Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak kapan pemerintah kota berniat mengelola Kebun Binatang Surabaya?
Awalnya saya tidak mau. Ngurusi manusia saja belum beres kok ngurusi binatang? Tapi, setelah dia mengatakan akan membangun hotel, saya marah. Saya langsung naik (Risma memegang kepalanya). Saat itu baru terpikir mengambil alih. Kebun binatang ini sudah menjadi ruang terbuka hijau dan sudah menjadi kebanggaan warga Surabaya. Lagi pula buat apa membangun hotel di situ? Ndahniyo kalau saya nyerahin (KBS untuk hotel), orang tua saya bisa bangun dari kuburan, sampai ke mbah-mbahnya.
Siapa "dia" yang Anda maksud?
Adalah. Alasannya, karena untuk biaya operasional kebun binatang tidak mencukupi, harus dibangun fasilitas penunjang hotel, restoran. Kalau tidak cukup, serahkan saja kepada kami.
Lantas?
Kami ajukan untuk pengelolaan. Saya bikin UPTD (unit pelaksana teknis dinas) biar cepat. Tapi dia enggak mau. Harus badan usaha milik daerah. Karena BUMD harus ada peraturan daerah. Kami ajukan untuk BUMD, sudah disetujui DPR, bikin anggarannya. Saya sudah dua kali melakukan presentasi. Sampai hitung-hitungan kandang, tiket, anggaran selama 20 tahun. Tempat parkirnya pindah ke Terminal Joyoboyo.
Setelah (Kementerian Kehutanan) diundang ke sana (KBS), mereka mengatakan Pemkot harus membuat surat pernyataan bahwa Wali Kota harus sanggup mengambil alih masalah pihak yang bersengketa. Tiba-tiba ada persyaratan baru. Keluar dari ruangan itu, kalau bisa nangis, nangis saya (Risma mengusap air mata.)
Pertanggungjawaban keuangannya kepada Kementerian?
Ya, enggak. Tapi mereka minta persyaratan hitungan anggaran. Nanti kalau tidak dituruti ditolak lagi. Terpaksa saya buat. Sebetulnya enggak ikhlas.
Syarat lainnya?
Tidak masuk akal. Direksi itu datang, minta dibayar pemerintah kota, padahal belum bekerja.
Pemerintah kota sanggup mengelola?
Saya ngomong, saya ini ngurusi se-Surabaya. KBS itu berapa persennya Surabaya? Di sini ada fakultas kedokteran hewan yang termasuk tertua di Indonesia. Semua ada. Apa lagi? Sedih. Nelangsa. Kok ada orang yang kayak gitu?
Kapan tenggat pengambilalihan?
Pokoknya bulan ini (Juli) tak ambil alih. Kebun binatang harus tetap jadi kebun binatang. Untuk konservasi, rekreasi, edukasi. Saya paling cuma ingin membangun Âseaworld dan night zoo.
ZULKIFLI HASAN, MENTERI KEHUTANAN:
Saya Akan Ikut Melawan
Konflik KBS seperti tak ada ujungnya.
Konflik panjang pengelola membuat kami mengambil alih pengelolaan KBS. Pengelolaan KBS untuk sementara kami serahkan kepada Tony Sumampouw (pemilik Taman Safari), pencinta satwa. Dia tidak dibayar, tidak digaji. Kalau ada yang ingin mengelola dengan baik, akan kami serahkan dengan senang hati. Tapi pengelolaannya harus sesuai dengan kaidah konservasi. Jangan seperti pengelola lama. Mereka bertengkar terus.
Wali Kota Surabaya yang akan mengambil alih KBS?
Silakan jika Wali Kota akan mengambil alih. Kami akan senang sekali menyerahkannya karena pekerjaan kami banyak. Wali Kota sudah berkirim surat, tujuannya bagus. Kami sudah menjawabnya. Silakan pakai orang-orang yang mengerti konservasi. Jangan seperti pengelola yang lalu.
Kapan akan diserahkan ke Wali Kota?
Kapan saja bila sudah siap.
Kalau akhir Juli?
Kami (Menteri Kehutanan dan Wali Kota Surabaya) belum pernah ketemu. Baru besok (Kamis, 11 Juli) rapatnya.
Apa syaratnya?
Bisa mengelola KBS menurut kaidah konservasi. Jangan seperti pengelola lama. Syaratnya hanya mengerti konservasi.
Wali Kota harus menyelesaikan konflik pengurus lama?
Mesti bisa. Kan, Wali Kota biasa mengurus orang.
Mengapa konflik dua pengelola itu tidak diabaikan saja?
Nah, setuju saya. Setuju.
Ada yang mau membangun hotel di lokasi kebun binatang?
Siapa itu?
Katanya sudah ada investor?
Ngawur banget itu. Tidak boleh. KBS itu milik negara, kok mau dibikin hotel? Mungkin itu (yang membuat konflik berkepanjangan). Saya akan ikut melawan.
Agita S.L., Arif R. Hidayat, Endri K.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo