Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Para pengungsi gempa Halmahera Selatan, Maluku Utara, mengeluhkan kurangnya air bersih. Hal itu terjadi karena gempa menyebabkan sumber air bersih menghilang atau berubah menjadi keruh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anggota Dinas Kesehatan Halmahera Selatan, Rachmat Junaidy, mengatakan, selain kelangkaan air bersih, warga korban gempa masih kesulitan mendapat pasokan makanan. "Juga selimut, perlengkapan bayi, dan kebutuhan sanitasi menjadi kebutuhan mendesak korban saat ini," ujar dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahad sore lalu, lindu dengan magnitudo 7,2 mengguncang Halmahera Selatan. Berdasarkan data BPBD Maluku Utara, sebanyak enam orang meninggal dan 49 orang terluka. Sedikitnya 971 rumah rusak berat sehingga menyebabkan 3.107 orang terpaksa tinggal di 15 titik pengungsian. Jumlah tersebut tidak termasuk pengungsi yang menyebar di berbagai lokasi.
Sulitnya medan serta sebaran pengungsi menyebabkan penyaluran bantuan tersendat. Bahkan sejumlah desa baru bisa ditembus pada Selasa siang. Salah satunya adalah Desa Yomen.
"Selama tiga hari, para pengungsi belum mendapatkan bantuan makanan, karena wilayah Desa Yomen paling jauh dari daerah lainnya, bahkan tidak ada akses komunikasi maupun transportasi yang menghubungkan ke desa itu," kata Ketua Posko Pengungsi Desa Yomen, Usman K. Niat, di lokasi pengungsian, kemarin. Ratusan pengungsi di Desa Yomen terpaksa mengandalkan makanan berupa ubi dan pisang selama beberapa hari.
Desa Yomen adalah salah satu desa yang mengalami dampak gempa parah. Seorang warga desa tersebut, Sagaf Girato, 62 tahun, meninggal karena tertimpa reruntuhan bangunan. Selain itu, 17 warga Yomen terluka. Gempa juga menyebabkan 160 rumah warga rusak sehingga 750 orang terpaksa tinggal di pengungsian. Selasa lalu, tim aksi cepat tanggap darurat bencana PT Pertamina MOR VIII Papua, Maluku, Maluku Utara, berhasil menjangkau desa tersebut dan mendirikan posko pengungsian.
Sales Executive PT Pertamina Retail Maluku Utara, Hutama Yoga Wisesa, mengatakan pihaknya memang memprioritaskan pengiriman bantuan untuk para korban di daerah yang terkena dampak gempa yang belum terjangkau. "Sesuai hasil koordinasi dengan tim Posko Gempa Halsel, ada dua titik pengungsian yang belum mendapatkan bantuan, sehingga tim Pertamina bersama petugas kesehatan ke daerah yang belum tersentuh bantuan dari pemda setempat," kata Hutama di Desa Yomen, Kecamatan Joronga, kemarin.
Desa yang mengalami dampak paling parah dan sulit dijangkau adalah Desa Gane Luar. Tercatat, 380 rumah rusak di desa tersebut dan mengakibatkan seribu lebih warga mengungsi. Tim bantuan Kementerian Sosial berhasil mengakses desa tersebut.
"Untuk ke sana, kami harus menggunakan speedboat selama satu jam menuju Pelabuhan Sofifi. Dari Sofifi dilanjutkan menggunakan kendaraan selama lima jam menuju Desa Matuting. Sesampai di Desa Matuting, perjalanan kami lanjutkan dengan menggunakan sepeda motor selama lebih dari dua jam," kata Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos, Harry Hikmat.
Pelaksana Harian Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo, mengatakan pihaknya telah mengirimkan satu helikopter Mi-8 dan pesawat Hercules untuk penyaluran bantuan bagi korban gempa di Kabupaten Halmahera Selatan. Helikopter itu diharapkan bisa memudahkan evakuasi serta distribusi bantuan untuk para pengungsi, terutama warga di daerah yang sulit dijangkau.
"Bantuan logistik untuk penanganan darurat terus mengalir, seperti tenda keluarga dan keperluan pengungsi lainnya. Bantuan berupa tenda lainnya juga telah disiapkan pengirimannya menggunakan pesawat Hercules yang tiba Selasa malam," kata Agus melalui siaran pers, kemarin.
Selain pengiriman melalui udara, Agus mengatakan, BNPB telah mengirimkan dukungan logistik menggunakan kapal. Logistik dari kapal tanker telah dibongkar-muat ke kapal yang lebih kecil.
ANTARA | AGUNG SEDAYU
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo