Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Surabaya - Rektor Universitas Airlangga (Unair) Nasih mengembalikan jabatan Dekan Fakultas Kedokteran (FK) kepada Budi Santoso pada Selasa kemarin, 9 Juli 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat memberikan keterangan pers di depan Masjid Ulul Azmi Unair Kampus C, Surabaya, Jawa Timur, Budi yang disapa Prof Bus itu meminta maaf karena merasa kelewatan dalam memberikan pendapat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengakui salah karena memberikan pernyataan tanggapan soal kebijakan dokter asing atas nama institusi Unair.
Menurutnya, pernyataan itu sesungguhnya merupakan pendapat pribadi. Dia pun mengaku hal itu sudah kelewatan.
“Semua sudah berakhir, saya secara pribadi menghaturkan permohonan maaf kepada rektor, mungkin saya bermaksud mewakili diri pribadi, tapi mungkin terlalu kelewatan, sehingga pernyataan saya itu menggunakan nama institusi,” kata Budi, Selasa, 9 Juli 2024.
Tetap kritis
Dalam kesempatan itu, Budi juga mengatakan, akan tetap kritis menilai kebijakan pemerintah setelah kembali menjadi Dekan FK Unair.
“Ya (tetap kritis). Dengan cara-cara yang mungkin berbeda,” katanya.
Tak ada intervensi Menkes
Budi juga memastikan tidak ada intervensi Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin dalam persoalan ini. Menteri Budi Gunadi diketahui menjabat sebagai anggota Majelis Wali Amanat (MWA) Unair 2022-2027 dari unsur masyarakat.
“Itu sudah selesai kan ya, urusannya. Enggak ada (intervensi) kok,” tutur dia.
Sementara itu, Rektor Unair Nasih mengaku telah mengangkat Budi kembali menjadi dekan. Nasih pun telah menerima klarifikasi Budi soal pernyataan tersebut.
“Kami paham apa yang disampaikan Prof Bus dan ada alasan bagi kami untuk mengangkat beliau sebagai dekan. Sudah selesai,” ucap Nasih, Selasa, 9 Juli 2024 di tempat yang sama.
Selain itu, Nasih tidak berkomentar jauh soal pendapat Budi soal kebijakan dokter asing. Bagi dia, hal itu adalah masa lalu.
“Itu masa lalu. Saya enggak tahu soal pendapat. Saya tahunya ini sahabat saya (sambil merangkul Budi),” kata Nasih.
Menurut Nasih, kampus memang kerap diterpa masalah internal. Termasuk soal pencopotan dekan. Hal itu pun dianggap sudah biasa.
“Seperti berpacaran, ada juga yang putus, biasa saja. Tidak usah baperan,” tutur Nasih.
Nasih juga memastikan polemik ini merupakan urusan internal Unair, sehingga tidak ada intervensi dari pihak manapun, termasuk Menkes.
“Tidak ada itu (intervensi). Hanya di Unair posisi dekan bisa heboh seperti sekarang,” ucapnya.
Rektor dua periode itu juga menekankan bahwa dirinya tetap menjunjung tinggi kebebasan berpendapat di mimbar akademik. Adapun Nasih sebelumnya dikecam, terutama oleh massa aksi ‘Save Prof Bus’ karena dianggap telah melanggar kebebasan berpendapat.
“Mengkritik pemerintah boleh, asal pada tempatnya. Artinya, kita ikuti aturan di institusi kepegawaian juga. Silahkan dibaca aturannya,” ujarnya.
Sebelumnya, Budi dicopot dari posisi dekan FK karena dianggap mengkritik kebijakan Kementerian Kesehatan secara terbuka di media massa. Budi menolak rencana pemerintah yang akan mengizinkan dokter asing berpraktik di Indonesia.
Pencopotan Budi sempat diprotes oleh para pengajar dan akademisi di FK Unair, bahkan melahirkan aksi 'Save Prof Bus'.
Hampir sepekan setelah pertama kali kabar itu bergaung, jabatan Prof Bus akhirnya dikembalikan. Budi bisa bekerja kembali sebagai Dekan FK Unair mulai hari ini, Rabu 10 Juli 2024.