Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MAKASSAR - Untuk mengembalikan kejayaan sutra Sulawesi Selatan yang pernah dikenal banyak orang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan meminta petani sutra menggunakan bibit sutra dari Cina.
"Jepang dulu dikenal sebagai penghasil sutra, kemudian beralih ke industri. Begitu pula Cina. Kini kedua negara itu meninggalkan pekerjaan tersebut. Nah, inilah kesempatan kita untuk mengambil alih posisi itu sebagai penghasil sutra dunia untuk menuju negara industri," kata Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu'Mang di ruangan kerjanya ketika menerima Gabungan Kelompok Tani Penghasil Sutera kemarin.
Untuk mengembalikan kejayaan tersebut, ia meminta kepada petani sutra agar menggunakan bibit sutra yang diimpor dari Cina ketimbang menggunakan bibit dari Perum Perhutani. Alasannya, bibit sutra dari Cina yang dijual dengan harga Rp 260 ribu per boks itu dapat menghasilkan benang sepanjang 1.000 meter per ulat. Sedangkan bibit sutra dari Perum Perhutani yang dijual seharga Rp 80 ribu per boks hanya menghasilkan benang maksimal sepanjang 600 meter per ulat. Di satu sisi, bibit dari Cina memiliki kualitas yang cukup bagus dan sangat digemari petani sutra. "Jadi, tidak apa-apa kita gunakan produk luar karena kita belum mampu memproduksi bibit sebaik produk Cina," katanya.
Mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan itu meminta Dinas Kehutanan Sulawesi Selatan menjadi leading sector pengembangan sutra agar membantu petani sutra di Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Wajo yang dikenal sebagai daerah penghasil sutra.
Ia juga berharap kedua kabupaten tersebut menjadi daerah penghasil sutra percontohan, yang nantinya dapat diadopsi oleh petani lain. "Saya berharap Dinas Kehutanan membina petani sutra hingga berhasil, sehingga dapat dicontoh oleh petani lainnya. Sebab, petani itu gampang mengembangkan suatu komoditas kalau sudah melihat keberhasilan petani lain," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Gabungan Kelompok Tani Penghasil Sutera Ilyas M. Yahya juga menyampaikan permintaan kepada pemerintah provinsi agar pihaknya membantu petani memenuhi jumlah kebutuhan bibit sutra produk Cina. Menurut dia, kelompok petani sutra yang dipimpinn membutuhkan 1.000 boks bibit per tahun, sementara yang tersedia hanya 400 boks.
Ia juga berharap pemerintah provinsi menetapkan standar harga, sehingga para pedagang tidak mudah mempermainkan harga yang berpotensi merugikan petani. "Kami berharap pemerintah bisa turun tangan untuk membantu petani sutra. Sangat disayangkan kalau sutra daerah ini kalah bersaing," ujarnya.| ARDIANSYAH RAZAK BAKRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo