mereka kebanyakan datang dari Malang, Blitar, Kediri, Tulungagung, Mojoagung, Jember dan Banyuwangi. Menurut pengakuan mereka, germo-germo mereka memang menyebar orang untuk mengumpulkan wanita-wanita serupa itu. Baik dengan cara terang-terangan, maupun melalui bujuk rayu. Kata beberapa orang wts itu, bisnis mengumpulkan calon-calon wts itu dilakukan oleh beberapa orang bermata sipit. Soal berkembang-biaknya para wts di tempat tamasya yang terkenal itu memang sudah sering menjadi sasaran protes penduduk yang merasa baik-baik. Terutama karena antara rumah mereka dengan tempat-tempat wts itu sulit dibedakan. Tapi sebegitu jauh usaha untuk melokalisir mereka belum dilakukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus